Scan barcode
izzyhallow's review
3.0
Graphic: Child death, Death, Grief, Antisemitism, Pregnancy, and War
Minor: Child abuse and Rape
taracloudclark's review against another edition
- Plot- or character-driven? A mix
- Strong character development? Yes
- Loveable characters? Yes
- Diverse cast of characters? It's complicated
- Flaws of characters a main focus? Yes
5.0
Graphic: Child death, Antisemitism, War, Blood, Death, and Death of parent
Moderate: Grief, Mental illness, Sexual assault, Sexual violence, Gore, Injury/Injury detail, Racial slurs, Rape, Child abuse, Genocide, Gun violence, Homophobia, Violence, Hate crime, Vomit, Emotional abuse, Murder, Pregnancy, and Racism
Minor: Animal cruelty
l0calwizard's review against another edition
- Plot- or character-driven? Character
- Strong character development? It's complicated
- Loveable characters? Yes
- Diverse cast of characters? Yes
- Flaws of characters a main focus? Yes
5.0
Moderate: Rape
cjlacyhanks's review
- Plot- or character-driven? Plot
- Strong character development? It's complicated
- Loveable characters? Yes
- Diverse cast of characters? Yes
- Flaws of characters a main focus? Yes
3.75
Graphic: Violence and Injury/Injury detail
Moderate: Rape, Murder, Vomit, War, and Death of parent
clavishorti's review against another edition
- Plot- or character-driven? A mix
- Strong character development? Yes
- Loveable characters? Yes
- Diverse cast of characters? Yes
- Flaws of characters a main focus? Yes
4.0
Dalam membuka halaman-halaman awal Salt to the Sea karya Ruta Sepetys, musim dingin yang menusuk hingga ke jiwa segera menciptakan atmosfer kengerian dan keputusasaan yang mencekam. Dengan mendalam memadukan unsur sejarah dan fiksi, Ruta Sepetys merinci kisah tragis kapal Wilhelm Gustloff pada masa Perang Dunia II, mengundang pembaca untuk tenggelam dalam kegelapan cerita.
Hal yang pertama kali meraih hati saya adalah kecermatan Ruta Sepetys dalam menggambarkan harapan penumpang kapal untuk mencicipi esensi dari kebebasan. Ironisnya, kebebasan yang seharusnya menjadi hak setiap individu malah menjadi suatu paradoks yang merobek harapan.
Kapal Wilhelm Gustloff, yang semula dianggap sebagai benteng perlindungan, berubah menjadi panggung tragedi besar yang menyaksikan ribuan jiwa merasakan penderitaan dan kehilangan dalam Perang Dunia II. Ruta Sepetys membawa pembaca pada perjalanan mendalam melalui perjuangan pengungsi, menggambarkan tantangan ekstrem baik secara fisik maupun mental. Upaya melarikan diri dari kekerasan dan kehancuran menghasilkan empati yang mendalam, sementara trauma perang dan kesulitan hidup menghadapi ancaman konflik bersenjata dipaparkan dengan kedalaman yang cukup mengesankan.
Selain itu, Salt to the Sea menjelajahi isu-isu rumit mengenai hubungan antar karakter dari latar belakang yang berbeda. Di tengah konteks Nazi, buku ini menggambarkan kebingungan dan ketidaksetujuan masyarakat terhadap rezim otoriter. Ada yang berusaha melarikan diri dari cengkeraman kekuasaan, sementara yang lain menanggung beban kehancuran moral sebagai bagian dari sistem penyebab penderitaan besar.
Serangan militer merebak dalam perjalanan sulit para pengungsi, menciptakan atmosfer tekanan di mana ketidakpastian dan ancaman menjadi bayang-bayang konstan. Para pengungsi tidak hanya harus menghindari serangan musuh, tetapi juga harus bersiap untuk menghadapi ancaman yang tak terduga.
Lebih dari itu, Salt to the Sea juga menyelami ketidakpastian moral dan etika di tengah-tengah perang, menggambarkan pertempuran batin karakter. Dalam narasi yang kompleks, Salt to the Sea mengungkap bagaimana perang tidak hanya merusak fisik, tetapi juga menggoyahkan nilai-nilai kemanusiaan.
Pendekatan penyampaian yang unik melalui bab-bab pendek dengan sudut pandang empat karakter utama—Joana, Florian, Emilia, dan Alfred—merupakan daya tarik utama Salt to the Sea. Ruta Sepetys dengan penuh kecerdikan membawa saya masuk ke dalam pikiran dan perasaan masing-masing karakter, menciptakan keterlibatan emosional yang mendalam.
Keempat karakter ini, dengan rahasia dan perasaan pribadi yang kompleks, bersatu secara dramatis di kapal Wilhelm Gustloff, membawa beban emosional yang beraneka, mulai dari rasa bersalah hingga ketakutan yang mencekam. Dinamika ini tidak hanya menghiasi pengalaman membaca, tetapi juga merajut lapisan emosi yang memperdalam dan memperkaya kisah ini, menciptakan ketertarikan dan keingintahuan yang sulit untuk dilewatkan.
