Reviews tagging 'Gore'

O mare de lacrimi by Ruta Sepetys

25 reviews

lyramadeline's review against another edition

Go to review page

adventurous emotional informative sad tense fast-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? It's complicated
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? It's complicated

5.0


Expand filter menu Content Warnings

taracloudclark's review against another edition

Go to review page

adventurous challenging dark emotional informative reflective sad tense medium-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? It's complicated
  • Flaws of characters a main focus? Yes

5.0

An excellent story told from four perspectives of one of the most horrific events in history. 

Expand filter menu Content Warnings

clavishorti's review against another edition

Go to review page

adventurous challenging dark emotional informative mysterious reflective sad tense fast-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.0

Tahun 1945, langit Prusia Timur terbakar oleh sorotan kejam Perang Dunia II, mengirimkan gelombang jutaan pengungsi yang membawa beban rahasia dan kisah pahit mereka. Di tengah kehancuran, empat nasib terpintal bersama, terjebak di atas kapal itu, sang Wilhelm Gustloff—sebuah keajaiban yang memikat tapi juga membawa petaka. Kapal yang seharusnya membawa mereka menuju pelabuhan harapan, namun sebaliknya, menjadi saksi tragedi besar yang merenggut takdir lebih dari sepuluh ribu penumpangnya. Sebelum cahaya kebebasan menyinari, takdir menghadang, membawa mereka pada ujian terberat untuk melawan bayang-bayang kematian. Akankah keberanian mereka cukup untuk menghadapi badai penderitaan yang mengancam di depan?

Dalam membuka halaman-halaman awal Salt to the Sea karya Ruta Sepetys, musim dingin yang menusuk hingga ke jiwa segera menciptakan atmosfer kengerian dan keputusasaan yang mencekam. Dengan mendalam memadukan unsur sejarah dan fiksi, Ruta Sepetys merinci kisah tragis kapal Wilhelm Gustloff pada masa Perang Dunia II, mengundang pembaca untuk tenggelam dalam kegelapan cerita.

Hal yang pertama kali meraih hati saya adalah kecermatan Ruta Sepetys dalam menggambarkan harapan penumpang kapal untuk mencicipi esensi dari kebebasan. Ironisnya, kebebasan yang seharusnya menjadi hak setiap individu malah menjadi suatu paradoks yang merobek harapan.

Kapal Wilhelm Gustloff, yang semula dianggap sebagai benteng perlindungan, berubah menjadi panggung tragedi besar yang menyaksikan ribuan jiwa merasakan penderitaan dan kehilangan dalam Perang Dunia II. Ruta Sepetys membawa pembaca pada perjalanan mendalam melalui perjuangan pengungsi, menggambarkan tantangan ekstrem baik secara fisik maupun mental. Upaya melarikan diri dari kekerasan dan kehancuran menghasilkan empati yang mendalam, sementara trauma perang dan kesulitan hidup menghadapi ancaman konflik bersenjata dipaparkan dengan kedalaman yang cukup mengesankan.

Selain itu, Salt to the Sea menjelajahi isu-isu rumit mengenai hubungan antar karakter dari latar belakang yang berbeda. Di tengah konteks Nazi, buku ini menggambarkan kebingungan dan ketidaksetujuan masyarakat terhadap rezim otoriter. Ada yang berusaha melarikan diri dari cengkeraman kekuasaan, sementara yang lain menanggung beban kehancuran moral sebagai bagian dari sistem penyebab penderitaan besar.

Serangan militer merebak dalam perjalanan sulit para pengungsi, menciptakan atmosfer tekanan di mana ketidakpastian dan ancaman menjadi bayang-bayang konstan. Para pengungsi tidak hanya harus menghindari serangan musuh, tetapi juga harus bersiap untuk menghadapi ancaman yang tak terduga.

Lebih dari itu, Salt to the Sea juga menyelami ketidakpastian moral dan etika di tengah-tengah perang, menggambarkan pertempuran batin karakter. Dalam narasi yang kompleks, Salt to the Sea mengungkap bagaimana perang tidak hanya merusak fisik, tetapi juga menggoyahkan nilai-nilai kemanusiaan.

Pendekatan penyampaian yang unik melalui bab-bab pendek dengan sudut pandang empat karakter utama—Joana, Florian, Emilia, dan Alfred—merupakan daya tarik utama Salt to the Sea. Ruta Sepetys dengan penuh kecerdikan membawa saya masuk ke dalam pikiran dan perasaan masing-masing karakter, menciptakan keterlibatan emosional yang mendalam.

Keempat karakter ini, dengan rahasia dan perasaan pribadi yang kompleks, bersatu secara dramatis di kapal Wilhelm Gustloff, membawa beban emosional yang beraneka, mulai dari rasa bersalah hingga ketakutan yang mencekam. Dinamika ini tidak hanya menghiasi pengalaman membaca, tetapi juga merajut lapisan emosi yang memperdalam dan memperkaya kisah ini, menciptakan ketertarikan dan keingintahuan yang sulit untuk dilewatkan.

Namun, dalam beberapa bagian cerita, terutama saat rahasia kelam terungkap, saya menemukan kekurangan dalam eksekusi yang menghadirkan kekurangan kepuasan. Mungkin karena bab-bab yang singkat, adegan pembongkaran rahasia kadang terasa seperti tergesa-gesa, menahan potensinya secara penuh. Meskipun begitu, kelemahan ini tidak merusak daya tarik utuh buku. Buku ini tetap mengundang ketertarikan meski terdapat elemen-elemen yang mungkin bisa ditingkatkan.

