Reviews

Lebih Putih Dariku by Dido Michielsen

agnes_i's review against another edition

Go to review page

reflective sad slow-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? No
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? No
  • Flaws of characters a main focus? No

4.5

ativonmi's review

Go to review page

informative medium-paced

5.0

mehsi's review against another edition

Go to review page

5.0

Een mooi boek over een vrouw genaamd Isah en haar leven. Het was erg mooi geschreven en al vond ik Isah soms erg naïef was ze een goed karakter en ik las graag over haar geschiedenis. Ik vond het verdrietig wat ze allemaal meemaakte en ik vond het nog verdrietiger dat ze tot haar dood op zoek was naar haar 2 kinderen. Alleen had de tijd net iets beter kunnen vloeien. Nu was ik af en toe verward over hoe oud Isah was/hoeveel tijd was voorbijgegaan.
Zeker een aanrader.

kapulaga's review

Go to review page

4.0

Kisah Piranti/Isah ini pilu banget. Seorang anak hasil hubungan luar nikah dengan bupati di keraton Yogyakarta yang sepanjang hidupnya terhalang oleh sistem sosial. Sepanjang hidupnya di keraton, banyak aturan-aturan tak kasat mata yang membuat dia nggak bebas main sama anak-anak sebayanya. Singkat cerita, Piranti akhirnya ngerasain fase kedewasaan walaupun umrunya waktu itu masih 15/16 tahun. Ngeliat temannya menikah dan melalui prosesi macam-macam membuat dia nggak mau dijodohkan. Di sini jujur aku sedih banget. Soalnya selain dia masih kecil, dia juga gak punya pilihan untuk menolak. Piranti juga sepanjang hidupnya dipenuhi oleh kenaifan. Mungkin karena memang masih sangat muda dan juga nggak tumbuh di lingkungan yang memadai untuk berpikir matang. Dia berpikir kalau jadi nyai memang pilihan yang tepat buatnya. Padahal nyai pada masa itu kasarnya hanyalah pengurus rumah tangga dan pemuas nafsu bagi tuannya. Sepanjang hidupnya menjadi nyai, Piranti berpikir bahwa dia sudah bebas untuk memilih dan hidup bersama tuannya selamanya, tetapi kenyataan pahit lagi-lagi menampar Piranti. Gey, masih mempunyai pikiran kolonialisme yang alot. Dia berpikir nggak pantas untuk seorang Belanda menikah dengan pribumi. Aku bacanya sedih banget. Titel Gey sebagai laki-laki berkulit putih menjadikan tameng bahwa Gey nggak pantas untuk menikah dengn pribumi seperti Piranti. Jujur aku sediiih sekali di bagian ini. Bacanya pahit banget. Belum lagi akhirnya Piranti harus berperan sebagai orang asing bagi anak-anaknya. Sampai akhirnya Piranti terpisahkan dari anak-anaknya dan sampai akhir hayatnya masih mencari anak-anaknya yang tidak tahu ke mana.

Oiya, satu karakter yang menarik perhatianku adalah Lot. Digambarkan bahwa dia adalah orang Indo (setengah pribumi setengah Belanda). Lot, terlepas dari garis keturunannya, sering sekali memandang rendah Piranti. Mungkin karena dia ingin merasa terlihat dan menenggelamkan separuh identitasnya yang sering dilihat buruk karena rasisme. Ada juga di suatu malam terlihat kerapuhan Lot yang merindukan ibunya (seorang nyai). Ini membuatku yakin bahwa dia juga ingin dianggap seperti keturunan asli, bukan orang Indo.

Kisah ini menyadarkanku atas banyak hal. Salah satunya adalah bahwa feminisme di Indonesia membikin wanita bisa mendapatkan hak pilih untuk memilih hidupnya walaupun belum sempurna. Menutup review ini juga aku jadi merenung; berapa banyak nyai-nyai atau pribumi wanita lain yang hidupnya lebih parah daripada Piranti? berapa banyak nyai-nyai yang terpisah dengan anaknya selamanya?

rose_ann_leest's review against another edition

Go to review page

emotional informative sad medium-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? No
  • Loveable characters? N/A
  • Diverse cast of characters? Yes

4.0

suakamuara's review

Go to review page

emotional informative sad tense medium-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? It's complicated
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.75

pagesderuby's review

Go to review page

adventurous emotional inspiring sad tense slow-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? N/A
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.25

sunfl0w3r16's review against another edition

Go to review page

5.0

Heel mooi boek, erg ontroerend. Fijne schrijfstijl, waardoor het boek erg prettig weg leest. Ik ben eigenlijk een beetje verdrietig dat ik het boek uit heb, want het was zo mooi

itzreibrary's review

Go to review page

5.0

Lebih Putih Dariku oleh Dido Michielsen. Diterjemahkan oleh Martha Dwi Susilowati. Marjin Kiri, 2022.


