Take a photo of a barcode or cover
emotional
lighthearted
reflective
sad
medium-paced
Plot or Character Driven:
Character
Strong character development:
Yes
Loveable characters:
Yes
Diverse cast of characters:
Yes
Flaws of characters a main focus:
No
Charlie was written so well. His uncertainty, need to belong, and newness to life are quite endearing.
nothing to say here except this was a phenomenal book and represented mental illness in a very raw and accurate way. i like especially how it didn't sugarcoat anything and kept true to charlie's actual thoughts. beautiful story :)
emotional
hopeful
reflective
sad
medium-paced
Plot or Character Driven:
A mix
Strong character development:
Yes
Loveable characters:
Yes
Diverse cast of characters:
Yes
Flaws of characters a main focus:
Yes
reflective
fast-paced
Plot or Character Driven:
Character
Strong character development:
Yes
Loveable characters:
Yes
Diverse cast of characters:
Yes
Flaws of characters a main focus:
N/A
Setiap individu punya cara berbeda dalam menghadapi hidup. Dalam The Perks of Being a Wallflower, Charlie digambarkan mengalami depresi berat, salah satunya setelah kehilangan sahabatnya yang bunuh diri. Menariknya, depresi yang ia alami bukan hanya karena pengalaman pribadinya. Charlie tidak hanya bersedih atas hidupnya sendiri, tetapi juga ikut berduka atas penderitaan orang lain. Ia adalah pribadi yang baik, polos, sekaligus rapuh, sehingga kepeduliannya itu justru membuatnya semakin mudah terluka.
Sepanjang cerita, Charlie sering mendengar nasihat bahwa seburuk apa pun pengalaman yang kita alami, pasti ada orang lain yang lebih buruk. Namun, kenyataannya itu bukanlah pembenaran. Depresi tetaplah depresi, apa pun bentuk dan penyebabnya, dan tetap harus ditangani.
Dalam novel ini, proses pemulihan Charlie dimulai ketika ia berkenalan dengan Patrick dan Sam. Mereka berdua sudah kelas 3, sementara Charlie baru kelas 1; masih kekanak-kanakan dan belum banyak mengerti tentang hidup. Namun karena diajak masuk ke dunia mereka, Charlie perlahan bisa merasakan kembali hidup.
Kisah ini pada akhirnya membuat kita ikut merasa seolah punya teman seperti Patrick dan Sam (hanya segelintir orang, tetapi benar-benar peduli). Dari sini kita belajar bahwa untuk pulih, terkadang kita hanya butuh dikelilingi oleh orang-orang baik.
Secara keseluruhan, saya sangat suka novel ini. Saya suka dengan gaya narasinya yang sederhana, tetapi berhasil menggambarkan pengalaman depresi secara jujur dan gamblang. Saya juga suka dengan cerita persahabatan mereka yang sederhana, namun unik sekali. Karena mereka adalah tipikal outsider (orang-orang yang dianggap aneh di masyarakat) tetapi mereka punya cara bahagia mereka sendiri. Saya suka dengan karakter-karakternya dan interaksi mereka satu sama lain, yang terasa hidup dan natural.
Overall, bagi saya, novel ini layak 10 dari 10.
Sepanjang cerita, Charlie sering mendengar nasihat bahwa seburuk apa pun pengalaman yang kita alami, pasti ada orang lain yang lebih buruk. Namun, kenyataannya itu bukanlah pembenaran. Depresi tetaplah depresi, apa pun bentuk dan penyebabnya, dan tetap harus ditangani.
Dalam novel ini, proses pemulihan Charlie dimulai ketika ia berkenalan dengan Patrick dan Sam. Mereka berdua sudah kelas 3, sementara Charlie baru kelas 1; masih kekanak-kanakan dan belum banyak mengerti tentang hidup. Namun karena diajak masuk ke dunia mereka, Charlie perlahan bisa merasakan kembali hidup.
Kisah ini pada akhirnya membuat kita ikut merasa seolah punya teman seperti Patrick dan Sam (hanya segelintir orang, tetapi benar-benar peduli). Dari sini kita belajar bahwa untuk pulih, terkadang kita hanya butuh dikelilingi oleh orang-orang baik.
Secara keseluruhan, saya sangat suka novel ini. Saya suka dengan gaya narasinya yang sederhana, tetapi berhasil menggambarkan pengalaman depresi secara jujur dan gamblang. Saya juga suka dengan cerita persahabatan mereka yang sederhana, namun unik sekali. Karena mereka adalah tipikal outsider (orang-orang yang dianggap aneh di masyarakat) tetapi mereka punya cara bahagia mereka sendiri. Saya suka dengan karakter-karakternya dan interaksi mereka satu sama lain, yang terasa hidup dan natural.
Overall, bagi saya, novel ini layak 10 dari 10.
Finished on 2/4/2019
Why haven't I read this before? I think it's because when I see a movie I like I don't want to read the book it's based on after
Which is a HUGE mistake!
I loved how the writer didn't try real hard to be good or poetic or whatever, it was just simple and straight-forward writing style and I'm in love with it
Why haven't I read this before? I think it's because when I see a movie I like I don't want to read the book it's based on after
Which is a HUGE mistake!
I loved how the writer didn't try real hard to be good or poetic or whatever, it was just simple and straight-forward writing style and I'm in love with it
Good quick read, some interesting things but could have been better. Some ideas probably would have been more unique in '99...
emotional
hopeful
inspiring
reflective
medium-paced
Loveable characters:
Yes
Amazing book. Made me cry at the end when I realized that I finished the book. Reading it felt like I was together with Charlie? If that makes sense. And I was sad when it finished. Also the letter from him in the future was also what made me cry too. Can’t say that I fully related with him, but as a shy person, this book meant a lot to me. There were also a lot of quotes in the book that heavily resonated with me icl. Can’t wait to watch the movie someday too :)
No wonder his favorite book is To Kill A Mockingbird. It’s sad in an empty ordinary, way.