Reviews tagging 'Gaslighting'

Holiday in the Hamptons by Sarah Morgan

1 review

blackferrum's review against another edition

Go to review page

emotional funny informative lighthearted relaxing slow-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

3.75

Actual rating: 3,8

Bingung mau kasih bintang berapa, soalnya buku ini bagiku lebih baik dari kisahnya Harriet. Mungkin efek bacanya kebalik jadi waktu baca kisahnya Harriet banyak hal yang masih dipertanyaan dan kurang puas. Lalu di buku ini dijelaskan alasan "kenapa"-nya, walaupun aku nggak yakin begitu, sih.

Buku kelima seri From Manhattan with Love menceritakan tentang si kembar sulung keluarga Knight, Fliss yang mengunjungi Hamptons setelah mendapat telepon dari neneknya. Orang yang dikira dihubungi oleh neneknya awalnya Harriet, tetapi karena Fliss yang menerima informasi itu, jadi dia berpikir ini ide bagus untuk melarikan diri dari mantan suaminya. Tapi, siapa yang bisa menyangka jika orang yang dia hindari justru berada di sana juga. Mereka menghabiskan musim panas bersama sekali lagi, dengan kesan yang berbeda.

Pertama, aku suka sama karakterisasi Fliss & Seth. Karena baca kisah Harriet dan karakterisasinya yang cewek deketin cowoknya duluan, disuguhin Seth yang berusaha keras buat mendorong Fliss duluan tuh, aduh. Fliss juga bukan tipe cewek yang tarik-ulur nyebelin, bilangnya A tapi mendadak ganti jadi H. Dia konsisten pakai trauma sebagai tameng buat Seth deketin dia.

Kedua, kalau sebelumnya agak gimana gitu karena ayah si kembar disebut-sebut jahat mulu, di sini nggak kerasa lagi. Entah karena kebiasa atau apa. Si bapak Knight emang beberapa kali dibahas, sih, tapi nggak bikin senewen aja. Justru makin kasihan sama Fliss karena kepribadiannya bener-bener dibentuk karena ulah ayahnya sejak dia kecil. Bagian dia selalu bilang dirinya bukan orang baik tuh emang menjengkelkan sih, karena diulang terus dan terkesan bikin Fliss tuh wanita yang suka nethink, tapi lama-lama ya paham kenapa Fliss selalu bilang kayak gitu. Justru numbuhin empati dan simpati ke Fliss.

Ketiga, perubahan Fliss kerasa banget dan bagus; yang awalnya tertutup jadi sedikit membuka percakapan yang intim, walaupun di beberapa bagian masih nolak kalau digali perasaannya.
Sewaktu Seth memutuskan buat nyerah karena Fliss nggak mau mengubah dirinya sendiri, tuh, wow. Nggak banyak yang bisa kayak gitu, eh lebih ke nggak nyangka sih, karena biasanya konflik di paruh akhir cenderung yang ringan buanget banget banget. Yang begini bikin Fliss mikir, kan, dia mau maju juga gimana, ya, gengsi dan dia nggak kebiasa sama pengungkapan perasaan dengan cara-cara emosional macam itu. Di sisi lain dia nggak bisa lepasin Seth


Keempat, ada beberapa bagian nggak terlalu penting yang entah kenapa malah dipanjangin padahal udah berpotensi membosankan yang bikin aku nggak bisa kasih genap 4 bintang. Plus, emang beberapa buku bilang hidup di sebuah komunitas mesti siap dikupas sampai tuntas masalah hidupmu, tapi tetep nggak kebiasa sih kalau udah ngulik sampai ke bagian privasi.

Kelima, aku nggak merasa mengambil keputusan yang salah baca buku akhirnya dulu baru ini karena ini udah pas banget! Memang berpotensi spoiler, tapi nggak fatal banget, sih. Malah kayak cocok baca buku keenamnya dulu baru ini.

Expand filter menu Content Warnings
More...