A review by ariani15d
Perempuan di Titik Nol by Moh. Amir Sutaarga, Nawal El Saadawi

Berkisah tentang pengakuan Firdaus, perempuan yang menunggu hukuman matinya dalam penjara.
Firdaus yang dalam hidupnya dikelilingi orang-orang licik dengan berani mengambil keputusan untuk menerima "kematiannya".
Mengapa?
"Oleh karena dunia penuh dusta, ia harus membayar harganya dengan kematian" (174).

Membaca novel ini membuat saya sedih dan terluka sejak halaman pertama. Kata-kata penuh kritikan dan terkesan sinis dalam novel ini mampu menggambarkan kehidupan Firdaus yang jauh dari kata "bahagia".

Budaya patriarki yang dilabeli sebagai perintah agama menjadikan perempuan tidak mendapatkan hak-haknya sebagai manusia. Seperti yang terjadi pada Firdaus, ia harus menuruti perintah ayah, paman, dan suaminya.
Persoalan tentang tubuh perempuan yang seringkali menjadi 'objek' digambarkan dengan sangat rinci dalam novel ini.
Tak mengherankan bahwa novel ini selalu muncul di mesin pencarian internet dengan tema "Feminisme".

Membaca novel ini berarti bersedia melihat salah satu kebenaran yang terkuak, karena menurut pengakuan pengarang novel ini diangkat dari kisah nyata.