Reviews

Ours by Adrindia Ryandisza

aliferuz's review

Go to review page

3.0

Premis yang diangkat dari buku ini adalah topik yang akhir-akhir ini lagi hangat diperbincangkan: childfree. Menceritakan tentang Prita dan Andi, pasutri yang sejak sebelum menikah sepakat untuk tidak memiliki anak. Hal ini salah satunya disebabkan karena kehidupan masa lalu prita dengan mamanya yang meninggalkan trauma selama bertahun-tahun.

Plot dari cerita ini tidak padat, hanya berputar pada Prita dan Andi yang dituntut untuk konform pada standar masyarakat. Hampir setiap hari dilewati dengan serangan pertanyaan kapan punya momongan. Untungnya, Andi dinarasikan sebagai laki-laki yang tenang dan bisa menjadi support system bagi Prita.

Namun, inilah salah satu hal yang membuat aku sedikit kurang nyaman selama membaca buku ini. Andi is too good to be true. Karakternya nyaris tidak memiliki kekurangan sama sekali. Kekurangannya hanya terlihat (setidaknya bagiku) saat menuju bab akhir, itu pun hanya sekali saja.

Selain itu, aku merasa ada ketimpangan selama membaca buku ini. Aku merasa para ibu yang dijadikan tokoh di buku ini digambarkan sebagai ibu yang kurang baik terhadap anak-anaknya maupun orang lain. Mama Prita, ibu Andi, Fitri, dan mertua Kenzo. Cuma satu tokoh yang digambarkan bisa menjadi ibu sekaligus perempuan karir yang baik: Mbak Tari. Sayangnya, Mbak Tari hanya disebutkan sekilas saja. Jadi, alih-alih memberi pesan kalau kita berhak memilih apa yang terbaik untuk diri kita, pesan tersebut menurutku kurang tersampaikan karena ketimpangan ini.

Last, I think it would be nice if we explore more about the dynamic between Prita and her mum. Memang sudah dijelaskan, tapi menurutku masih kurang tergambarkan apa yang dilakukan mama Prita kepada anaknya itu sampai-sampai meninggalkan trauma yang sangat mendalam.

headliner's review

Go to review page

inspiring lighthearted fast-paced
  • Plot- or character-driven? Plot
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

3.5

Aku rasa keputusan pasangan saat berumah tangga menjadi tanggung jawab dan pilihan mereka; Yang gak perlu diganggu gugat oleh orang lain maupun dipaksa. Sayangnya hal yang kayak gitu gak terjadi di buku ini. Keputusan childfree yang diambil Prita dan Andi rasanya menjadi pertanyaan besar bagi keluarga Andi. Khususnya ibu dan kakaknya, Fitri - sampai berulang kali ditanyain, dikonfirmasi, dan dicurigai kalau gak bisa mempunyai anak (jujur sebel banget karena segitunya). Alasan Prita untuk memilih childfree pun aku rasa cukup masuk akal juga dengan trauma yang dimilikinya.

Cerita di buku ini menurutku cukup merefleksikan bagaimana rumah tangga terjadi di kehidupan nyata dan masalah apa yang kerap menyelimuti; misal konflik batin menantu dengan mertua, perihal finansial, dan perdebatan antar pasangan. Selama baca ini ada hal yang mengusikku yaitu curhat ke lawan jenis tentang masalah di hubungan kita, as I always find that, hal-hal seperti itu jadi penyebab keretakkan dan orang ketiga yang terbiasa hadir. Untungnya gak sampai sejauh itu dan bagiku cerita di buku ini berakhir dengan... (plis jangan dibuka
baik
).

Kalau untuk karakter sendiri, aku dibuat kagum dengan sosok Andi yang he stands up for his wife. Nah, itu! Terus aku sendiri masih ngerasa abu-abu dengan yang sebenarnya terjadi dan bagaimana keadaan antara Prita juga ibunya. Still, aku menikmati buku ini juga penulisan Kak Adrindia yang enak untuk dibaca.

suakamuara's review

Go to review page

emotional informative reflective medium-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? No
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.5

antaresnout's review

Go to review page

emotional informative reflective medium-paced
  • Plot- or character-driven? Plot
  • Strong character development? No
  • Loveable characters? No
  • Diverse cast of characters? No
  • Flaws of characters a main focus? Yes

3.0

readsbyra's review

Go to review page

4.0

Buku ini mengangkat tema childfree yang mungkin di Indonesia mulai banyak dibicarakan. Karena sesuai dengan paham ibunya Andi sang suami, kalo sudah seharusnya pasangan yang menikah itu mempunyai anak. Mengetahui Prita dan Andi memutuskan untuk tidak memiliki anak, tentu saja membuat ibunya mencak-mencak (?) Belum lagi permasalahan dengan Ibu kandung Prita yang menjadi salah satu alasan Prita dan Andi memilih untuk childfree. Permasalahan yang datang dari berbagai sudut membuat Prita dan Andi semakin sulit berkomunikasi. Hingga akhirnya permasalahan mereka dapat diselesaikan dengan komunikasi, tentunya hal ini menjadi reminder bagiku kalo komunikasi memang sangat penting dalam berlangsungnya suatu hubungan baik dengan pasangan, keluarga, maupun teman.

mil_0's review

Go to review page

4.0

aku suka banget disini semuanya tentang pernikahan tuh lengkap! writing style nya oke, pembawaan ceritanya oke, bahasanya oke, plotnya juga oke. pokoknya ini buku pasti aku jejelin dulu ke calon suami sebelum kita kewong sih HAHAHAHA

nadiahes's review

Go to review page

emotional informative inspiring sad medium-paced

4.0

autumnfallreader's review

Go to review page

fast-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? No
  • Loveable characters? No
  • Diverse cast of characters? No
  • Flaws of characters a main focus? Yes

3.0

Baca di Gramedia Digital.

