A review by autumnfallreader
The Countess Conspiracy - Konspirasi Sang Countess by Courtney Milan

medium-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? No
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.0

Seperti dua buku sebelumnya yang bahas tentang peran wanita yang disabotase habis-habisan pada zaman itu, buku ini juga bahas itu. Kali ini dari segi saintis.
Setting cerita ini adalah 1867, bertepatan sama teori Darwin tentang Evolusi. Maksudnya, teori dariwn itu muncul tahu 1800-an, kan. Nah, di sini kita ketemu Sebastian Malheur, seorang saintis di bidang genetika.

Hal yang kusuka dari buku Countess Conspiracy ini adalah:

1. Walaupun ini buku Historical Romance, tapi romance-nya nggak bikin giung dan pas.Engga over power dan tetep lebih fokus sama isu yang happening pada masa itu. Banter Sebastian sama Violet juga asyik.Kadang aku  ngerasa ngang-ngong, sih, kalau mereka udah ngobrolin teori yang disambung-sambungin. Udah berasa dunia milik berdua, wkwkwk.

2. Sebenernya, yang paling menarik dari buku ini adalah isunya, sih. Jadi, Violet ini pinter dan dia yang jadi penemu teori genetik itu. Mirisnya, karena dia cewek, dia nggak bisa punya hak yang sama kayak cowok. Makalahnya nggak diterima sama akademisi. Tapi pas Sebastian yang ambil alih makalahnya, langsung banget dilirik.

Paling miris adalah ketika Violet akhirnya menampakan diri ke permukaan, dia di penjara, Kek?????????
Aku bahkan nggak habis pikir, deh. Zaman itu, yang jadi penguasa di Inggris, kan Ratu Victoria, tapi patriarkinya masih gila-gilaan, lho.


3. Selain romance-nya dan isunya, aku juga suka dengan persaudaraannya. Sebastian sama Violet dua-duanya punya kakak. Dan dinamika hubungan keduanya tuh bertolak belakang tapi dari awal udah ketahuan yang mana yang tulus, yang mana cuman manfaatin doang.
Aku suka sih sama penceritaan persaudaraan ini karena dua-duanya punya arc yang beda, dan keduanya saling melengkapi.

4. Semua rasa ada di sini, sih. Momen terharunya ada, momen hangatnya ada, momen sedihnya ada, momen keselnya ada. Beneran one package banget.

Dua aja sih  yang rada turn off:

Seperempat awal emang bosenin. Ini khas dari Courtney Milan sebenernya, tapi tetep aja aku ngerasa lama banget bacanya karena butuh effort buat sampai titik serunya.
Ini entah dari terjemahannya atau emang gaya nulisnya Courtney Milan, tapi narasinya kadang nggak mudah dipahamin maksudnya apa. Harus bolak balik baca dulu buat ngerti poin yang lagi diomongin tuh apa gitu.

Tapi overall aku tetep sukaa.