A review by normnialib
The Dragon Republic by R.F. Kuang

adventurous dark emotional tense slow-paced
  • Plot- or character-driven? Plot
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.0

 
𝒟𝒰𝒩𝐼𝒜 𝐼𝒩𝐼 𝐹𝒜𝒩𝒜. 𝒦𝐸𝒜𝐵𝒜𝒟𝐼𝒜𝒩 𝒜𝒟𝒜𝐿𝒜𝐻 𝐼𝐿𝒰𝒮𝐼.
-𝟣𝟪𝟤


𝑩𝒖𝒌𝒖 𝒊𝒏𝒊 𝒃𝒆𝒓𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈...
Setelah Rin yakin telah membasmi kaum Federasi, Rin kembali mendapatkan tantangan baru, yaitu membunuh orang yang telah menjual negaranya, Su Daji, Sang Maharani kepada Federasi. Misi Rin bersama Cike menjadi satu-satunya tujuan hidup mereka. Namun misi kali ini tentu saja tidak akan berjalan dengan lancar, karena membunuh Pimpinan suatu negara tidak pernah mudah. Maka mereka membutuhkan sekutu. Di saat itulah Panglima Perang Naga mengajukan dirinya untuk memberi Rin senjata. Dan petualangan untuk menjatuhkan Kekaisaran Daji pun dimulai.

𝒀𝒂𝒏𝒈 𝒂𝒌𝒖 𝒔𝒖𝒌𝒂 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒃𝒖𝒌𝒖 𝒊𝒏𝒊...
Oh my God, the plot twists! Gilak! Banyak banget! Tiap bab punya twist-twist nya sendiri dong. Selama baca buku ini aku gak berhenti kaget & melotot. Aku sampe udah gak tau lagi mana yang bener mana yang salah. Terlalu overwhelming sama fakta-fakta yang diberikan. Semakin aku tau, semakin aku takut, bersama-sama dengan Rin untuk memutuskan sesuatu. Mana jalan yang akan Rin pilih. Kemana Rin akan melangkah. Semuanya keliatan nge-blur, karena memang gak ada yang benar & salah. Semuanya tergantung seberapa besar dendam dan ambisi yang kita punya.

Disamping kegilaan plot twists, jokes-jokes anggota Cike tetap lucu banget. Berasa jadi bagian dari suatu sirkel yang isinya orang gila semua hahaha. Sayang sih, cerita kebersamaan anggota Cike sedikit banget. Umumnya cuma Ramsa, Suni, & Baji. Sedangkan Chaghan berdua sama Qara terus kemana-mana. Dan Rin sama Kitay & Nezha terus. Jadinya misah-misah. Anggota Cike favorite aku tetap Ramsa sih, dia bener-bener berbakat. Berbakat merusak sesuatu maksudnya hehe, dengan bom. Ramsa gak punya dewa & kekuatan, tapi dia punya otak yang paling pinter diantara semuanya. Jadi, siapa yang bakalan gak suka sama Ramsa.

Kaum Ketreyid juga ngagetin sih, suprisingly loveable. Namanya juga keren-keren. Sorqan Sira, Tservi, Bexter, kayak berhubungan sama rasi bintang. Aku bener-bener berharap Kaum Ketreyid bisa jadi sekutu di sini, tapi rupanya ideologi mereka gak sejalan. Yah, mau gimana lagi. Tapi aku tetap seneng diperlihatkan seberapa hebatnya Kaum Ketreyid. Semoga di next book dibahas lagi.

𝒀𝒂𝒏𝒈 𝒈𝒂𝒌 𝒂𝒌𝒖 𝒔𝒖𝒌𝒂 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒃𝒖𝒌𝒖 𝒊𝒏𝒊...
BANYAK! Buku ini terlalu banyak pembelotan! Gak kehitung jumlahnya karena di tiap kubu selalu ada para pengkhianat. Sudah aku bahas kan, aku sendiri gak tau lagi mana yang benar & mana yang salah. Jadi waktu pengkhianatan terjadi, sedihnya, aku gak bisa benci sepenuhnya sama jalan yang mereka ambil, karena dari sisi mereka pun semua itu make sense. Kecuali Vaisra sialan itu ya. Aku awalnya sayang banget sama Vaisra, sifatnya yang lembut bikin aku ngerasa Vaisra bisa jadi sosok bapak yang baik buat Rin. Rupanya kelakuannya melebihi setan!

Gara-gara Vaisra juga ya, kapal Rin & Nezha gak bisa berlayar! Aku shipper mereka garis keras harus nelen kecewa dan beneran dendam kesumat sama Nezha. Nezha dibikin buta mata hatinya sama Vaisra sialan itu. Tapi walaupun buta, Nezha masih bisa memilih. Dan Nezha milih buat jadi musuh Rin. Oke, aku terima. Awas aja ya ada drama pertobatan. Aku udah gak bisa maafin apa yang Nezha lakuin. Gara-gara dia juga SUNI, BAJI, RAMSA, SEMUANYA MATI! SIALAN!!!! That's my last straw, aku gak yakin bisa lanjut ke buku ke-3 karena Ramsa adekku sayang udah mati! Rasa sedihnya beneran bikin aku gak bisa tidur nyenyak, selalu kebayang gimana Ramsa bikin bom bunuh diri supaya Rin bisa kabur dari cengkraman Vaisra.

