Reviews

Tiba Sebelum Berangkat by Faisal Oddang

nitaf's review

Go to review page

4.0

Trigger warning sebelum membaca ini karena ada beberapa bagian yang eksplisit menceritakan perkosaan antar laki-laki dan menuju akhir ada bagian yang sangat disturbing. Aku sendiri sampai mual membacanya dan aku skip saja bagian itu.

Sebenarnya ketertarikan saya pada novel ini karena mengangkat kisah bissu, yang mana itu agak personal bagi saya karena semasa SMA dulu saya pernah mempresentasikan budaya Bugis di kelas. Walau memang mendeskripsikan seluk beluk Bissu di era modern, tapi saya sendiri agak menyayangkan kurangnya suasana bissu yang lebih menyeluruh. Sebatas pengantar tipis saja. Ya ini karena sudut pandang novel ini hanya dari sang protagonis. Sang penulis juga memberikan disclaimer di akhir buku bahwa novel ini benar-benar "rekaan", jadi ya mungkin beberapa peristiwa ini tidak sepenuhnya hisfic. Saya rasa tugas saya mencari lebih dalam tentang eksistensi bissu ini dalam buku-buku nonfiksi agar mendapat gambaran yang lebih utuh.

Kalau dari segi cerita, saya suka bagaimana alurnya benar-benar natural dengan keputusan-keputusan yang dipilih para karakter di novel ini benar-benar tidak diprediksi. Di novel ini sepertinya "prasangka" adalah hal baik sebagai pertanda datangnya suatu bencana atau terungkapnya fakta-fakta pahit. Saya juga sempat tertipu dari bagaimana sang protagonis mengisahkan "karakter"nya sendiri di sepanjang cerita. Tapi pengungkapannya di akhir itu saya rasa ada yang kurang halus. Juga bagaimana rutenya seperti "Eren" di akhir itu agak membuyarkan kesukaan saya pada novel ini.

Agak terkejut juga dengan realitas bahwa orang-orang suci atau orang pilihan dewata bisa korup, egois, imoral, dan materialistik. Ya kalau di agama-agama umum memang beberapa kali dijumpai pemuka-pemuka agama yang demikian, tapi untuk kepercayaan lokal ini baru bagi saya.

purging's review

Go to review page

5.0

This is one kind of a book you should read once in a life.

I am extremely impressed with the plot of the story. At first, I had a hard time reading this book because of the time flow that moved around back and forth. However, after getting to the middle of the story I started to realize how interesting this book was.

Mapata is such an interesting character. If I were him I don't think I could survive such life.

thebookclubmks's review

Go to review page

"Saya tidak akan berangkat sebelum sampai di tempat tujuan, saya tidak akan bertarung sebelum selamat lebih awal"

"Bagaimana cara mengenali hidup ini?"
"Kau akan menemukan jawabannya pada napasmu. Di antara yang terembus dan terhela, ada jawaban untuk semua pertanyaan. Bahkan ia lebih nyata dari seseorang yang kau temukan di muka cermin"


Faisal Oddang kembali mengangkat cerita bertemakan sejarah dan kebudayaan Sulawesi Selatan dalam "Tiba Sebelum Berangkat". Berlatarkan peristiwa DI/TI, "Tiba Sebelum Berangkat" bercerita tentang konflik kehidupan seorang bissu bernama Mapata alias Laela. Bissu merupakan salah satu dari lima gender yang ada dalam kebudayaan Bugis-Makassar di mana seorang bissu bukanlah seorang perempuan maupun lelaki dan dianggap sebagai penyambung lidah masyarakat dengan Tuhan.

Cerita diawali dengan penyiksaan sadis Mapata di tahanan oleh Ali Baba dan Sumiharjo, anggota sindikat penjualan organ tubuh yang mengatasnamakan agama. Mapata diculik dan disiksa karena dianggap terlibat dalam organisasi terlarang. Alur cerita maju mundur disuguhkan melalui surat-surat Mapata yang ia tulis di tahanan atas perintah Ali Baba karena ia tidak mampu lagi bercerita akibat lidahnya yang dipotong.

Di masa kecilnya, Mapata mengalami pelecehan seksual oleh ayah tirinya. la akhirnya diangkat menjadi toboto (pendamping) seorang bissu bernama Puang Matua Rusmi. Di sinilah ia mengetahui cerita bagaimana pasukan Tentara Islam Indonesia, gabungan pasukan gurilla (gerilya) dan DI/TI Kartosoewirjo pada tahun 1953, melakukan perburuan pada para bissu karena dianggap melenceng dari ajaran agama Islam.

