A review by itzreibrary
Semasa by Teddy W. Kusuma

5.0

Coro dan Sachi, dua bersaudara sepupu yang sudah enam tahun tak jumpa, kini dalam perjalanan menuju ke Desa Pandanwangi, tempat rumah berlibur mereka sejak kecil. Rumah itu dibangun dan dirawat dengan penuh kasih oleh Bapak, ayah Coro, dan Bibi Sari, ibu Sachi. Namun karena desakan berbagai kebutuhan, rumah itu kini harus dijual.

Ditulis dengan apik dan jujur, Semasa berkisah tentang dua bersaudara sepupu yang tadinya begitu akrab namun seiring dengan berjalannya waktu perlahan menjauh, sibuk dengan kehidupannya masing-masing. Kembali ke Pandanwangi, kenangan seketika membanjiri keduanya, mengingatkan mereka akan masa-masa indah maupun pahit, sementara segala ganjalan yang selama ini tak terungkapkan pun tertumpahkan.

Membaca Semasa seakan membawaku menapaki jalan kenangan kehidupanku sendiri. Membuatku teringat pada rumah Nenek, tempatku berkumpul dengan saudara-saudara sepupuku. Ada kesedihan yang hampa saat rumah penuh kenangan masa kecil itu harus dijual. Namun kehidupan berjalan terus, hari esok akan selalu datang dan tak bisa kita terus berpegang pada masa lalu dan kenangan. Namun pada akhirnya, kenangan adalah salah satu hal yang membentuk seorang manusia dalam menyikapi hari esoknya.

"Tapi hidup ini memang seperti itu. Kamu melepas sesuatu, lalu memulai sesuatu. Rumah ini, bagaimana pun, ya benda mati. Yang hidup itu kenangan di dalamnya, juga alasan-alasannya berdiri. Semua kedekatan emosional yang muncul darinya, juga terhadapnya, itu tidak akan lepas, tidak akan hilang. Aku akan memegangnya terus-menerus, memeluknya erat-erat di hatiku, sampai kapan pun." -hal 104.