A review by everyonesun
Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam by Dian Purnomo

5.0

Kalau Mbak Dian Purnomo nulisnya dengan berderai air mata, aku bacanya dengan lebih banyak air mata jatuh.
Semua perasaan marah, kesal, sedih, muak, jijik sampai tidak habis pikir campur jadi satu.
Bukunya menambah pengetahuan baru tentang Sumba, tentang adat kawin tangkapnya, diculik - ditangkap - dijinakkan seperti hewan - untuk nantinya dikawini, dan Magi Diela sangat sangat sangat hebat dan kuat dalam mendapatkan kebebasannya kembali setelah mengalami itu semua, dari mencurangi kematian hingga bersandiwara untuk rencananya besarnya.
Kalau orang bilang mencurangi kematian itu tindakan yang pengecut bagi aku tidak terlalu tepat. Magi memilih jalan itu bukan karena dia ingin mati, tapi karena dia tidak ingin hidup tidak merdeka dipenjara seumur hidupnya.

「dua kali sa lolos dari maut. tapi leluhur terus kasih sa pung air mata jatuh. sampai kapan sa dan perempuan lain di sa pung tanah ini akan terus menangis?」


Yang membuat aku tidak habis pikir bahwa kawin tangkap ini terjadi karena adanya penolakan lamaran dari perempuan. Seakan suara perempuan tidak didengar disini, dan seakan perempuan hanya sebatas objek yang bisa dipindahkantangankan dengan gampangnya. Dilakukan kawin tangkap pun atas kesepakatan kedua belah pihak yang mana keluarga sendiri pun tidak melindungi suara perempuan dengan mengatasnamakan menuruti adat.
Yang harusnya mereka dapat memilih mana adat yang bisa dilestarikan dan mana adat yang harusnya dihilangkan.

Jadi perjuangan perempuan memang tidak pernah berakhir karna aku yakin banyak di luar sana Magi lain yang masih mengalami hal serupa, perempuan yang dibungkam, diperlakukan tidak adil dan tidak dapat merdeka atas dirinya sendiri. Sedih sekali kalau dibayangkan, let's women support women!!!!