Singkat cerita, Mapata akhirnya diangkat menjadi seorang bissu bernama Lela setelah melalui proses dan upacara-upacara yang sarat dengan kegiatan seksual sesama lelaki dengan Puang Matua Rusmi. Kemenakan Pang Rusmi, Batari, mencurigai adanya pelanggaran yang dilakukan oleh Puang Rusmi yang menodai kesucian bissu. Mengetahui selama ini dirinya dijadikan toboto agar Puang bebas bersetubuh dengannya, Mapata marah dan kabur ke kota bersama Batari.

Cerita kehidupan Mapata bersama Batari terus bergulir hingga kita dibawa pada suatu akhir yang mengejutkan dan membuat kita terpana. Buku in sebaiknya dinikmati dengan pikiran terbuka dan tidak dalam keadaan sedang makan apa pun karena suguhan cerita yang sarat dengan kekerasan dan kevulgaran. Saya pribadi sangat menikmati buku ini karena kisahnya yang sangat kaya, penuh
emosi, dan rumit.

*Review by Iryanti Faridah

manchineel's review

Go to review page

4.0

Selesai membaca buku ini dalam beberapa jam saja. Sangat membekas, sangat. Saya suka sekali dengan beberapa isu di dalam buku yang serasa asyik apabila dapat didiskusikan dengan teman.

Dalam hal penulisan, dan lain-lainnya tidak perlu dirahukan lagi. Selesai bab pertama, ada sesutu hal yang membawa saya ke bab berikutnya hingga tiba di halaman terakhir. Plot sangat menarik. Siapa sangka emosi yang dituliskan penulis mampu melebur dengan emosi saya. Sedih, marah, bahagia, semua bisa ikut terasa.

Dari buku ini saya mulai penasaran dan berencana membaca karya penulis yang lain. Keren!

claudiashelf's review

Go to review page

dark sad tense medium-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? No
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? It's complicated

4.5

โ ๐˜š๐˜ข๐˜บ๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ซ๐˜ข๐˜ณ ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ญ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ณ๐˜ช ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฉ๐˜ช๐˜ญ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ. ๐˜š๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ด๐˜ข๐˜ต๐˜ถ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข, ๐˜ฌ๐˜ช๐˜ฏ๐˜ช ๐˜ด๐˜ข๐˜บ๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ต๐˜ช ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ธ๐˜ข ๐˜ด๐˜ข๐˜ต๐˜ถ ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ ๐˜ด๐˜ข๐˜ต๐˜ถ ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ณ๐˜ช ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ณ๐˜ช ๐˜ฌ๐˜ช๐˜ต๐˜ข ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฉ๐˜ช๐˜ญ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฏ, ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ข๐˜ต๐˜ถ-๐˜ด๐˜ข๐˜ต๐˜ถ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ด๐˜ข ๐˜ฌ๐˜ช๐˜ต๐˜ข ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ด๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ๐˜ฌ ๐˜ฌ๐˜ถ๐˜ข๐˜ต ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฑ๐˜ช๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ด๐˜ข๐˜ต๐˜ถ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข๐˜ต๐˜ข๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ธ๐˜ข ๐˜ฌ๐˜ช๐˜ต๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ต๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ญ๐˜ช๐˜ฌ๐˜ช ๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข-๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข โ€” ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ต๐˜ช๐˜ฌ๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ค๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ฏ, ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฎ ๐˜ค๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ฏ ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ ๐˜ซ๐˜ถ๐˜จ๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ญ๐˜ช๐˜ฌ ๐˜ฌ๐˜ช๐˜ต๐˜ข. โž

Sakit. Iya, salah satu perasaan yang paling mendominasi setelah saya menyelesaikan buku ini. Mungkin jika dilihat dan melirik sampul buku secara sekilas, akan muncul anggapan bahwa buku ini begitu memberikan kesan yang ceria. Namun, ketika membaca prolog pun, ekspetasi saya terpatahkan. Ini merupakan karya Faisal Oddang pertama yang saya baca dan berhasil membuat saya tertarik untuk membaca karya Beliau selanjutnya. Semua dalam buku ini telah berhasil dikemas dengan sempurna; Pengkhianatan, Dendam, Amarah, dan bahkan Penyiksaan yang berakhir dengan kematianโ€” dikemas dengan begitu sempurna. Seperti yang saya katakan sebelumnya, rasa sakit sangat mendominasi perasaan saya kala membaca buku ini.

