Reviews

She Went All the Way by Meg Cabot

hodanayan's review against another edition

Go to review page

funny lighthearted medium-paced
  • Plot- or character-driven? Plot
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? No
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.0

bibliophile24's review against another edition

Go to review page

3.0

It was a fun book, but I figured out who did it early on, so I gave it 3 stars instead of 4.

audreybt's review against another edition

Go to review page

2.0

Wow, I had forgotten that Meg Cabot started out as a romance novelist. Unbelievably cheesy, but I still couldn't put it down. Mostly to see how much more cheesy it could get. Warning--explicit sex scenes. I had to skip them. There are some things that should just be kept private, Meg! That's what I think. Not recommended for that reason. And for the cheese.

jennilind's review against another edition

Go to review page

3.0

A fun easy read like most of Meg's books. Enjoyable.

zac_johannes's review against another edition

Go to review page

3.0

Pretty good. Biggest critique is I thought it could be about 50 pages shorter.

Read like a just-to-long rom-com.

jesslemreads's review

Go to review page

adventurous tense fast-paced

2.5

renpuspita's review against another edition

Go to review page

5.0

Baca reviewnya juga di Ren's Little Corner


Well, untuk penghujung tahun 2010, satu lagi buku yang mendapat 5 bintang, dan ini satu2nya Chicklit di tahun ini yang dapet 5 bintang :D :D...

Dapet pinjeman dari si Kimbab, dan membacanya pas perjalanan pulang ke Malang, Aku bener2 terpesona ma ceritanya, penulisan dari Meg Cabot berjalan mulus dan tidak membosankan untuk dibaca. Aku mendapati diriku bener2 masuk dalam ceritanya.

Ceritanya sendiri berlatar belakang hiruk pikuk dunia perfilman di Hollywood. Lou Calabrese, seorang penulis naskah skenario yang baru saja mendapat Academy Award, berkat film Hindenburg yang menggambarkan kemenangan semangat manusia (nih apaan sih :)) ), harus menerima kenyataan pahit ,kalau mantan pacarnya Bruno di Blase (alias Barry Kimnel) telah menikah dengan lawan mainnya Greta Wolston,yang beberapa hari lalu baru saja pisah dengan mantan kekasihnya, Jack Townsend..

Seolah nasib tidak menjadi buruk, Lou harus satu pesawat (baca : helikopter) dengan si musuh bebuyutan, yaitu Jack Townsend sendiri. Jack tak tahu kenapa Lou membencinya, tapi Lou punya alasannya sendiri. Jack dianggap telah mengganti kalimat dalam naskah Lou di film Copkiller, dari kalimat yang awalnya " Its always funny until someone get hurts , diubah Jack menjadi " I need a bigger gun , yang malah jadi quote favorite dari sang aktor, selain itu Jack dulunya adalah mantan pacar dari sahabat Lou, Vicky Lord, istri dari sutradara Tim Lord, yang menyutradai Copkiller IV, film yang lokasi syutingnya adalah tujuan Lou dan Jack yang sekarang berada dalam satu helikopter.

Sayangnya dtengah perjalanan, Jack dan Lou (yang saling menghindar, tapi juga curi2 pandang :)) ) mendapati bahwa diri mereka dalam bahaya, karena sang Pilot menodongkan pistol ke arah Jack. Ada seseorang yang ingin Jack mati, dan saat berusaha mengorek keterangan dari sang pilot, helikopter itu terjatuh, dan praktis saat ini Jack dan Lou tersesat di La La Land, ngg, maksudnya belantara Alaska =))...

Masalah tidak berhenti begitu saja, karena masih ada ancaman pembunuhan yang ditujukan untuk Jack. Jack dan Lou bekejar2an dengan pembunuh yang mengincar mereka, menemukan kabin, keesokan harinya dikejar lagi, sampai akhirnya menemukan rumah pemburu yang layak untuk mereka huni. Sepanjang itu pula Lou dan Jack selalu bertengkar, namun tidak menyangkal kalau mereka saling tertarik satu sama lain, sampai pada puncaknya setelah acara makan malam di dapur (ehem2 =)) )

Tiga hari telah berlalu, setelah kecelakaan helikopter, dan Jack serta Lou tetap berusaha melarikan diri dari pengejar mereka, sampai akhirnya mereka berdua menemukan bar, dan meminta pertolongan.

Masalah selesai??

Tidak juga, karena rupanya ancaman pembunuhan terhadap JAck masih berlanjut, dan parahnya saat itu Jack sadar bahwa mungkin selama ini Loulah yang selalu dia cari2 sebagai pendamping hidupnya nanti...

Bisa dibilang, aku sangat menikmati kisah Lou dan Jack disini
Dari yang awalnya hate at the first sight, dan lama2 jadi saling jatuh cinta, walau sama 2 menyangkal (Lou ga mau terluka lagi hatinya gara2 aktor, Jack anti komitmen). Menyenangnkan melihat mereka beradu mulut, karena Lou bukan tipe yang bisa terintimidasi, dan Jack tahu bahwa Lou adalah satu2nya wanita yang kebal pesonanya (setidaknya begitu).

Selain Jack dan Lou, tokoh2 lain juga tak kalah seru ceritanya, tapi yang paling berkesan adalah cerita Eleanor Townsend (ibu Jack) dan Frank Calabrese (ayah Lou), rupanya tidak hanya anak mereka berdua yang kena panah cupid, walau sudah tua, cinta pun bisa datang kapan saja... :)), dan juga si Bruno di Blase alias Barry yang masih aja mengejar2 Lou, walau harus menerima kenyataan kalo dy kebanting sama si Jack...

Untuk Chicklit, buku ini tergolong cukup "steamy" (bukannya aku protes, hohoho), cukup kaget juga waktu tau , tapi akhirnya lanjut terus bacanya [hmpfh]

Baru sadar ternyata ini buku Meg Cabbot pertama yang aku baca, dan aku ga sabar membaca buku2 Meg Cabot yang lainnya :D

taque's review against another edition

Go to review page

2.0

A fun easy read. I didn't enjoy the satire much and the sentence structure felt clunky but I had fun with the book.

annelives's review against another edition

Go to review page

1.0

This might be my least favorite Meg Cabot book. (It's between this and Abandon - which I couldn't even finish.) I like to love most of her books, but this one just fell flat.

katkaslivkova's review against another edition

Go to review page

3.0

enjoyable reading while the sun is shining very hard on your head