A review by tsamarah
Almond by Won-pyung Sohn

challenging emotional reflective sad medium-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? It's complicated
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

5.0

Almond merupakan sebuah karya novel perdana Sohn Won-pyung yang mengisahkan seorang anak bernama Yunjae yang terlahir dengan “keistimewaan” dikarenakan vonis medis alexithymia, sebuah penyakit psikis yang mengakibatkan ketidakmampuan merasakan dan memahami emosi, baik dalam diri sendiri maupun orang lain. Keistimewaan yang dimiliki menyebabkan kedudukan dirinya yang mencolok di masyarakat, sehingga sang Ibu berusaha keras memberikan petunjuk agar Yunjae tetap terlihat memiliki kepribadian yang normal. Namun, sebuah tragedi tidak terduga yang menimpanya memaksa Yunjae untuk mengulang kembali pertumbuhannya dari awal—mempelajari kembali bagaimana menjadi manusia utuh yang memiliki empati.

Dalam penulisannya, Won-pyung mengimplementasikan perspektif orang pertama dari sisi Yunjae sebagai karakter utama, membentuk novel Almond sebagai sebuah jurnal harian panjang yang menceritakan perjalanan hidup Yunjae dari masa kecil hingga dewasa. Hal tersebut memberikan keuntungan untuk mendalami kondisi psikis Yunjae yang lebih istimewa dari orang kebanyakan, mendorong pembaca untuk melihat dunia dari pandangan Yunjae yang juga terbilang unik. Penulisan cerita melalui cara pandang Yunjae ini mampu membangun narasi yang mematahkan stereotip bahwa anak-anak berkebutuhan khusus tidak bisa berkembang dengan baik dan pintar seperti anak normal, dengan menunjukkan bagaimana lugas dan cerdasnya Yunjae dalam memahami dan menanggapi suatu situasi.

Tidak hanya itu, narasi yang disuguhkan juga mengilustrasikan bagaimana peran orang tua dan lingkungan berpengaruh dalam tumbuh kembang seorang anak, menekankan idealisme “nurture than nature” yang mendorong pemahaman tentang sikap dan kepribadian anak merupakan hasil dari pembelajaran terhadap lingkungannya, bukan sebatas pembawaan dari lahir. Pemikiran Won-pyung tersebut tidak hanya terlihat dalam karakterisasi Won-pyung, tetapi juga karakter-karakter sepantaran lainnya, layaknya Gon dan Dora.

Won-pyung menyampaikan berbagai macam contoh didikan atau nurture yang memberikan dampak terhadap karakter dan pandangan seseorang, seperti contohnya Gon, sahabat sekaligus mantan tukang rundung Yunjae di sekolah, yang justru terlihat lebih aneh dan buruk dari Yunjae yang memiliki kondisi distingtif, dikarenakan pribadinya yang memberontak dan tidak turut peraturan; sikap yang tumbuh atas lingkungan yang abusif dan bimbingan yang kurang kasih sayang, dan kebaikan yang dia terima hanyalah dari Yunjae yang dia pernah rundung. Contoh lainnya adalah Dora, remaja yang menjadi love interest Yunjae dalam novel tersebut, memiliki didikan yang keras dengan ekspektasi hidup tinggi yang membentuknya menjadi seseorang yang relatif ceria dan sensitif namun sangat ambisius terhadap impiannya.

Tidak hanya menampakkan pengaruh didikan, namun Won-pyung juga memberikan deskripsi atas perbedaan cara orang tua dan lingkungan dalam membimbing anak-anak tersebut, seperti didikan Ibu dan Nenek yang bersifat penuh kasih sayang namun tegas dalam mengajari perilaku sosial yang baik terhadap Yunjae berbanding terbalik dengan cara didik Dr. Shim yang kerap mengajak Yunjae berdiskusi dan mengevaluasi apa yang dia lihat dan rasa, atau orang tua kandung Gon yang lalai tapi tidak bisa menerima akibat dari kelalaian mereka sehingga merujuk ke didikan yang penuh kekerasan terhadap Gon.

Oleh karena itu, dengan banyaknya representatif nurture yang dideskripsikan oleh Won-pyung, novel Almond memiliki dinamika yang komunikatif dan penuh empati, membangun rasa simpati pembaca terhadap setiap karakter yang disuguhkan tanpa menyudutkan pihak yang salah dan benar. Dinamika ini pula menyampaikan atmosfer yang intim sebagai novel slice-of-life, menampakkan motivasi dan latar belakang Won-pyung yang juga sebagai ibu, sehingga ada kalanya sisipan dialog dan deskripsi dalam novel ini yang terkesan projecting dari idealisme pribadi.

Pada akhirnya, novel Almond merupakan novel perdana yang brilian dan penuh dengan emosi yang menyeruak dari segala sisi; pembaca diajak untuk terenyuh atas perkembangan Yunjae dari anak yang terkungkung dengan kondisi psikisnya yang tidak biasa menjadi seseorang yang cemerlang dan mampu “merasa” setelah menjalani hidup yang penuh tantangan, pembaca juga diajak untuk timbang rasa dan melihat kebaikan Gon di balik garangnya kepribadian anak tersebut, dan bangga terhadap Dora yang akhirnya dapat mencapai cita-cita tanpa harus merasa tertekan oleh ekspektasi berlebih.

Maka dari itu, novel Almond sangat direkomendasikan untuk dibaca sekali seumur hidup sebagai sebuah refleksi akan eksistensi diri dan orang lain, dan bagaimana kita saling memperlakukan satu sama lain. 

Expand filter menu Content Warnings