“Bahaya hidup di kota akhirnya mempunyai rupa, bahkan beberapa rupa. Bahaya itu membuat perempuan mengenakan sarung buat menyembunyikan luka-lukanya. Bukan menjadi bufet tetapi dingklik. Memenuhi tangan-tangan ibu dengan anak-anak kecil, atau merampasnya hingga tak punya apa-apa. Bahaya itu bersifat kelaki-lakian dan memiliki kekuasaan tak terbatas.” -hal. 132.


“Buat sementara aku akan mengabaikan semua kesengsaraan dan hadir dengan setengah kekuatan pada setiap kesulitan yang sudah dirancang Lot buatku. Setengah lainnya butuh istirahat untuk pemulihan. Yang setengah itulah yang akan menemukan jalan keluar buatku.” -hal. 242.


“…pentingnya cerita Isah dituliskan: karena ada begitu banyak nyai seperti dia. Masih ada banyak nyai tidak dikenal dan nyai yang tidak menikah di Hindia Belanda. Perempuan yang di kemudian hari tidak bisa  ditemukan karena secara resmi mereka tidak diakui keberadaannya dan tidak terdaftar di catatan mana pun. Ibu-ibu tanpa nama dari ribuan orang Indo-Eropa dan keturunannya, yang kulitnya lebih putih darinya.” -hal. 287, Kata Penutup.


Membaca judulnya, mulanya aku mengira bahwa buku ini akan mirip-mirip dengan Oeroeg-nya Hella S. Hasse, tentang pertemanan orang pribumi dan orang totok pada masa kolonial, di mana si orang pribumi membandingkan dirinya dengan sang sahabat totok yang “lebih putih dariku.” Ternyata, isinya sungguh di luar dugaan. 


Isah, seorang gadis Jawa berkemauan keras yang lahir dan besar di lingkungan keraton Yogya, melarikan diri untuk menjadi nyai seorang Belanda totok ketika ia hendak dijodohkan oleh ibunya. Terkungkung dalam privilese adat dan tradisi keraton, Isah mengira hidup di kota sebagai nyai berarti kebebasan. Realitas pahit pertama kali menghantamnya saat ia berkenalan dengan Lot, perempuan Indo istri dari sahabat tuannya. Sikap dan ucapan Lot selalu memperingatkan Isah bahwa ia tak lebih dari seorang pengurus rumah tangga yang juga memenuhi kebutuhan seksual tuannya, tak ubahnya perabot lelangan yang bisa dibuang, diserahkan, atau bahkan dijual kepada orang lain saat fungsi dan keindahannya tak lagi dibutuhkan.


Kisah hidup Isah bagiku sekali lagi menegaskan bahwa tak peduli zaman, perempuan selalu dianggap barang, entah itu sebagai pemuas nafsu maupun penghasil anak. Tak peduli itu Isah, gadis jelata tanpa ayah, atau Karsinah, putri keraton yang dikawinkan untuk menjadi istri kesekian seorang bangsawan, atau Pauline dan Louisa, yang walau berdarah Eropa namun tetap memiliki pilihan yang terbatas. Kesewenangan para penjajah Belanda pun tak berhenti sebatas menindas dan memeras orang pribumi namun juga mengucilkan orang-orang berdarah campuran pribumi dan Eropa karena darah mereka dinilai sudah rusak.


Aku menikmati buku ini walau terkadang narasinya masih terasa kurang luwes. Aku mengagumi ketangguhan para tokoh perempuannya, tak hanya Isah, yang memiliki caranya sendiri-sendiri untuk bertahan dari penderitaan yang mendera entah itu kemiskinan, kehilangan orang yang dicintai, maupun diskriminasi. Bahwa belum banyak kisah tentang para nyai tak bernama yang diterbitkan, kurasa semakin meggarisbawahi betapa pentingnya buku ini dibaca oleh semua kalangan.

--

malampanjang's review

Go to review page

emotional sad fast-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? It's complicated
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

5.0