A review by devinayo
Orang-Orang Bloomington by Budi Darma

4.0

"Mungkin baginya mengharap lebih penting daripada terpenuhinya harapan itu sendiri." Budi Darma dalam Orang-orang Bloomington

Nama Budi Darma dikenal sebagai salah satu legenda dalam sastra Indonesia. Akan tetapi, saya baru pertama kali mengenal karyanya lewat Orang-orang Bloomington setelah dia berpulang. Ketika membaca judulnya, yang teringat adalah buku James Joyce yang berjudul Dubliners. Sekilas, kedua buku ini memang mirip: sama-sama kumpulan cerpen yang berpusat pada penduduk di satu daerah, di mana geografi dan tempat-tempat di dalam daerah tersebut diceritakan dengan begitu gamblang, sehingga membawa pembaca untuk berpetualang lewat cerita.

Orang-orang Bloomington bukanlah buku yang mungkin menyenangkan untuk sebagian orang, karena menceritakan tentang orang-orang biasa dengan permasalahan hidup mereka yang mungkin sepele. Kadang, cerita-cerita ini berakhir tragis juga. Tapi saya justru menyukai bahwa beberapa karakter utamanya adalah orang-orang menyebalkan, dan mereka mendapatkan hasil yang menurut saya pantas untuk apa yang mereka lakukan.

Tokoh-tokoh utama dalam cerpen sangat peka dan mendetail soal perilaku, kepribadian, dan juga gerak-gerik orang lain. Tentu saja, kebanyakan persepsi ini berdasarkan asumsi si tokoh belaka. Tapi mau tidak mau, kita dibawa untuk melihat tokoh lain dan kejadian berdasarkan kacamata si tokoh utama. Mungkin, ini adalah kutukan sebuah tokoh utama: setidaknya dalam satu cerita, karakter ini menjadi pusat dari sebuah semesta, dan karenanya dia bisa bertindak searogan atau semunafik apapun juga.

Membaca Orang-orang Bloomington butuh kehati-hatian agar kita tidak ikut tergelincir ke dalam sudut pandang tokoh utama. Atau malah, kita bisa melepaskan rem yang terpasang secara alami dalam kehidupan nyata kita masing-masing. Setidaknya saat membaca cerita ini, kita bisa mewujudkan fantasi untuk benar-benar mengejar keinginan kita, dengan cara apapun, dan persetan dengan nasib orang-orang lainnya.

Dalam hal ini, Budi Darma tidak hanya berhasil membawa kita ke sebuah tempat, tapi juga ke dalam kepribadian yang berbeda. Sebagai seorang pembaca, ini adalah bentuk eskapisme yang sebaik-baiknya. Bravo.