A review by bungadinding
The Scarlet Letter - Aksara Duka by Nathaniel Hawthorne

5.0

Agak beda dari cerita tentang perselingkuhan/adultery biasanya, buku ini nggak menceritakan tentang perselingkuhan itu sendiri tapi apa yang terjadi setelahnya. Di awal buku langsung dihadapkan peristiwa Hester Prynne dihukum berdiri di panggung hukuman berjam-jam mengenakan huruf "A" (for Adultery) merah menyala di dadanya karena ketahuan hamil dan melahirkan bayi perempuan tanpa suami, kemudian kemunculan suaminya kembali yang dikira sudah lama mati, dan identitas kekasih Hester masih misteri karena Hester menolak memberitahu siapapun, dan tak ada pria yang mengaku. Suspense-nya sangat terjaga; sejak awal aku deg-degan sekaligus penasaran bagaimana Hester akan menjalani hukumannya sampai akhir hayat, harus selalu mengenakan huruf A itu di dadanya dan dikucilkan masyarakat. Lalu bagaimana reaksi si mantan suami yang ternyata berniat balas dendam ke kekasih Hester. Dan si pria misterius ini... siapa? Apakah dia masih bisa ongkang-ongkang kaki sementara Hester menanggung semua hukuman sendirian?

Ini bukan novel thriller, jadi sejak pertengahan buku pun sendirinya menjadi jelas siapa ayah dari bayinya Hester. Tapi aku tetap menanti-nanti apakah si mantan suami Hester akan berhasil melakukan pembalasan dendam, apakah si pria misterius akhirnya mengaku, apakah Hester dan Pearl, putrinya, selamanya harus hidup dalam hukuman pengasingan? Dan satu hal yang paling bagus, menonjol, dan paling kusukai dari novel ini adalah penggambaran yang sangat detail dan mendalam tentang pergolakan batin masing-masing tokoh. Gaya bahasanya yang liris justru bikin aku terhanyut dan enggan berhenti membaca.

Apakah si kekasih Hester pengecut karena nggak mengaku sejak awal? Dia punya alasan, martabat yang dipertaruhkan, tapi in the end sih menurutku tetap aja iya, dia lemah dan pengecut. "Hukuman" yang coba diterapkan ke diri sendiri terbukti tetap nggak bisa menuntaskan penderitaan batinnya. Tapi gimanapun, penderitaan diam-diamnya ini menimbulkan simpati juga. Si mantan suami Hester, pihak yang sejak awal sebenarnya adalah korban dari perselingkuhan istrinya, membuktikan bahwa dendam nggak membawa manfaat apapun, malah merubah sifatnya menjadi kian gelap dari hari ke hari, sehingga di antara dia, Hester dan selingkuhannya, sulit memutuskan siapa yang paling "bersalah." Tokoh Hester sendiri, si pendosa sekaligus korban masyarakatnya, pengasingan membuatnya berintrospeksi diri dan membukakan pikirannya, tapi aku salut dengan sikapnya yang tegar bertahan menerima hukuman. Untuk mendobrak sistem masyarakat yang hipokrit, caranya nggak melulu dengan kabur memberontak, justru dengan patuh bertahan Hester menelanjangi sikap masyarakatnya. Tapi pandangan masyarakat sendiri juga... bisa jadi sangat bebal, percaya apa yang memang ingin mereka percaya meski entah mana yang merupakan kebenaran, kayak yang terbukti di bab terakhir.

Gimanapun, mungkin memang begitulah kehidupan =)) Ending ceritanya dramatis dan cukup nggak terduga. Overall, buku ini berkesan sekali :))