Lagian juga ya, Pheonix di buku ini bener-bener pasif. Oke, itu buat bangun cerita, tapi aku berharap Pheonix bakalan lebih ikut andil ngambil bagian dari mental Rin kayak di buku-1. Segel Daji memangnya sekuat itu? Dan kekuatan Daji pun gak juga di-reveal, maksudnya siapa dia sebetulnya. Sengaja banget disimpen buat dibahas di buku-3.

Bangsa Hesperia sialan itu juga bikin aku kesel. Maruk banget! Semua mau diambil, semuanya mau dikuasai. Republik udah ketar ketir juga masih dibiarin bertarung sendirian. Sengaja bener mau liat bangsa lain sujud-sujud di kaki mereka, cium-cium kaki mereka, bahkan sampe jilatin kaki mereka. Emang bangsa sok dewa! Sok berkuasa! Harusnya yang dihukum itu bangsa kalian ya!

Disamping kemarahan aku sama plot cerita di buku ini, ada satu part yang bikin aku sedih. Suatu malam Kitay nanya sama Rin, tentang bakalan jadi apa mereka kalau dunia paralel itu ada. Kalau dunia dimana gak ada perang itu ada. Kitay bakalan jadi cendekiawan yang fokus sama akuntansi. Sementara Rin gak tau jawabannya apa.
Dia ngerasa jadi prajurit itu memang garis takdirnya. Dia gak bisa bayangin dirinya selain jadi prajurit. Bahkan waktu Kitay bilang, "𝘈𝘱𝘢 𝘨𝘶𝘯𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘱𝘳𝘢𝘫𝘶𝘳𝘪𝘵 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘨𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨?" Rin jawab dengan yakin, "𝘗𝘦𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘣𝘢𝘬𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢𝘱𝘶𝘯 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘵𝘪𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭." Rin memang bener, tapi aku tetap sedih. Rin gak punya tujuan hidup. Yang mana itu bikin dia menggila, cepat marah, gak ada kontrol dimanapun perang terjadi. Rasanya Rin cuma bisa ngandelin perasaan marah buat bertahan hidup. Itu bikin nyesek sih.

𝑯𝒂𝒍 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒍𝒊𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒌𝒆𝒔𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒃𝒖𝒌𝒖 𝒊𝒏𝒊...
This book take 'people come and go' too seriously. Terlalu banyak kematian yang sangat disayangkan. Aku berkali-kali nutup buku ini untuk sekadar narik napas saking sakitnya. Jadi rupanya begini kondisi peperangan. Nyawa harganya lebih rendah dari gandum. Menjadi warga sipil adalah kesalahan fatal, karena tinggal menunggu nasib kapan mati. Di buku ini bener-bener dijelasin kalau yang paling dirugikan dalam peperangan adalah warga sipil. Bayangin hidup sebagai NPC di buku ini, rasanya kayak ga ada gunanya juga hidup. Bener-bener, nyawa manusia diinjek-injek gitu aja sampe hancur di tanah. Bikin merinding.

𝑨𝒎𝒂𝒏𝒂𝒕 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒃𝒖𝒌𝒖 𝒊𝒏𝒊...
Memahami sejarah itu penting, supaya sejarah buruk gak kembali terulang.
Sikap Rin yang impulsif & pendendam aku rasa karena dia gak belajar sejarah. Apa yang dia liat cuma dari buku pelajaran, yang mana itu kan bisa dimanipulasi Kekaisaran. Apa yang gak Rin liat lebih banyak dari yang dia liat.

Aku pun merasa ketipu waktu Daji nunjukkin masa lalunya. Terus Rin ngapain coba? Dia mulai dendam sama Bangsa Hesperia. Iya aku juga ngerasain dendam itu sih, cuma kalo kita tarik lagi ke belakang, apa penyebab awal Bangsa Hesperia mulai datang? Kalau murni karena haus kekuasaan, oke, mereka pantas dihukum. Cuma gimana kalau ada alasan lain? Sama kayak waktu Daji jual sebagian negaranya ke Federasi. Ada alasan-alasan yang kalau kita gak diposisinya gak bisa kita pahami.

Makanya aku sedih waktu Rin bilang dia gak bisa selain jadi prajurit. Dia mau perang. Dia suka peperangan. Gak ada yang akan dia lakuin kecuali perang. Alasannya gak begitu penting, yang penting Rin butuh darah buat tetap hidup. Itu salah satu alasan aku juga untuk mempertimbangkan buat baca buku ke-3 atau enggak. Karena sejujurnya aku capek. Aku gak kuat & gak mau bayangin darah-darah berikutnya yang harus Rin ambil untuk perkembangan karakternya.

Kalau boleh, aku mau ketawa miris sambil nangis di samping Rin. Peluk dia dan bilang ke dia buat berhenti. Sudah terlalu banyak nyawa yang dia ambil. Dia bisa berhenti seharusnya, tapi kalimat Vaisra sudah melekat kuat di benak Rin, "Kalau kau diberkati oleh kekuatan sedemikian hebat, rasanya egois untuk hidup menjadi orang biasa." Which is not quite right. Despite the power we have, harusnya kita bisa memanfaatkannya untuk kebaikan diri sendiri ataupun orang banyak. Dan juga demi kemanusiaan.