A review by blackferrum
The Maidens by Alex Michaelides

dark emotional informative mysterious tense slow-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? It's complicated
  • Diverse cast of characters? It's complicated
  • Flaws of characters a main focus? Yes

3.75

Actual rating: 3,8

Setelah berpikir ulang, kayaknya aku mau kasih buku ini rating 3,8. Indikatornya pakai perbandingan dengan buku sebelumnya. Twist di The Silent Patient memang sempat bikin greget, tapi muatan cheating-nya juga nggak kalah bikin greget. Lalu, apa di buku ini bersih dari unsur cheat? Nggak juga.

"Plot yang sempurna, dengan demikian harus memiliki isu tunggal, dan bukan (seperti kata sebagian orang) isu ganda; perubahan nasib sang pahlawan tidak boleh dari menderita menjadi bahagia, tetapi sebaliknya dari bahagia menjadi menderita; dan penyebabnya tidak boleh karena perbuatan jahat apa pun, tetapi karena kesalahan besar di pihaknya." --Aristoteles, Poetics

Kutipan di atas kurang lebih menjelaskan alur buku ini secara garis besar. Seperti yang sudah tertera pada blurb, Mariana terpaksa harus mengunjungi kembali Universitas Cambridge, meskipun harus menelan ingatan masa lalu dengan mantan suaminya, Sebastian. Zoe, keponakannya, mendadak menjadi gusar dan cemas karena salah satu teman dekatnya mendadak menjadi korban pembunuhan sadis.

Sejak awal, kukira fokus buku ini ada di Zoe, ternyata penulis memakai pov dari Mariana. Dimulai dengan kehidupannya sebagai seorang psikoterapis spesialis terapi kelompok, lalu mulai menyeret ke kehidupan pribadinya; mengenai Sebastian, Zoe, dan masa kecilnya. Jika dipikir lagi, Mariana punya masa kecil yang agak berbeda dengan karakter Theo Faber di buku The Silent Patient, tetapi motif yang hampir sama menggeluti bidang kesehatan mental.

Pelaku yang berada dalam jarak pandang Mariana memang nggak bisa dibantah. Meskipun punya alibi, si terduga pelaku ini pintar berkelit. Bahkan dengan lihai memakai kelemahan Mariana soal masa lalunya, Sebstian terutama, buat memutar balik topik. Semakin intens ketika korban kedua muncul dan salah satu rahasia terungkap. Hmm, semacam bonus kurasa karena pada akhirnya juga nggak berpengaruh pada posisi Mariana, hanya menjelaskan soal kecurigaan salah satu anggota Para Perawan yang gerak-geriknya bikin resah.

Pembaca diajak jalan santai lebih dulu sampai rasanya agak jenuh. Cara penulis menggambarkan detail dan deskripsi sesuatu nggak perlu diragukan lagi, sampai kadang aku mulai ragu apa semuanya akan menyokong alur dan moment of truth nantinya? Jawabannya ya dan tidak. Cara bercerita jalan santai di awal, lari di belakang seperti ini mungkin nggak asing lagi dengan genre thriller karena The Maidens juga memiliki pola serupa.

Aku suka baca psychological-thriller yang muatan cheating-nya rendah atau bahkan nggak ada. Di sini bukannya nggak ada, hanya disebut sepintas lalu, tapi nggak sampai bikin gerah karena terlalu banyak. Dari awal pikiranku fokus mencari siapa pelakunya, tapi karena semua orang mencurigakan, dugaan-dugaan itu berhenti sendiri dan memutuskan untuk menikmati alur cerita sampai akhir. Twist-nya bikin kaget plus kesal (dengan si pelaku).

Terjemahannya baru di bagian ketiga mengalir karena banyak dialog dan terfokus ke kasus. Ada beberapa bagian yang kadang harus dibaca dua kali baru dipahami, tapi bagiku ini mungkin karena bahasa aslinya sendiri sudah sulit (?). Serta beberapa typo yang agak mengganggu. Semoga di cetakan sebelumnya bisa diperbaiki.

Hmm, masih banyak yang belum terjelaskan, termasuk kematian Sebastian. Memang sudah disinggung sepintas lalu, tapi karena grief Mariana berhubungan dengan ending, kayaknya kebenaran perlu dikaji ulang. Duh, apa penulis bakal kasih sekuel buku ini? Karena aku berharap bisa mendapat penjelasan dari beberapa bagian yang belum tercerahkan.

Expand filter menu Content Warnings