A review by dreeva
Garis Batas: Perjalanan di Negeri-Negeri Asia Tengah by Agustinus Wibowo

4.0

45 - 2020

Setelah tertimbun hampir 10 tahun, akhirnya kelar juga dibaca.
Tahun lalu saya membaca Selimut Debu lalu suka banget dengan cara Agustinus Wibowo bercerita dalam bukunya. Lalu dengan kekuatan bulan akhirnya lanjut juga buka dan baca buku ini. Bukan, bukan tidak menarik, karena tebal saya sering kali meninggalkan buku begini tebalnya lalu ganti membaca buku yang lebih tipis.

Kali ini perjalanan Agustinus ke negara-negara pecahan Uni Sovyet yaitu 5 negara yang ditulis di 5 bab buku ini, yaitu Tajikistan, Kazakhstan, Kirgizstan, Uzbekistan dan Turkmenistan. Setiap negara walau pun sama-sama jajahan Rusia yang komunis akhirnya beda-beda. Turkmenistan yang paling kaya,tapi birokrasinya sama mengerikan, banyak pungli yang benar-benar membuat Agustinus kesulitan untuk mendapatkan visa. Belum lagi banyak kejadian ditangkap polisi, kemalingan hp hingga harus sampe tidur di stasiun saking mahalnya penginapan.

Cerita warga negara yang menarik banyak sekali diceritakan dalam buku ini. Tentang garis batas negeri Asia Tengah, tentang garis batas budaya, kewarganegaraan hingga berbagai cerita pribadi Agustinus tentang keturunan cina di Indonesia. Menjadi minoritas apalagi saat zaman orde baru adalah kesulitan yang teramat sangat.

Saya suka sekali bagaimana Agustinus menceritakan negar-negara Asia Tengah ini, tentang warganya, tentang politiknya, tentang budayanya, tentang pasar, makanan, pakaian, bahasa, suka duka yang terasa menarik sekali. Wajar saja kalo buku ini butuh waktu lama untuk selesai dituliskan. Selain itu karena seorang jurnalis, ya memang terasa sekali cara menuliskan cerita-cerita dalam buku ini membawa kita ikut berpikir akan apa yang jadi pikiran-pikirannya Agustinus.

Memang buku ini bukanlah buku tentang perjalanan biasanya. Ini lebih dari itu.

Ikutan nulis di Twitter untuk ulasan tiap bab buku ini https://twitter.com/dreeva/status/1236490669524312064