Buku ini kubaca pas banget lagi booming2nya lagi pernyataan selebgram yang lagi booming. Dan aku jadi bisa membedakan mana yang jadi korban dan mana yang jadi korban dan pelaku. Nah, Prita ini korban dan bukan pelaku. Jadi pas aku baca ini pun, aku memahami kenapa dia memutuskan buat ambil jalan ini. Andi  dan Prita ya pasangan yang cocok karena mereka satu visi, dan bisa dipahami juga keduanya kenapa memutuskan buat kayak memilih childfree. 

Nah, sepanjang baca ini, aku ngerasa bosen dan datar-datar aja. Aku juga nggak simpati keduanya. Lebih ke, ya terserah aja keduanya mau gimana, enggak merugikan orang lain. Hubungan keduanya juga datar awal-awal tuh.

Terus akhirnya ada perkara Ibu-Ibu. Dan buku inilah yang bikin aku frustrasi dan lelah. 😂 Kek, ya elaaah buuuuu, seneng banget ngurusin idup orang. 😂 Ibunya Prita pun nggak lebih baik. Yah, background 2 tokoh utamanya itu emang jadinya kuat sih buat mengambil keputusan-keputusan mereka. 

Nah terus, munculah hal ini:
Prita curhat ke Kenzo. Itu bikin aku yang awalnya nggak peduli sama 2 tokoh utama malah jadi kesel ke Prita. Kek, ah elaaaaah, malah curhat ke cowok lain. Bibit perselingkuhan mulai ada nih. Dan karena awalnya buku ini beda value sama aku dan aku nggak mempermasalahkan itu, tiba-tiba munculah value yang jelas-jelas bertentangan dengan aku. Ya ini, curhat ke lawan jenis yang harusnya semua orang juga tahu, ngobrol masalah rumah tangga ke lawan jenis itu salah mau dari segi manapun (kecuali kalau curhat ke konselor pernikahan dan konselornya cowok, sih. Itu pun keknya harus suami istri yg datengnya ngga, sih?) Tapi ya untunglah endingnya memuaskan karena Prita-nya juga jujur.


Over all, bukunya readable, sih. Cuman bosen aja di awal karena emang datar2 aja ceritanya.

lizranan's review

Go to review page

yang paling nggak realistis dari keseluruhan cerita cuma satu. andi. sosok suami yang bisa membagi rasa hormatnya kepada ibu dan juga rumah tangganya. kita biasa disajikan mau itu dalam buku atau realita ketika mertua nyinyir ke istri, suaminya cuma diem. sementara andi bisa pasang badan buat istrinya dengan penegasan. 

dari kisah andi dan prita, pembaca dikasih tau kalau nggak selamanya masalah rumah tangga ada solusi. saat mereka pilih childfree, sampe akhir pun ibunya andi nggak setuju walau andi sudah menjelaskan dan menegaskan kalau itu keputusan mereka berdua. solusinya yaudah kuat-kuatin sampe ibunya nggak ada. nggak selamanya orang sekitar bisa jadi supporter. ada supporter dari luar pun tapi kalau yang menjalani rumah tangga nggak bisa saling menguatkan juga tetep buyar. andi dan prita mengingatkan jika pernikahan adalah tentang teamwork. bukan tugas individu. saling menguatkan dan mendukung.  

wandakart's review

Go to review page

emotional reflective medium-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.5

 Saya tipikal yang kalau baca buku harus sesuai mood atau menyesuaikan dengan keadaan pribadi saya-- dan buku ini salah satunya. Tema yang dibawa penulis cukup relate dengan keadaan saya sekarang, yaitu ketakutan untuk memiliki anak-- walaupun saya sendiri belum menikah, tapi saya sudah khawatir akan hal itu. Seperti yang dikatakan tokoh utama dalam novel ini, Prita, bahwa tidak semua perempuan bisa jadi ibu, mamiliki anak bukanlah hal coba-coba, memutuskan untuk memiliki anak pun tanggung jawab besar dari masalah finansial hingga pendidikan karakter anak. Namun, hal tersebut bukan tanpa alasan, Prita bisa berbicara seperti itu karena ia mempunyai trauma masa lalu yang mana ibunya menyesal telah melahirkannya, bahkan Prita mendapatkan perlakuan tidak baik dari sosok yang orang biasa sebut "Ibu".

Buku ini banyak membicarakan tentang masalah dalam keluarga dan pasangan hidup. Banyak sekali pelajaran yang bisa diambil. Saya rasa untuk kalian yang masih umur 20an atau yang belum menikah, buku ini cocok dibaca sebagai gambaran masa depan dalam menjalani sebuah hubungan atau bahkan rumah tangga.

kekurangan dari buku ini adalah hal yang tidak krusial pada isi bukunya, yaitu tidak adanya daftar isi dan pembatas jeda dari adegan satu ke adegan lainnya. Itu saja.

terima kasih
wanda^^