Scan barcode
A review by nikolinaza
Laila Tak Pulang by Abi Ardianda
4.0
Actual rating: 4,5 ⭐
Trigger warning: drugs, rape, violence, gore.
Seperti di karya debutnya yang berjudul "Kelab Dalam Swalayan", Abi Ardianda kembali dengan kisah thriller psikologis yang juga membawakan isu sosial seperti kesetaraan gender. Cerita dimulai dengan sebuah tragedi kematian yang kemudian ditarik dengan jalinan alur maju-mundur yang menunjukkan sebab, akibat, dan kelanjutan dari tragedi tersebut. Di awal mungkin terasa membingungkan karena misterinya terasa absurd untuk satu sama lain. Namun, di akhir cerita, semuanya benang merah yang terurai berkumpul menjadi satu kesatuan yang secara otomatis mengingatkan aku terhadap detail-detail kecil yang sempat kutemui di sepanjang cerita. Bab-nya juga pendek-pendek, jadi tidak terlalu membosankan dan cenderung mudah dibaca dalam sekali-dua kali duduk. Cocok buat bersantai di hari libur yang tinggal sebentar ini (menangis sedikit).
Hanya saja, garis waktu yang maju-mundur terkadang membuat bingung. Saking halusnya, kadang aku sendiri tidak sadar kalau peristiwa yang diceritakan sudah berubah atau waktunya sudah bergeser. Kadang aku butuh dua kali mengulang bagian yang sama untuk memastikan sampai mana ceritanya berjalan. Juga, mungkin karena ceritanya yang cenderung singkat, beberapa tokoh yang seharusnya punya peran penting dalam keseluruhan jalan cerita jadi kurang ter-highlight penampilannya. Kalau saja penulis lebih mengekspos mereka alih-alih berfokus pada dua tokoh utama (yang mana salah satunya bikin kesal setengah mati karena kebebalannya sekaligus karena aku sangat relate dengan dia), intriknya akan semakin rumit dan misterinya jadi semakin thrilling.
Meski begitu, semua yang disajikan dalam durasi kurang dari 300 halaman ini sudah membuatku merasa memang tidak ada tokoh yang waras di dalam 'Laila Tak Pulang' ini. Rasanya keliyengan sendiri setelah selesai baca bukunya gara-gara kelakuan mereka
Trigger warning: drugs, rape, violence, gore.
Seperti di karya debutnya yang berjudul "Kelab Dalam Swalayan", Abi Ardianda kembali dengan kisah thriller psikologis yang juga membawakan isu sosial seperti kesetaraan gender. Cerita dimulai dengan sebuah tragedi kematian yang kemudian ditarik dengan jalinan alur maju-mundur yang menunjukkan sebab, akibat, dan kelanjutan dari tragedi tersebut. Di awal mungkin terasa membingungkan karena misterinya terasa absurd untuk satu sama lain. Namun, di akhir cerita, semuanya benang merah yang terurai berkumpul menjadi satu kesatuan yang secara otomatis mengingatkan aku terhadap detail-detail kecil yang sempat kutemui di sepanjang cerita. Bab-nya juga pendek-pendek, jadi tidak terlalu membosankan dan cenderung mudah dibaca dalam sekali-dua kali duduk. Cocok buat bersantai di hari libur yang tinggal sebentar ini (menangis sedikit).
Hanya saja, garis waktu yang maju-mundur terkadang membuat bingung. Saking halusnya, kadang aku sendiri tidak sadar kalau peristiwa yang diceritakan sudah berubah atau waktunya sudah bergeser. Kadang aku butuh dua kali mengulang bagian yang sama untuk memastikan sampai mana ceritanya berjalan. Juga, mungkin karena ceritanya yang cenderung singkat, beberapa tokoh yang seharusnya punya peran penting dalam keseluruhan jalan cerita jadi kurang ter-highlight penampilannya. Kalau saja penulis lebih mengekspos mereka alih-alih berfokus pada dua tokoh utama (yang mana salah satunya bikin kesal setengah mati karena kebebalannya sekaligus karena aku sangat relate dengan dia), intriknya akan semakin rumit dan misterinya jadi semakin thrilling.
Meski begitu, semua yang disajikan dalam durasi kurang dari 300 halaman ini sudah membuatku merasa memang tidak ada tokoh yang waras di dalam 'Laila Tak Pulang' ini. Rasanya keliyengan sendiri setelah selesai baca bukunya gara-gara kelakuan mereka