Namun, dalam beberapa bagian cerita, terutama saat rahasia kelam terungkap, saya menemukan kekurangan dalam eksekusi yang menghadirkan kekurangan kepuasan. Mungkin karena bab-bab yang singkat, adegan pembongkaran rahasia kadang terasa seperti tergesa-gesa, menahan potensinya secara penuh. Meskipun begitu, kelemahan ini tidak merusak daya tarik utuh buku. Buku ini tetap mengundang ketertarikan meski terdapat elemen-elemen yang mungkin bisa ditingkatkan.
Di samping itu, melalui tangan cermat Putri Septiana Kurniawati, alih bahasa Salt to the Sea ke dalam bahasa Indonesia, kekuatan dan keindahan cerita ini berhasil dipertahankan dengan apik. Terjemahan ini tidak hanya mentransmisikan kata-kata, tetapi juga memberikan pengalaman mendalam kepada para pembaca yang memilih mengeksplorasi penuh warna sejarah di tengah tantangan pengungsi di kapal Wilhelm Gustloff. Dengan penuh apresiasi, terima kasih kepada Putri Septiana Kurniawati yang telah mengantarkan keindahan dan makna Salt to the Sea ke dalam bahasa Indonesia dengan penuh keahlian.
Dengan kekuatan yang memukau, Salt to the Sea tidak hanya mewujudkan kisah bersejarah di kapal Wilhelm Gustloff, tetapi juga menjadi simbol kuat tentang keberanian, ketahanan, dan kewajiban kita untuk merawat kenangan sejarah. Dalam kata-kata Ruta Sepetys yang menggema, “Saat para penyintas telah tiada, kita tidak boleh membiarkan kebenaran hilang bersama mereka.” Terhubung dengan esensi memahami dan menceritakan sejarah, karya ini melampaui batas menjadi panggilan untuk menjaga api kebenaran tetap menyala. Sebagai pembaca, saya merasa terhormat dan terinspirasi oleh perjalanan emosional yang telah saya alami melalui halaman-halaman Salt to the Sea. Karya ini bukan hanya sebuah buku; ini adalah panggilan untuk menjaga abadi sejarah yang tak boleh dilupakan, memelihara makna kemanusiaan, dan merayakan kekuatan manusia dalam menghadapi ketidakadilan.
Graphic: War, Death, Gore, Death of parent, Gun violence, Blood, and Child death
Moderate: Pregnancy, Rape, and Medical content
Minor: Animal death, Panic attacks/disorders, Murder, and Physical abuse
rebekaho24's review against another edition
- Plot- or character-driven? A mix
- Strong character development? Yes
- Loveable characters? Yes
- Diverse cast of characters? Yes
- Flaws of characters a main focus? Yes
4.75
Graphic: Child death, Death, and War
Moderate: Antisemitism and Pregnancy
Minor: Rape
grammar_police's review against another edition
- Plot- or character-driven? A mix
- Strong character development? Yes
- Loveable characters? Yes
- Diverse cast of characters? Yes
- Flaws of characters a main focus? Yes
4.75
Graphic: Sexual assault, Violence, War, Blood, Child death, Gore, Ableism, Death of parent, Death, Genocide, and Rape
Moderate: Pregnancy, Vomit, Murder, Suicide, Grief, and Toxic friendship
Minor: Cursing
lilly_19's review against another edition
- Plot- or character-driven? A mix
- Strong character development? It's complicated
- Loveable characters? Yes
- Diverse cast of characters? It's complicated
- Flaws of characters a main focus? It's complicated
5.0
Graphic: Child death, Death, and Rape
halkid2's review against another edition
- Plot- or character-driven? Plot
- Strong character development? Yes
- Loveable characters? Yes
- Diverse cast of characters? No
- Flaws of characters a main focus? No
4.25
SALT TO THE SEA begins with a small group of strangers who come upon each other while slowly moving across the German countryside, fleeing encroaching Russian troops:
• Joana Vilkas - a young Lithuanian woman in her 20s brings much needed nursing skills to the group. While hoping to reunite with her mother, she is hiding substantial guilt.
• Florian Beck - a formerly loyal German who has spent years restoring stolen art, but now feels he has been duped by members of the Nazi command and is eager to take his revenge. A cautious man, he is distrustful of EVERYONE he meets.
• Emilia Stożek- a Polish teenager, with no identification papers, is already acquainted with invading Russian soldiers. She too is hiding a secret.
• Alfred Frick - a lowly-ranked German sailor assigned to the Gustloff, with a passionate attachment to the beliefs of Adolph Hitler. Readers get to know him primarily through letters to his girlfriend back home. For me, his contributions to the story are primarily his wild, officious, and grandiose delusions (aka delusions of grandeur).
There are other members of the group who play a more supporting role.
Author Ruta Sepetys constructs the book using 174(!) short (1-3 pages) chapters, each written from the point of view of one of the four leading characters. I was not a fan of the jumping around, even though the story remains largely chronological, just told from different viewpoints along the way. But the construction does not diminish the power of the novel and the authentic way it immerses you into a wide variety of horrors of war. But also the strength and resilience of human beings and their innate desire to connect with others. NOT an easy book to read; I found I needed to put it down at times to break the tension.
FYI, this is billed as a young adult novel, though it didn't strike me as simplified in any way. I recommend the book, particularly for highlighting such an interesting but little known story from the last year of World War II.
Graphic: War and Death
Moderate: Rape
corriejn's review
4.75
Graphic: War, Violence, Gun violence, Child death, and Death
Moderate: Sexual harassment and Injury/Injury detail
Minor: Rape