A review by whatnovireads
Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam by Dian Purnomo

5.0

Spoiler alert!!!

Kisah tentang tragedi kawin tangkap (Yappa Wamine) di Sumba yang sudah dianggap hal yang biasa saja, "oh ada perempuan yang diculik", bahkan beberapa orang menganggap sebuah kemenangan untuk kampung mereka kalau ada perempuan yang diculik untuk dikawini menjadi istri. Tanpa melihat sebabnya pun jelas praktik ini adalah praktik yang menjijikkan.

Yappa Wamine dilakukan hanya karena laki-laki yang ingin menikahi seorang perempuan tak sanggup mengikuti banyaknya tetek bengek adat, maka menculik perempuannya adalah cara untuk mengurangi aturan-aturan adat dan melunakkan keluarga pihak perempuan untuk memberi restu. Untuk mereka yang saling mencintai dan tak dapat restu, mungkin ini cara terampuh untuk menikah. Tapi kemudian banyak lelaki memanfaatkan buruk praktik ini. Padahal, perempuan-perempuan yang menjadi korban Yappa Wamine itu pun hampir semua tidak merasakan "cinta dan kasih" kepada laki-laki yang menculiknya. Magi Diela adalah salah satunya. Bahkan di kampung yang muda-mudinya sudah mengenyam pendidikan keluar provinsi pun praktik yang menjunjung adat ini masih berlaku menghantui setiap perempuan di Sumba hingga sekarang.

Lalu bagaimana dengan Magi? Selama kisahnya, dia terus berjuang untuk membebaskan dirinya dari laki-laki si mata keranjang dan kasar itu, juga membebaskan diri perempuan lain yang hak-haknya dirampas. Yang lebih pedih lagi adalah keluarga perempuan tak bisa berbuat apa-apa dengan penculikan itu selain memberi restu untuk pernikahan melalui juru bicara pihak laki-laki yang datang menyampaikan kabar bahwa anak gadis mereka diculik oleh keluarga mereka. Kalau menolak menikahkan setelah penculikan terjadi, maka keluarga perempuan akan menanggung malu pada adat dan moyangnya. Dianggap "lupa kain, lupa kebaya" istilah untuk orang Sumba yang sudah melupakan adat kampungnya. Ya, itu masih terjadi hingga abad ke-21 ini, wow!!!!

Menikahi perempuan dengan cara tidak manusiawi itu jelas menyalahi aturan di belahan dunia mana pun, di agama apa pun, di kehidupan apa pun.

Aku suka buku ini menjadi suara yang paling kuat didengar dunia. Semoga melalui buku ini, akan ada banyak orangtua dan para Rato yang akan menimbang kembali sebuah praktik yang disangka mereka telah menjunjung tinggi adat Sumba.