Akan tetapi, di samping betapa menyakitkannya buku ini,  saya akhirnya menyadari bahwa kebudayaan Indonesia ternyata memang begitu mempesona. Dalam hal ini, Faisal Oddang membahas mengenai kebudayaan Sulawesi Selatan khususnya Suku Bugis. Hingga akhirnya meninggalkan kesan yang cukup menakjubkan bahwa ternyata masih banyak budaya di Indonesia yang belum saya ketahui. Sehingga, meskipun selama membaca memberikan kesan tidak nyaman namun pembahasan mengenai pengetahuan kebudayaan berhasil membuat saya terpukau. Selain itu, selain membahas mengenai kebudayaan Indonesia Timur, buku ini pun membahas mengenai DI/TII, Pergerakan Anti-Jawa, hingga Gerilya. Karena itu, saya rasa untuk dapat mengetahui lebih lanjut mengenai kejadiaan dalam buku kala itu, akan lebih jelas jika pembaca mencari tahu mengenai informasi yang terjadi pada tahun 1950-1965. Mengingat latar tahun dalam buku ini pada tahun tersebut, bahkan saya sendiri pun beberapa kali mencari informasi tentang itu selama membaca buku ini.

Namun, cukup disayangkan, meskipun dalam buku ini semuanya diceritakan dengan begitu apik tetapi saya menemukan beberapa kesalahan dalam penulisan yang menurut saya cukup mengganggu. Meskipun demikian, hal itu tidak terlalu mempengaruhi kenyamanan selama membaca, tetapi tetap saja ada perasaan mengganggu.

Expand filter menu Content Warnings

clavishorti's review against another edition

Go to review page

dark emotional sad tense medium-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.0

Buku Tiba Sebelum Berangkat karya Faisal Oddang merupakan sebuah perjalanan tak terlupakan. Dengan narasi yang mengguncang dan kejam, penulis berhasil menggigit hati pembaca sejak awal. Dalam kutipan yang penuh daya tarik, "Lidah hanya untuk menyampaikan kata-kata, sedangkan kebenaran bisa disampaikan dengan banyak cara, dan kebenaran tidak terbatas pada kata-kata,โ€ Faisal Oddang berhasil memukau dengan gambaran awal yang menegangkan dan adegan-adegan yang sungguh tidak biasa.

Dalam buku ini, kita disajikan dengan kisah epik yang menarik benang merah dari tahun 1950 hingga masa kini. Tragedi yang menggetarkan hati, mulai dari peristiwa Andi Azis hingga gemuruh Pemberontakan DI/TII, diceritakan dengan sudut pandang yang tak terduga melalui karakter utama, Mapata. Sebagai mantan bissuโ€”pemuka agama yang dihormatiโ€”Mapata terperangkap dalam kungkungan kegelapan dan penyiksaan, perjalanan karakter ini membawa pembaca menyelami luka-luka batin yang tak terhapuskan. Pengkhianatan dan dendam merayap di setiap halaman, menyuguhkan getaran emosi yang mendalam dan rasa yang mengguncang hati. Namun, tepat di tengah kegelapan yang menghimpit, kehadiran kisah cinta yang samar-samar menerangi langit-langit muram, tetapi tak mampu menyulutkan terangnya sepenuhnya. Malah, kegelapan semakin melingkupi dan merangkul cerita dalam lilitan yang tak terlepas.

Buku ini benar-benar memukau dengan kekayaan gambaran tentang budaya dan kepercayaan yang hidup di wilayah Sulawesi Selatan. Latar tempat yang autentik di daerah tersebut, seperti sungai yang mengalir melalui desa dan hutan belantara yang rimbun, memberikan latar belakang yang menarik dan relevan untuk memperkaya alur cerita yang menggugah. Penulis dengan penuh ketelitian berhasil menghadirkan pemahaman mendalam tentang berbagai aspek budaya, seperti ritual adat yang kaya akan simbolisme dan makna, kepercayaan mistis yang melekat dalam setiap langkah masyarakatnya, politik yang kompleks dalam menjaga keseimbangan kekuasaan, sejarah panjang yang sarat dengan perjuangan, serta peran minoritas dan gender dalam menghidupkan harmoni sosial.

Selain itu, penulis juga menyoroti peran bissu dalam melakukan upacara adat di wilayah tersebut, dan dengan detail memaparkannya, mengajak pembaca untuk merasakan atmosfer yang memikat. Keberagaman budaya Sulawesi Selatan sungguh menjadi elemen utama yang menambahkan pesona tersendiri pada buku ini.

