Take a photo of a barcode or cover
A review by my_bibliotheca
Days at the Morisaki Bookshop by Satoshi Yagisawa
emotional
funny
hopeful
informative
inspiring
lighthearted
reflective
relaxing
medium-paced
4.5
Bagi penggemar buku bekas, Morisaki Bookshop merupakan surganya para pembaca dengan koleksi literatur modern Jepang. Di jalan Sakura dan Yasukunj, Jimbocho inilah, berjejer toko buku dengan spesialisasine masing-masing. Dari penggambaran latarnya saja, bisa membuat kita langsung jatuh cinta!
Tapi tidak dengan kisah pembukanya. Takako, ia patah hati karena seseorang yang sudah dianggapnya sebagai pacar secara tiba-tiba mengabari bahwa dirinya akan menikah dengan orang lain. Orang yang masih satu kantor dengan merka berdua. Takako memutuskan resign dan dari sanalah pertemuaan Takako dengan pamannya yang unik dimulai.
Pamannya merupakan pemilik dari toko buku Morisaki yang duda karena ditinggal istrinya dan tidak memiliki anak, oleh sebab itu Takako sufah dianggap sebagai anaknya sendiri. Ia menawarkan agar Takako pindah ke Morisaki selama ia masih belum memiliki pekerjaan baru. "What a dream live!", tinggal di toko buku dengan setumpuk buku yang sudah tidak bersegel dan artinya kita bisa membacanya sepuas hati kita. Tapi Takako tidak suka membaca dan merasa canggung dengan pamannya karena terakhir mereka bertemu adalah 10 tahun yang lalu. Namun akhirnya, ia mengiyakan juga tawaran pamannya.
Keseharian Takako dituliskan begitu membosankan, karena ia tidak suka membaca dan sedang patah hati. Aku suka penulis menggambarkan isi hati Takako yang begitu gamblang (bukunya ditulis dari sudut pandang orang pertama). Kemudian, perubahan demi perubahan yang diusahakan dari penghiburan pamannya, Satoru membuahkan hasil.
Dalam buku ini karakternya banyak menyimpan kesedihan yang dipendam dan diredam. Bahkan tanpa kita sadari, orang yang terlihat melucu setiap hari ternyata memiliki beban hidup juga. Ketika istri pamannya tiba-tiba kembali, keadaan seakan-akan normal. Tapi mereka tahu, ada sesuatu yang mengganjal dan perlu dibenahkan. Takako yang memegang kendali tersebut.
Pembangunan bonding antar keluarga dinarasikan dengan begitu elegan dan asyik. Mungkin ini juga dipengaruhi karakter istri Satoru, Momoko yang ceria, sudah biasa menutupi kesedihannya. Bonding bersama Takako dengan melakukan trip berdua patut dicontoh dan diterapkan. Selain efektif menjalin kerjasama, juga entah bagaimana ketika jalan-jalan ke tempat asing terutama di alam, kita akan lebih mudah mengungkapkan dan melepaskan beban pikiran. Hanya dengan sekedar bercerita ke orang yang kita percayai.
Jadi kalau mau cari buku yang ringan sekaligus heartwarming, Days at the Morisski Bookshop bisa jadi incaranmu selanjutnya!