A review by rasunshiny
Shelter by Jung Yun

4.0

Jungyun sangat berhasil membangun setiap karakter di buku ini terutama Kyung. Aku sangat paham dengan apa yang dirasakan Kyung beserta trauma yang dihadapinya. Meski begitu perbuatan dia tidak bisa dibenarkan juga.

Do you even understand about yourself? No one's holding you back. No one's trying to make you unhappy, not me or Ethan or even your parents. You can blame us as much as you want, but at certain point, maybe you just have to accept the fact that it's you. It's all the things you can't let go of

Tumbuh besar di keluarga yang mengutamakan pamor membuat Kyung terbiasa menutupi segala kekurangannya. Dia terbiasa menjadi perfectionist. Terutama di depan orang tuanya Kyung tidak ingin terlihat buruk atau sedang dalam kesusahan. Bahkan untuk istri dan anaknya Kyung belum sanggup menunjukkan dirinya tanpa samaran. Dia sudah terbiasa menunjukkan yang terbalik dari luar, walaupun di dalamnya banyak menghadapi masalah dan kekosongan di hati.

It's hard to be happy when you don't know what it's supposed to look like. But I'm telling you things can change

Kasih sayang juga tidak dirasakan Kyung sebagaimana mestinya didapatkan setiap anak. Dengan masa lalu demikianlah Kyung tidak mampu memberikan kasih sayang yang cukup untuk keluarga. Layaknya Kyung berkeluarga hanya berupa status, ia tidak benar-benar berperan sebagai suami maupun ayah. Hal ini berakibat trauma yang dialami Kyung seperti estafet ke anaknya, Ethan. Karena masalah tersebut aku merasa kagum dengan Gillian yang selalu berusaha berdiri di tengah, mendorong Kyung untuk membuka diri, menjaga anaknya dan memperlakukan orang tua Kyung sebaik mungkin.

It disturbs him, the fact that he has no memory of being the father or the son in such a happy moment

Melihat dan merasakan kekerasan menambah rasa pahit dan kebencian yang tertanam dalam diri Kyung. Aku paham sekali dengan perasaan dendam dan sulit memaafkan yang dialami Kyung. Trauma masa kecil tentunya sangat membekas dan begitu sulit dilupakan. Kyung berpikir dengan memafkan dirinya tidak akan merasa lebih baik dan masa kecilnya tidak bisa diputar ulang. Ia seperti terjebak di masa lalu.

Selain masalah keluarga Shelter juga menyinggung isu rasisme yang diterima warga Asia oleh white people. Lagi-lagi penulis berhasil menggambarkan situasi yang sangat nyata dan membuatku ikut miris saat membacanya. Aku juga suka bagaimana situasi disini digambarkan dengan detail, seperti adanya emblem Jesus fish dan stiker peace di bumper mobil. Nyatanya pergi ke gereja tiap minggu tidak membuat ibu Kyung merasakan kedamaian.

description

Shelter terbagi dalam tiga bagian, dawn, dusk, and night. Menurutku tiga bagian tersebut menggambarkan semua yang dirasakan Kyung. Mulai dari dirinya yang berusaha terlihat baik-baik saja, memberikan 'rumahnya' sebagai tempat tinggal orang tuanya sampai segala apa yang dipendamnya perlahan nampak dengan sangat jelas dan bagaimana akhirnya ia mengatasi itu semua. Aku suka banget, sih, sama endingnya.

Dalam cerita Kyung dibesarkan dengan pola pikir bahwa memiliki rumah adalah hal yang sangat berharga. Namun nyatanya Kyung banyak meninggalkan hutang karena bersikeras memiliki rumah. Shelter yang harusnya menjadi tempat yang aman dan nyaman nyatanya tidak selalu berlaku demikian. Alur cerita memperlihatkan pembaca bagaimana rapuhnya keluarga yang dibangun Kyung maupun orang tuanya. Bagaimana penulis mengupas masa lalu orang tua Kyung juga sangat realistis. Selain itu, berkeluarga juga tidak menjajikan dirimu akan menerima cinta yang cukup.

it's really a good story, i would reccomended this to everyone. Penulis benar-benar berhasil membawa cerita dan memperlihatkan karakter tokoh sampai sedalam-dalamnya.

4 of 5 stars