A review by aynsrtn
Love Risk Management by Helen Tanuwan

hopeful informative inspiring reflective fast-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? It's complicated

4.0

Hampir 3 tahun bekerja sebagai Analis Kredit, Atisha pun menganalisis risiko hampir di segala lini kehidupannya, salah satunya urusan cinta. Bagi Atisha, setidaknya harus bisa diukur dengan Analisis 5C (character, capacity, capital, colateral, dan condition). Dan itu dia lakukan dalam "mengukur" Rad, teman satu kuliahnya dulu yang ternyata anak debitur yang kreditnya sedang macet di bank tempat Athisa bekerja.

Judulnya Love Risk Management tapi Love-nya tipis banget. Bahkan di akhir pun tak tahu jawaban Atisha di rest area bagaimana atas pemintaan Rad—meskipun secara tersirat sih udah keliatan. Ya, minimal ada adegan ✨️pacaran atau menikah✨️ [hanya sebatas keinginan pembaca].

Buku ini justru lebih berfokus pada perubahan sudut pandang Athisa dalam menjalani kehidupannya yang "berisiko". Di awal, aku merasa Athisa tidak lovable sebagai protagonis. Orangnya straight forward, workaholic, jutek, sinis, bahkan hampir ansos kalau tidak diseret oleh Ghea, temannya. Tetapi, makin mengikuti cerita, malah semakin bersimpati dengan Athisa dan justru berbalik menyetujui bahwa ada "sosok" Athisa dalam diri setiap orang. Terutama orang yang jadi sandwich generation, hidup untuk bekerja, frugal living demi keluarga, dan memiliki trauma saat masa kecil dan remaja yang diproyeksikan ketika usia dewasa. 

Membaca ini pun jadi mengerti istilah-istilah ekonomi dan perbankan karena setiap nama chapter-nya menggunakan istilah tersebut dan ada pengertiannya di akhir chapter. Ternyata hal-hal yang sangat teoritis ekonomi seperti itu bisa nyambung juga ke kehidupan sehari-hari. 

Tak hanya sisi ekonomi, tetapi juga menceritakan bagaimana masih rentannya diskriminasi terhadap disabilitas. Athisa mengalami Hard of Hearing yang menyebabkan ia menjadi tuli parsial dan harus menggunakan alat bantu dengar di salah satu telinganya. Dan juga stigma mengenai labelisasi "anak haram" yang dialami oleh Rad. Meskipun punya polemik yang cukup pelik, tetapi Athisa dan Rad memiliki cara yang berbeda dalam menghadapinya. Kalau lihat mereka tuh opposite attract. Utara dan Selatan. Athisa serius banget hidupnya, sementara Rad lebih let it flow have fun.

Konflik dan friksi Athisa dan mamanya sungguh rollercoaster. Di awal, gemas sekali dengan mamanya Athisa. Tapi ternyata benang merah pun bertautan. Ada alasan dan background story di setiap sikap mamanya itu. Sebenarnya sangat relatable dan tipe asian parents. Sayangnya, karena ini penceritaan pakai sudut pandang Athisa, jadi konflik keluarga Rad kurang tereksplor padahal aku kira gongnya ada di Bakmi Aman seperti yang terlihat di sampul buku, ternyata malah [redacted, hint: mbak minimarket].

Akhir kata, buku ini sungguh bisa dinikmati. Banyak makna yang bisa diambil. Nggak hanya soal cinta, tetapi juga manajemen risikonya.

Suka 💐