A review by clodiodi
Laut Bercerita by Leila S. Chudori

5.0

"Matilah engkau mati
Kau akan lahir berkali-kali..."

Butuh waktu sejenak untuk saya menulis review ini setelah menyelesaikan bukunya, sama seperti butuh waktu tiga hari bagi saya untuk membaca sampai akhir karena terkadang sesak di dada terlalu kuat dan mata terlalu buram terhalang air mata.

Buku ini berkisah mengenai perjuangan dan kehilangan. Diambil dari dua sudut pandang yang dibagi jadi dua bagian, Biru Laut dan Asmara Jati.

Biru Laut seorang pemuda yang pendiam namun memiliki kemampuan menyihir dengan kata-kata terjun ke dalam dunia aktivis yang penuh dengan bahaya. Hingga akhirnya dia menghilang, meninggalkan tanda tanya besar bagi keluarganya.

Asmara Jati, sang adik yang cenderung pragmatis, menyukai hal yang pasti serta rasional, harus menghadapi kenyataan dunia baru tanpa sang kakak, dan bertahan dalam realitas sementara kedua orangtuanya masih terjebak dalam penyangkalan.

Buku ini bercerita mengenai masa-masa perjuangan, penyiksaan, pencarian hingga penyembuhan yang harus dilalui korban maupun keluarganya pada masa kelam Indonesia.

Cukup sulit bagi saya untuk melanjutkan buku ini sementara hati terus hancur membayangkan keadaan emosional para tokohnya. Mungkin karena saya tahu rasanya kehilangan, maka saya sangat bisa merasakan emosi/luka dari ruang kosong yang ditinggalkan seseorang yang kita kasihi, bedanya saya tahu kapan dan kenapa.

Maka setiap adegan di meja makan, tindakan yang dilakukan untuk menyangkal kenyataan, serta ilusi akan kehadiran sosok yang telah pergi tersebut, saya tahu betul rasanya.

Setelah membaca buku ini, dan juga Pulang, saya menjadi lebih empati terhadap masa lalu bangsa serta keadilan yang sampai saat ini belum diterima oleh para korban. Buku ini selamanya akan membekas di hati saya.

"Jangan takut gelap, gelap adalah bagian dari kehidupan. Tapi jangan sampai jatuh dalam kelam, kelam adalah lambang kepahitan, keputusasaan, dan rasa sia-sia"