Scan barcode
blackferrum's review against another edition
dark
emotional
informative
inspiring
lighthearted
mysterious
reflective
relaxing
medium-paced
- Plot- or character-driven? Plot
- Strong character development? Yes
- Loveable characters? Yes
- Diverse cast of characters? Yes
- Flaws of characters a main focus? Yes
3.75
Actual rating: 3,8
Bacanya kapan, reviunya kapan (2)
Buku ini salah satu buku SB yang memorable buatku. Aku lupa tepatnya apa yang bikin berkesan, tapi gambaran Claire di kepalaku ya dia cewek badass dan independen yang nggak bakal tunduk sama apa pun, terutama sama hukum. Tapi, sebenernya karakter FL SB itu sama semua, cewek independen dan nggak menye-menye. Pokoknya tipe yang hajar terus, nangis bisa di belakang.
Bagian yang aku suka di buku ini adalah karakter Claire jelas. Sayangnya dia ke Marie, ibunya, itu priceless. Kilasan masa kecilnya yang nggak bisa dibilang enak itu bikin ikut sedih dan marah. Tapi usahanya juga patut diacungi jempol. Bahkan dengan nggak mengusik Yasmine lebih jauh ketika sahabatnya itu ada masalah juga patut diapresiasi, sih. Baik banget diaaa.
Bagian yang kurang sreg mungkin cara Cassidy mengulur waktu buat nangkap Claire. Penyelidikan, apalagi di zaman itu (buku ini rilis tahun 1992), terlalu indah kalau nggak cepat diringkus pelaku yang membunuh si pendeta. Apalagi posisi Claire emang kejepit di sini. Semua bukti seolah ngarah ke dia. Tapi ya karena ada konflik kepentingan dia bisa keliaran bebas hampir sebulan lebih. Sebel sih, kayak emang harus begini banget kalo bucin? Cuman yaaah, SB pasti nyelipin hal-hal mengganjal kayak gini biar pembaca emosi wkwkwk dan biar alurnya jalan.
Soal si pendeta (omong-omong aku lupa siapa namanya), aku kesel sama cara khotbahnya yang seksis dan misoginis abis. Kayak, kenapa mesti ngungkit hal yang buruk di saat Tuhan ngajarin banyak banget hal baik. Tapi ya tipikal karakternya begitu, sih, emang sengaja bikin kesel pembaca. Istri dan anaknya si pendeta punya background kuat kenapa mereka bisa begini dan begitu. Walaupun istri si pendeta tuh licik, ada alasan kenapa dia ngelakuin itu. Anggap aja manifestasi dari masa lalunya yang sulit.
Kayaknya udah kutulis semua, kalau ada yang kurang kalian tinggal baca aja. Selain bagian kebulolan Cassidy, buku ini cukup menghibur. Sayang banyak-banyak ke Marie & Claire <3
***
(15/10/20)
Kembali dengan review dari buku-buku Sandra Brown. Karena beberapa minggu ini sedang terserang rasa malas, maka aku pancing dengan buku dari mami ini. And it works!
French Silk pada dasarnya sebuah perusahaan yang dijalankan Claire dan bergerak di bidang fashion (lebih tepatnya pakaian dalam). Tokohnya dihadapkan dengan kisah romance dari seorang asisten jaksa, Cassidy.
Ceritanya hampir memiliki kesamaan pola kepenulisan dengan novel Sandra Brown yg lain. Menarik, menegangkan, dan penuh plot twist!
Dari awal kalimat agaknya aku bisa menebak rahasia yang disembunyikan Claire tapi lagi-lagi aku tidak boleh merasa puas diri begitu mengetahui ending dan kebenaran di balik pembunuhan fenomenal itu. Salute buat Sandra Brown sekali lagi!
I'll give 4.2 for this book!
Bacanya kapan, reviunya kapan (2)
Buku ini salah satu buku SB yang memorable buatku. Aku lupa tepatnya apa yang bikin berkesan, tapi gambaran Claire di kepalaku ya dia cewek badass dan independen yang nggak bakal tunduk sama apa pun, terutama sama hukum. Tapi, sebenernya karakter FL SB itu sama semua, cewek independen dan nggak menye-menye. Pokoknya tipe yang hajar terus, nangis bisa di belakang.
Bagian yang aku suka di buku ini adalah karakter Claire jelas. Sayangnya dia ke Marie, ibunya, itu priceless. Kilasan masa kecilnya yang nggak bisa dibilang enak itu bikin ikut sedih dan marah. Tapi usahanya juga patut diacungi jempol. Bahkan dengan nggak mengusik Yasmine lebih jauh ketika sahabatnya itu ada masalah juga patut diapresiasi, sih. Baik banget diaaa.
Bagian yang kurang sreg mungkin cara Cassidy mengulur waktu buat nangkap Claire. Penyelidikan, apalagi di zaman itu (buku ini rilis tahun 1992), terlalu indah kalau nggak cepat diringkus pelaku yang membunuh si pendeta. Apalagi posisi Claire emang kejepit di sini. Semua bukti seolah ngarah ke dia. Tapi ya karena ada konflik kepentingan dia bisa keliaran bebas hampir sebulan lebih. Sebel sih, kayak emang harus begini banget kalo bucin? Cuman yaaah, SB pasti nyelipin hal-hal mengganjal kayak gini biar pembaca emosi wkwkwk dan biar alurnya jalan.
Soal si pendeta (omong-omong aku lupa siapa namanya), aku kesel sama cara khotbahnya yang seksis dan misoginis abis. Kayak, kenapa mesti ngungkit hal yang buruk di saat Tuhan ngajarin banyak banget hal baik. Tapi ya tipikal karakternya begitu, sih, emang sengaja bikin kesel pembaca. Istri dan anaknya si pendeta punya background kuat kenapa mereka bisa begini dan begitu. Walaupun istri si pendeta tuh licik, ada alasan kenapa dia ngelakuin itu. Anggap aja manifestasi dari masa lalunya yang sulit.
Kayaknya udah kutulis semua, kalau ada yang kurang kalian tinggal baca aja. Selain bagian kebulolan Cassidy, buku ini cukup menghibur. Sayang banyak-banyak ke Marie & Claire <3
***
(15/10/20)
Kembali dengan review dari buku-buku Sandra Brown. Karena beberapa minggu ini sedang terserang rasa malas, maka aku pancing dengan buku dari mami ini. And it works!
French Silk pada dasarnya sebuah perusahaan yang dijalankan Claire dan bergerak di bidang fashion (lebih tepatnya pakaian dalam). Tokohnya dihadapkan dengan kisah romance dari seorang asisten jaksa, Cassidy.
Ceritanya hampir memiliki kesamaan pola kepenulisan dengan novel Sandra Brown yg lain. Menarik, menegangkan, dan penuh plot twist!
Dari awal kalimat agaknya aku bisa menebak rahasia yang disembunyikan Claire tapi lagi-lagi aku tidak boleh merasa puas diri begitu mengetahui ending dan kebenaran di balik pembunuhan fenomenal itu. Salute buat Sandra Brown sekali lagi!
I'll give 4.2 for this book!
Content Warnings
Graphic: Murder, Eating disorder, and Blood
Moderate: Religious bigotry and Pregnancy
More...