Scan barcode
A review by bungadinding
Kisah Pi by Yann Martel
5.0
Udah punya buku ini sejak SMP. Belum lama ini bukunya baru balik setelah dipinjem temen lumayan lama, akhirnya baca ulang sekilas-sekilas.
*setelah ini mungkin agak spoiler*
Waktu SMP caraku ngebaca buku ini pure as an amazing tale. Aku 100% percaya kalau cerita Pi versi yang ada binatang-binatangnya itulah yang benar, trus di ending sewaktu dia menceritakan versi lain yang tanpa-binatang, pokoknya dia bohong aja biar ceritanya kedengaran rasional. Sekarang udah lebih ngerti kalau cerita versi kedua itu mungkin malah yang benar, trus rasanya agak-agak syok (...) However, aku setuju pas baca analisis di SparkNotes kalau manusia rupanya sering menggunakan imajinasi buat meringankan kenyataan hidup yang berat. Contoh: lebih enak percaya aku ini sebenarnya lahir di dimensi lain yang ajaib, macem Hogwarts atau Narnia, Middle-Earth, Wonderland, 1Q84, apapunlah, trus sejak entah kapan tanpa sadar terseret masuk ke dunia nyata yang aneh ini sampai sekarang--daripada nerima kenyataan dari lahir sampai sekarang ya this is my real world (....) Contoh lain: someone I know recently told me that she was jealous of her business rivals, sampai nuduh kalau saingannya itu jangan-jangan pake cara curang buat cari untung macem babi ngepet, tuyul dkk. Kupikir, mungkin bagi dia lebih enak berimajinasi gitu daripada nerima kenyataan kalau dia kalah bersaing. Begitulah...
Tapi juga, nilai lain yang ditanamkan Pi lewat buku ini, dan maknanya besar banget: faith. Iman. Mungkin imajinasi itu ibaratnya sekoci penyelamat kali ya, sementara faith itu ibaratnya kemudi atau malah motor penggerak; kamu naik sekoci aja udah selamat, tapi cuma terombang-ambing di tengah laut tanpa daya, nunggu takdir kapan sampai daratan aja. Sementara kalau kamu punya kemudi dan motor penggerak, kamu bisa nentuin arah sendiri dan maju, selamat lebih cepat.
Cara pandang Pi tentang keimanan dalam buku ini dalem sih. Lumayan nonjok, eye-opening, mungkin selama ini tanpa sadar dikit-banyak aku kepengaruh juga sama cara pandang Pi.
*setelah ini mungkin agak spoiler*
Waktu SMP caraku ngebaca buku ini pure as an amazing tale. Aku 100% percaya kalau cerita Pi versi yang ada binatang-binatangnya itulah yang benar, trus di ending sewaktu dia menceritakan versi lain yang tanpa-binatang, pokoknya dia bohong aja biar ceritanya kedengaran rasional. Sekarang udah lebih ngerti kalau cerita versi kedua itu mungkin malah yang benar, trus rasanya agak-agak syok (...) However, aku setuju pas baca analisis di SparkNotes kalau manusia rupanya sering menggunakan imajinasi buat meringankan kenyataan hidup yang berat. Contoh: lebih enak percaya aku ini sebenarnya lahir di dimensi lain yang ajaib, macem Hogwarts atau Narnia, Middle-Earth, Wonderland, 1Q84, apapunlah, trus sejak entah kapan tanpa sadar terseret masuk ke dunia nyata yang aneh ini sampai sekarang--daripada nerima kenyataan dari lahir sampai sekarang ya this is my real world (....) Contoh lain: someone I know recently told me that she was jealous of her business rivals, sampai nuduh kalau saingannya itu jangan-jangan pake cara curang buat cari untung macem babi ngepet, tuyul dkk. Kupikir, mungkin bagi dia lebih enak berimajinasi gitu daripada nerima kenyataan kalau dia kalah bersaing. Begitulah...
Tapi juga, nilai lain yang ditanamkan Pi lewat buku ini, dan maknanya besar banget: faith. Iman. Mungkin imajinasi itu ibaratnya sekoci penyelamat kali ya, sementara faith itu ibaratnya kemudi atau malah motor penggerak; kamu naik sekoci aja udah selamat, tapi cuma terombang-ambing di tengah laut tanpa daya, nunggu takdir kapan sampai daratan aja. Sementara kalau kamu punya kemudi dan motor penggerak, kamu bisa nentuin arah sendiri dan maju, selamat lebih cepat.
Cara pandang Pi tentang keimanan dalam buku ini dalem sih. Lumayan nonjok, eye-opening, mungkin selama ini tanpa sadar dikit-banyak aku kepengaruh juga sama cara pandang Pi.