Tidak hanya ceritanya yang memikat, tetapi gaya penceritaannya yang dinamis dengan alur maju-mundur juga membawa kesegaran dan daya tarik tersendiri bagi pembaca. Hal ini menghindarkan kesan monoton dan membuat kita ingin terus melanjutkan kisah yang menarik ini.

Kombinasi apik antara kisah yang mendalam dan desain visual yang menawan pada sampul buku ini, membuat karya sastra ini semakin menyempurna. Desain sampul hasil karya Leopold Adi Surya berhasil menarik perhatian saya sejak pandangan pertama.

Kutipan lain yang sangat mengesankan dan mencuri hati saya adalah, "Pemerintah adalah sehebat-hebatnya pembohong. Benarlah kata Andi Upe bahwa kau boleh percaya kepada pencuri, tetapi jangan sekali-kali percaya kepada pemegang kekuasaan.โ€ Kutipan ini dengan tegas menggambarkan kompleksitas politik dan realitas kehidupan dalam cerita ini. Penulis dengan tepat menyampaikan pesan yang kuat tentang kebenaran dan kekuasaan.

Secara keseluruhan, Tiba Sebelum Berangkat adalah sebuah karya sastra yang sangat menarik dari Faisal Oddang. Narasi berani dan mendalam, serta penggambaran yang kaya akan budaya dan kepercayaan lokal, membuat buku ini unik dan memberikan pengalaman membaca yang berbeda. Bagi pembaca yang tertarik pada sastra sejarah, peminat budaya lokal, atau siapa pun yang mencari sudut pandang yang berbeda dalam membaca, buku ini layak dijadikan pilihan.

Expand filter menu Content Warnings

angelreads_5's review

Go to review page

5.0

jalan ceritanya sangat bagus karena dihiasi dengan alur maju-mundur jadi tidak monoton dan penjelasannya sedikit menorehkan sejarah jadi sangat menarik. menurutku buku ini satu suasana dengan buku Laut Bercerita karya Leila S. Chudori.

manchineel's review against another edition

Go to review page

dark emotional sad medium-paced

4.5


Expand filter menu Content Warnings

astalaa's review against another edition

Go to review page

dark emotional sad medium-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? No
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? It's complicated

4.0

Tiba Sebelum Berangkat
by Faisal Oddang

โญ4,0
Kisah yang berlatar tahun 1950-2015 dan berlatar tempat di Sulawesi Selatan ini menceritakan mengenai pergolakan DI/TII, TNI, dan Bissu.

Buku yang mengisahkan mengenai Mapata, mantan bissu yang menjadi korban penculikan oleh suatu organisasi pencegahan penistaan agama yg diakui oleh negara. Disini, diceritakan mengenai sejarah Bissu yang ada di Sulawesi dan segala hal yang berhubungan dengan Bissu. Dan alasan mengapa bissu dianggap menyimpang dari norma dan agama.

Kisah hidup Mapata yang diceritakan mulai dari tahun 1950an menyinggung mengenai DI/TII di Sulawesi, selain itu juga disinggung mengenai Kertosuwirjo, Andi Aziz, dan Kahar Muzzakar. 

Kisah selama masa menjadi Toboto yg dikisahkan Mapata dan penyiksaan selama menjadi tahanan menjadi hal yang "triggering" buat aku sendiri๐Ÿ˜€.

Buku ini buat aku sendiri lebih memberi pemahaman mengenai Bissu, Toboto, Arajang dan hal-hal yang berhubungan dengan hal demikian itu.

Expand filter menu Content Warnings

dapatako's review

Go to review page

4.0

Cerita yang diangkat penulis menunjukkan kedalaman pemahaman dan wawasan penulis dalam merangkai dunia peristiwa yakni sejarah, budaya, adat, kebiasaan, dan segala bentuk ritus yang melengkapinya baik secara nilai maupun simbol. Sebuah bentuk apresiasi pertama kepada penulis.

Kemudian apresiasi untuk penulis yang lain adalah kemampuannya membangun dunia budaya tersebut dirangkai dalam bentuk narasi yang mengajak pembaca untuk memahami ketidakadilan yang dirasakan tokoh atau siapapun yang menjadi korban, entah korban budaya atau korban konflik. Semua tokoh tidak ada yang selamat!

Sayangnya pada saat membaca ada beberapa kekurangan yang mengurangi kenikmatan cerita yaitu terasa bagaimana penulis menjadi semena-mena dalam menulis adegan cerita, sebab-akibat koherensi cerita yang agak janggal, serta terasa ringkas dalam beberapa bagian. Pendapat pribadi.

Meskipun ada beberapa kekurangan namun buku ini layak untuk dinikmati dan dijadikan rekomendasi.