You need to sign in or sign up before continuing.

A review by blackferrum
022 by Lokalpcy

lighthearted medium-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? No
  • Loveable characters? No

2.0

Hubungan rumit, akhir yang tidak cukup sulit.

Selesai manggung, Cakrawala berniat langsung kembali ke indekos karena ada tugas kuliah yang belum selesai, plus dia lelah luar biasa. Manajernya datang mengabarkan ada media yang mau wawancara. Bubrah rencana Ceye (nickname Cakrawala). Mood-nya anjlok. Sebelum menyadari jika reporter yang mewawancarai punya penampilan unik dan berbeda dari reporter kebanyakan. Dan roda kisah mereka mulai berputar.

Mengesampingkan gaya penulisannya yang suka-suka banget, sebenarnya ceritanya menarik. Tapi, mulai off banget waktu Ceye menyatakan perasaannya ke Ladin.

Pertama, apa Ceye udah cari tahu Ladin nggak keberatan dengan caranya membawakan lagu favorit cewek itu dan jadi kode kalau dia punya perasaan lebih ke dia?

Kedua, gimana caranya orang-orang langsung tahu Ceye natap siapa? Bisa aja, kan, ada yang outfit-nya kembaran. Lagi pula, itu banyak banget orang posisinya. Masa iya mereka langsung paham siapanya, kecuali emang orang-orang di dekat Ladin berdiri saat itu (dan kayaknya bakal loading lama juga, sih).

Ketiga, waktu mereka akhirnya ngobrol di mobil, Ceye jelas-jelas mendesak Ladin buat jawab pertanyaannya. Dia kelihatan gusar karena Ladin hanya diam, nggak mulai inisiatif. Lalu ada kesan (menurutku) Ceye kecewa Ladin nggak bisa lihat ketulusannya bawain lagu favorit dia di atas panggung padahal nggak begitu mendapat antusiasme penonton. Pertanyaannya, yang nyuruh lu begitu siape, Ye?

Sepanjang baca ini terlalu gemas dengan kelakuan para cowok yang nembak Ladin ini. Ceye yang kekeuh mempertahankan posisi dan secara nggak langsung malah nyerang Ladin. Lalu, Wira yang mendadak jadi cowok jahat karena nggak mau mengerti isyarat. Bentar, buat yang terakhir Ladin juga ada andil, karena nggak tegas.

Bagian yang aneh sebenarnya ya, soal Ceye yang seolah melimpahkan kesalahan ke Ladin karena nggak mau menerima dia atau nggak egois sama perasaannya. Terus mendadak narasinya jadi berubah memojokkan Ladin. Padahal ya, di awal nggak ada indikasi Ladin trauma atau penjelasan apa gitu yang bikin dia harus mikir dulu buat jawab pernyataan Ceye.

Bukannya mau menggampangkan trauma, tapi alasan trauma Ceye soal hubungan itu bagiku kurang kuat. Kalau diperkuat di bagian itu kayaknya bakal oke aja, sih, dia nggak bisa tegas sama perasannya atau apa. Malah bagiku, masalah Ladin ini harusnya ada di Ceye alias kebalik.

Oh, ya, bukannya membela Tara, tapi emang jahat banget sih perlakuan Ceye ke Tara. Seenak jidat banget didekati lagi pas lagi semi patah hati. Alasan apa pun tetap nggak masuk akal kalau ending-nya dia gituin Tara.

Again, buku ini kayaknya memang bukan mangkuk dan porsiku. Semoga bisa bertemu buku lain dari penulis yang lebih sesuai selera.