Scan barcode
A review by tiareadsbooks25
Di Tanah Lada by Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie
4.0
•recently read•
4.3/5⭐
•••
⚠️CONTENT WARNINGS: DOMESTIC ABUSE, CHILD ABUSE, SUICIDE⚠️
I've known about Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie for a long time because people rave about her books. Yet here I am, recently finished reading Di Tanah Lada, my first encounter with her works. Jujur, aku masih bingung apakah aku suka atau enggak dengan tulisan Kak Ziggy dengan hanya baca buku ini.
Di Tanah Lada bercerita tentang Salva, gadis berusia 6 tahun yang pintar berbahasa Indonesia. Setelah Kakek Kia meninggal, Ava sekeluarga pindah ke Rusun Nero. Di Rusun Nero lah Ava bertemu dengan anak laki-laki berusia 10 tahun bernama P. Dimulailah petualangan Ava dan P mencari dunia penuh kebahagiaan dan kehangatan—di Tanah Lada, tempat yang bisa mengabulkan harapan.
Buku ini mengambil sudut pandang Ava, jadi tak heran narasi yang dibawakan layaknya racauan anak kecil. Membaca buku ini seperti mendengarkan anak kecil bercerita. Kita akan dibawa untuk menyelami jalan pikiran mereka yang sederhana dan begitu polos, namun juga tidak fokus, khas celotehan anak-anak. Meskipun begitu, aku cukup dibuat takjub dengan pola pikir Ava yang terlihat lebih rumit dan dewasa dari usia-nya. Apalagi dengan kemampuan berbahasa Ava yang mencari arti kata dari kamus yang selalu ia bawa.
Jangan terkecoh dengan sampul bukunya yang terkesan colorful dan playful dengan tokoh utama yang masih anak-anak. Tau gak klo buku ini memiliki rating buku 16+? Well, gak heran sih karena buku ini memiliki vibe cerita yang gelap dan suram, cukup untuk membuat pembaca merasa frustasi, apalagi bagi mereka-mereka yang relate dengan ceritanya.
Buku ini mengangkat tema tentang toxic parents dimana Ava dan P merupakan korban dari kekejaman orang tua yang tidak bertanggung jawab. As children their age, they are entitled to happiness and unconditional affection from their parents. But in reality, they live a miserable life filled with fear and despair every day. Ava and P have to suffer without knowing why they're subjected to this tragedy.
I wish I could hug both of them and tell them that I understand their decision. Selayaknya nama yang diberikan Ava kepada P—Patibrata Praharsa—keduanya telah mendapatkan kebahagiaan sehidup semati.
4.3/5⭐
•••
⚠️CONTENT WARNINGS: DOMESTIC ABUSE, CHILD ABUSE, SUICIDE⚠️
I've known about Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie for a long time because people rave about her books. Yet here I am, recently finished reading Di Tanah Lada, my first encounter with her works. Jujur, aku masih bingung apakah aku suka atau enggak dengan tulisan Kak Ziggy dengan hanya baca buku ini.
Di Tanah Lada bercerita tentang Salva, gadis berusia 6 tahun yang pintar berbahasa Indonesia. Setelah Kakek Kia meninggal, Ava sekeluarga pindah ke Rusun Nero. Di Rusun Nero lah Ava bertemu dengan anak laki-laki berusia 10 tahun bernama P. Dimulailah petualangan Ava dan P mencari dunia penuh kebahagiaan dan kehangatan—di Tanah Lada, tempat yang bisa mengabulkan harapan.
Buku ini mengambil sudut pandang Ava, jadi tak heran narasi yang dibawakan layaknya racauan anak kecil. Membaca buku ini seperti mendengarkan anak kecil bercerita. Kita akan dibawa untuk menyelami jalan pikiran mereka yang sederhana dan begitu polos, namun juga tidak fokus, khas celotehan anak-anak. Meskipun begitu, aku cukup dibuat takjub dengan pola pikir Ava yang terlihat lebih rumit dan dewasa dari usia-nya. Apalagi dengan kemampuan berbahasa Ava yang mencari arti kata dari kamus yang selalu ia bawa.
Jangan terkecoh dengan sampul bukunya yang terkesan colorful dan playful dengan tokoh utama yang masih anak-anak. Tau gak klo buku ini memiliki rating buku 16+? Well, gak heran sih karena buku ini memiliki vibe cerita yang gelap dan suram, cukup untuk membuat pembaca merasa frustasi, apalagi bagi mereka-mereka yang relate dengan ceritanya.
Buku ini mengangkat tema tentang toxic parents dimana Ava dan P merupakan korban dari kekejaman orang tua yang tidak bertanggung jawab. As children their age, they are entitled to happiness and unconditional affection from their parents. But in reality, they live a miserable life filled with fear and despair every day. Ava and P have to suffer without knowing why they're subjected to this tragedy.
I wish I could hug both of them and tell them that I understand their decision. Selayaknya nama yang diberikan Ava kepada P—Patibrata Praharsa—keduanya telah mendapatkan kebahagiaan sehidup semati.