Scan barcode
half_book_and_co's review
5.0
"When I speak to people about palm oil plantations
as devastations of Papuans, Dayak, Padang, et al,
invariably, the words 'palm oil' make them think
of orangutans. We need to save them. I've found
myself thinking 'Orangutans, and so many peoples
as well', but this phrase does not fit well on campaigns
against palm oil; and whenever I see a billboard
with an orangutan on it campaigning against palm oil,
I say 'Yes', I say 'Is this what it takes', and always
I say 'And so many peoples as well.'"
- excerpt from the poem Ultimatum Orangutan by Khairani Barokka
With the exception of one week, I have read one poetry every week this year - and Khairani Barokka's collection is so far my clear favourite. The book which was also shortlisted for The Barbellion Prize (a book prize for books by disabled authors) is incredibly written and shows so powerfully how we cannot thing enviorenmentalism without dissecting legacies of colonialism, how disability is always an underlying topic.
"any mind that carries singular current resistance, without many
mass current and past resistance in mind - colonial, linear time
- is a ________________"
as devastations of Papuans, Dayak, Padang, et al,
invariably, the words 'palm oil' make them think
of orangutans. We need to save them. I've found
myself thinking 'Orangutans, and so many peoples
as well', but this phrase does not fit well on campaigns
against palm oil; and whenever I see a billboard
with an orangutan on it campaigning against palm oil,
I say 'Yes', I say 'Is this what it takes', and always
I say 'And so many peoples as well.'"
- excerpt from the poem Ultimatum Orangutan by Khairani Barokka
With the exception of one week, I have read one poetry every week this year - and Khairani Barokka's collection is so far my clear favourite. The book which was also shortlisted for The Barbellion Prize (a book prize for books by disabled authors) is incredibly written and shows so powerfully how we cannot thing enviorenmentalism without dissecting legacies of colonialism, how disability is always an underlying topic.
"any mind that carries singular current resistance, without many
mass current and past resistance in mind - colonial, linear time
- is a ________________"
qontfnns's review
5.0
Baru puisi pertama udah mau mewek TT. Aku hampir ga pernah nangis karena puisi, soalnya biasanya kurang panjang untuk membangun narasi yang sampai mengoyak-ngoyak, bukan sekedar miris. Tapi Ultimatum Orangutan segitu nendang karena banyak hal. Senada dengan Indigenous Species yang diterbitkan sebelumnya, di sini Khairani Barokka menyoroti isu lingkungan, perdagangan hewan ilegal, dan perebutan habitat dengan gamblang. Diramu dengan kemarahan, kesedihan, gerah dan gelisah, UO bukan cuma puisi, tapi juga katarsis yang meradang. Walaupun ditulis dalam bahasa Inggris, puisi-puisi di sini terasa sangat dekat dan telak, sampai aku si pembaca tak ayal ikut patah hati berkali-kali.
Yang juga menyesakkan, ada yang polos dan kanak-kanak dalam sosok-sosok yang berbicara dalam puisinya sambil berjongkok dihadapan pohon, sungai, serangga, atau hewan yang diawetkan. Kontras antara hal itu dan tragedi perusakan alam rasanya makin meremukkan hati.
Salah satu favoritku adalah "in which i hypnotise a tiger" dimana penulis menghipnotis harimau agar tidak menjadi dirinya yang menjinjing serenteng duka hanya karena menjadi harimau. Tidak dimutilasi. Tidak dijadikan pakaian. Tidak digantung. Tidak membusuk. Tidak punah. Tidak terlupakan. Sedih, karena yang diimpikan adalah saat harimau membuka mata ia akan bebas dari malapetaka. Sedang kata hanya kata. Nyatanya, banyak harimau-harimau di dunia bangun kembali setiap hari dalam mimpi buruk.
Tentunya puisi tadi tidak sia-sia. Buku ini adalah pesan berantai penulis bahwa ada yang salah dengan manusia. Walaupun kalimat tak menempel di kepala, perasaan yang diremas olehnya melekat dan mentransformasi. Kali ini buku ini sampai kepadaku yang hanya bisa menulis resensi. Semoga kali lain buku ini bisa sampai ke orang yang lebih punya suara dan kuasa untuk berbuat atau berhenti berbuat.
Yang juga menyesakkan, ada yang polos dan kanak-kanak dalam sosok-sosok yang berbicara dalam puisinya sambil berjongkok dihadapan pohon, sungai, serangga, atau hewan yang diawetkan. Kontras antara hal itu dan tragedi perusakan alam rasanya makin meremukkan hati.
Salah satu favoritku adalah "in which i hypnotise a tiger" dimana penulis menghipnotis harimau agar tidak menjadi dirinya yang menjinjing serenteng duka hanya karena menjadi harimau. Tidak dimutilasi. Tidak dijadikan pakaian. Tidak digantung. Tidak membusuk. Tidak punah. Tidak terlupakan. Sedih, karena yang diimpikan adalah saat harimau membuka mata ia akan bebas dari malapetaka. Sedang kata hanya kata. Nyatanya, banyak harimau-harimau di dunia bangun kembali setiap hari dalam mimpi buruk.
Tentunya puisi tadi tidak sia-sia. Buku ini adalah pesan berantai penulis bahwa ada yang salah dengan manusia. Walaupun kalimat tak menempel di kepala, perasaan yang diremas olehnya melekat dan mentransformasi. Kali ini buku ini sampai kepadaku yang hanya bisa menulis resensi. Semoga kali lain buku ini bisa sampai ke orang yang lebih punya suara dan kuasa untuk berbuat atau berhenti berbuat.