A review by ativonmi
Banyu Biru by Ayu Dewi

mysterious

4.0

Aku nggak sengaja nemu buku ini waktu iseng-iseng scroll di aplikasi Gramdig. Covernya cantik dan waktu nyoba baca blurb-nya, wahh tentang perusahaan semacam BIN, pulau terpencil dan pencarian pemuda misterius. Satu Kata “Menarik”.

Secara singkat ceritanya membahas tentang organisasi rahasia milik pemerintah yang bertujuan untuk mengeksplor pulau-pulau yang belum terjamah di Indonesia. Taufik yang bekerja di Balikpapan tiba-tiba mendapatkan email dari perusahaan rahasia ini. Karena merasa tertantang, dia resign dari pekerjaannya yang sekarang dan pulang ke Surabaya dan kebetulan dia memang dari Surabaya–sehingga orang tuanya pun senang dia pulang.

Selang waktu, Taufik terjun sebagai salah satu tim pengeksplorasi pulau, pulaunya diberi nama 0017. Saat melakukan eksplorasi Taufik bertemu dengan penduduk yang bermata biru dan memiliki tanda lahir di dekat pelipis. Oh, iya penduduk suku ini pun tertutup dan tidak mau menerima mereka waktu eksplorasi, dan mereka menghilang seperti ditelan bumi. Eksplorasinya pun di batalkan. (Tapi sejujurnya waktu bahas soal suku bermata biru, Aku tiba-tiba langsung ingat soal Suku Lingon yang ada di Pedalaman Halmahera, Maluku).

Hampir dua tahun eksplorasi mengalami kebuntuan. Taufik secara tidak sengaja bertemu Banyu Biru, seorang remaja usia tujuh belas tahun yang memiliki ciri-ciri seperti penduduk suku 0017. Dari sinilah segala hal yang terpendam lama mulai terkuak.

Novel ini diceritakan dengan dua sudut pandang yaitu sudut pandang Taufik dan sudut pandang Biru. Sehingga menurut Aku terlalu terdapat pengulangan, yang seharusnya bisa dipakai buat menjelaskan masalah lain atau detail lain terkait kisah-kisah mereka, seperti mengapa Taufik tiba-tiba dipilih untuk menjadi karyawan di T-Nos, kisah lebih detail terkait orang tua Biru atau malah sudut pandang lain dari suku bermata biru??? Bagaimana caranya pulaunya bisa menghilang??? Apakah menggunakan kekuatan serba canggih atau menggunakan semacam klenik sebagainya???
Tapi di luar hal itu, aku suka persahabatan antara Biru, Tasya dan Adimas (pingin juga ngulang masa SMA kayak gini).

beberapa kutipan yang Aku suka dari Novel ini:
Tuhan memang adil, tetapi keadilan itu hanya dirasakan oleh mereka-mereka yang ber-Tuhan. Kesengsaraan, iri hati, dan benci membuat seseorang menjelma menjadi makhluk tidak ber-Tuhan, itulah asal dari ketidakadilan.

"Hidupmu tidak beracuan pada hidup orang lain, karena timing setiap orang itu berbeda. Bisa jadi kamu lulus duluan tapi nggak segera dapat kerja. Bisa jadi yang lulus terlambat justru langsung mendapatkan kerja. Bisa jadi yang usianya lebih tua tidak segera menemukan jodohnya. Bisa jadi yang usianya lebih mudah justru menikah duluan". Rezeki, jodoh, kematian... semua sudah diatur. Tinggal bagaimana kita ikhlas dan tetap berusaha, karena hasilnya ngaak ada yang tahu. Full of surprise.