Scan barcode
A review by aynsrtn
The Good Neighbor by Ilham Mahendra
emotional
mysterious
tense
medium-paced
- Plot- or character-driven? Plot
4.0
Tidak semua saksi adalah calon tersangka, dan seorang tersangka belum tentu adalah terdakwanya. - p. 112
Dua kata: sakit jiwa! Alternatif judul: Tetangga adalah Maut.
Annisa, gadis SMA, ditemukan oleh anjing tetangganya terkubur di dalam tanah. Dia dibunuh. Bagas, seorang polisi berpangkat inspektur dua, menginterogasi dan menanyakan semua alibi dari 4 keluarga, 12 orang. Namun, masing-masing para tetangga ini seakan sedang menutupi sesuatu.
Pada bagian pertama, aku merasakan kebosanan karena repetitif metode interogasinya. Bagas hanya menanyakan pertanyaan yang itu-itu saja. Bahkan dia diskakmat oleh salah satu saksi yang berlatar belakang pekerjaannya di bidang hukum. Mungkin penulis ingin menampilkan versi realitas bahwa instansi tersebut memang tak secanggih itu dalam interogasi—investigasi.
Saat bagian sudut pandang Annisa, sang korban, sejujurnya aku tidak bisa memahami kenapa dia berkelakuan seperti itu. Trauma kah? Salah pengasuhan kah? Semua tidak digambarkan jelas. Jadi, saat dia dibunuh, aku kurang bisa berempati. Hanya ngeri saja karena pembunuhannya begitu detail, apalagi dari sudut pandang sang korban sampai dia meregang nyawa.
Saat metode pembunuhan terungkap, tapi masih ada sisa 100 halaman lagi, aku menganggap akan ada plot twist, memang ada tapi motifnya hanya ... okay, baik, just simply sakit jiwa.
Seru. Masih bisa ku nikmati. Mungkin ini lebih driven plot, ya. Kalau dari segi karakter, mungkin hanya [redacted] saja karena dari awal diperlihatkan bahwa dia seolah memegang peran koentji dan benar adanya.
Ps. Aku benci dengan Rudi. Dia bener-bener nggak masuk akal. Aneh. Karakter yang aneh. Dan benar sesuai di narasi bukunya, Ayah macam apa dia?
Graphic: Violence and Murder
Moderate: Bullying, Child abuse, and Schizophrenia/Psychosis