Di samping itu, melalui tangan cermat Putri Septiana Kurniawati, alih bahasa Salt to the Sea ke dalam bahasa Indonesia, kekuatan dan keindahan cerita ini berhasil dipertahankan dengan apik. Terjemahan ini tidak hanya mentransmisikan kata-kata, tetapi juga memberikan pengalaman mendalam kepada para pembaca yang memilih mengeksplorasi penuh warna sejarah di tengah tantangan pengungsi di kapal Wilhelm Gustloff. Dengan penuh apresiasi, terima kasih kepada Putri Septiana Kurniawati yang telah mengantarkan keindahan dan makna Salt to the Sea ke dalam bahasa Indonesia dengan penuh keahlian.

Dengan kekuatan yang memukau, Salt to the Sea tidak hanya mewujudkan kisah bersejarah di kapal Wilhelm Gustloff, tetapi juga menjadi simbol kuat tentang keberanian, ketahanan, dan kewajiban kita untuk merawat kenangan sejarah. Dalam kata-kata Ruta Sepetys yang menggema, “Saat para penyintas telah tiada, kita tidak boleh membiarkan kebenaran hilang bersama mereka.” Terhubung dengan esensi memahami dan menceritakan sejarah, karya ini melampaui batas menjadi panggilan untuk menjaga api kebenaran tetap menyala. Sebagai pembaca, saya merasa terhormat dan terinspirasi oleh perjalanan emosional yang telah saya alami melalui halaman-halaman Salt to the Sea. Karya ini bukan hanya sebuah buku; ini adalah panggilan untuk menjaga abadi sejarah yang tak boleh dilupakan, memelihara makna kemanusiaan, dan merayakan kekuatan manusia dalam menghadapi ketidakadilan.

Expand filter menu Content Warnings

grammar_police's review against another edition

Go to review page

emotional sad tense fast-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.75

Beautifully written, deep, and emotional. A spectacular story about the most devastating shipwreck in history.

Expand filter menu Content Warnings

katrinaburch's review against another edition

Go to review page

challenging dark emotional tense fast-paced
  • Plot- or character-driven? Plot
  • Strong character development? No
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? No
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.5

Wow.... I don't know what to make of this book. The last quarter sped by (that's not to say that the first part of the book was slow, it wasn't, Sepetys is very good at that) but I have to say, I HATED the format. I did finally get used to it but it was really hard keeping track of who's who and what everyone's back story was. And to be honest, I wish Sepetys had fleshed those out more because they were what kept me going, what was everyone running from, I needed more! 

It's sad, I've read a lot and studied a lot of World War 2 history and I've never heard of this disaster! So I'm glad Sepetys used it. 

I'm also glad Alfred died... Holy moly, I've never had someone creep me out in a book so much before. Also, again, I wish that Emilia had survived and lived to help her baby grow up. I know the daughter had a happy ending and I'm happy the little boy survived (though I wish it would have told what happened to his family) but still. She suffered though so much (like so many).

Expand filter menu Content Warnings

natalie183's review against another edition

Go to review page

emotional informative tense fast-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? It's complicated
  • Flaws of characters a main focus? Yes

5.0


Expand filter menu Content Warnings

hollycluff's review against another edition

Go to review page

emotional hopeful mysterious sad medium-paced
  • Plot- or character-driven? Plot
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? It's complicated
  • Flaws of characters a main focus? It's complicated

5.0

Top three (see also: The Penderwicks and Man's Search for Meaning). This is the one and only book I have loved enough to read through once, then immediately read again in one sitting. For me, it was the perfect blend of suspense, tragedy, hope, and romance. It explored a historic tragedy I can't believe I'd never heard of, from four different perspectives. It's one of the rare books where I found myself equally invested in each POV---almost. I didn't enjoy Alfred's chapters as much as the others the first time I read it through, but learning the truth about his past and character made him SUCH an interesting character to read about the second time. I loved the relationships that developed between Johanna, Florian, and Emilia. They gave me happy butterflies more than once.

The prose was beautiful and vivid without distracting from the story, which was a huge win for me. It did become quite graphic in some scenes, which totally made sense given the content matter, but reader beware. 

It was fascinating to me that this was based on a massive real-life tragedy that I had never heard of, and the story explored WWII from perspectives I hadn't seen before. 

I appreciate a good, emotional ending that still provides closure, and this story absolutely delivered. Props to the author for ending this story with the perfect balance of sadness, hope and justice, and a very cleverly written epilogue. 

Expand filter menu Content Warnings

pucksandpaperbacks's review against another edition

Go to review page

dark emotional informative sad tense medium-paced
  • Plot- or character-driven? A mix

Expand filter menu Content Warnings

allyssa30's review against another edition

Go to review page

dark emotional sad fast-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? No
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

3.75


Expand filter menu Content Warnings

strange's review against another edition

Go to review page

challenging dark emotional hopeful reflective sad slow-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? It's complicated
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? It's complicated
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.0

Ahhhh there are so many feelings god 
I want Emilia back please and thank you I did not think I would care this much for her character but I Ache
There are some structural issues with the book and some of the tropes are iffy or feel fake but the characters are absolutely wonderful 

Expand filter menu Content Warnings