You need to sign in or sign up before continuing.
Take a photo of a barcode or cover
A review by devipurwanti
Lebih Putih Dariku by Dido Michielsen
challenging
emotional
reflective
medium-paced
- Strong character development? Yes
5.0
Semula ku pikir “Lebih Putih Dariku” bercerita tentang penerimaan diri bagi perempuan kulit berwarna di tengah standar kecantikan yang sering kali nggak masuk akal, terutama di wilayah tropis. Namun, buku ini ternyata menawarkan lebih dari itu: kisah tentang Isah, perempuan Jawa yang lahir sebagai bangsawan rendahan dan menjalani hidupnya sebagai nyai.
Peran nyai penuh dengan dilema, dari sebagai pengatur rumah tangga hingga pendamping orang-orang Belanda totok, termasuk dalam hubungan seksual tanpa ikatan pernikahan. Namun, yang lebih penting untuk disoroti adalah bahwa ini nggak membuat mereka berhak atas diri mereka sendiri dan keturunannya.
Peran nyai penuh dengan dilema, dari sebagai pengatur rumah tangga hingga pendamping orang-orang Belanda totok, termasuk dalam hubungan seksual tanpa ikatan pernikahan. Namun, yang lebih penting untuk disoroti adalah bahwa ini nggak membuat mereka berhak atas diri mereka sendiri dan keturunannya.
Kisah hidup Isah bukan hanya tentang perjalanan hidupnya sebagai nyai, tetapi juga pergulatan batinnya sebagai seorang anak di keraton, seorang ibu yang kehilangan anak-anaknya, dan seorang perempuan yang terus belajar tentang kekuatan di tengah sistem yang membatasinya.
Meskipun begitu dan terkadang hanya berani di dalam pikiran, Isah jarang kehilangan keberanian untuk berpikir kritis dan meneguhkan martabatnya. Canting, sahabat Isah, membantu merekam kisah hidupnya sebagai bentuk merawat ingatan, bukan hanya untuk keturunannya, tetapi juga untuk perempuan lain yang mengalami nasib serupa.
Meskipun begitu dan terkadang hanya berani di dalam pikiran, Isah jarang kehilangan keberanian untuk berpikir kritis dan meneguhkan martabatnya. Canting, sahabat Isah, membantu merekam kisah hidupnya sebagai bentuk merawat ingatan, bukan hanya untuk keturunannya, tetapi juga untuk perempuan lain yang mengalami nasib serupa.
Sebenarnya aku juga lebih senang memanggil nama kecilnya, Piranti, daripada Isah. Ku pikir nama itu lebih merdeka dan bermakna. Jika karakternya mungkin dihidupkan, aku hanya ingin bilang: Piranti, pilihan-pilihanmu adalah wujud keberanianmu. Dalam dunia yang begitu membatasi perempuan, kamu sudah melakukan yang terbaik. Kisahmu adalah pengingat bahwa perjuangan perempuan selalu layak didengar dan dihargai.
Graphic: Domestic abuse, Emotional abuse, Misogyny, Sexism, Sexual violence, Slavery, Pregnancy, Abandonment, Colonisation, and Classism
Minor: Addiction