A review by racoonorj
All the Bright Places - Tempat-Tempat Terang by Jennifer Niven

3.0

Kata-kata yang terngiang di kepalaku di momen ketika semuanya mulai lepas kendali di buku ini adalah, kemarahan, stigma, bunuh diri, kosong, empati, terlambat, penyesalan, rasa bersalah,
seandainya,
seandainya,
seandainya,
seandainya,
seandainya.

Semua stigma yang melingkupi orang-orang yang memiliki masalah kesehatan mental dan orang yang telah bunuh diri selalu mengerikan. Orang-orang terus melabelinya sebagai sesuatu yang salah, memalukan, tidak bermoral, tidak beriman, dan aib. Karna semua itu telah dikotak-kotakkan oleh orang-orang di area abu-abu.

Mereka sakit, tapi terkadang mereka sendiri tak tahu. Mereka butuh pertolongan, tapi terkadang mereka sendiri tak tahu... dan tak mau. Mereka takut dan tak ada yang tahu.

Selama setengah membaca buku ini jujur aku sempat beberapa kali merasa bosan. Perjalanan hingga Finch dan Violet bisa akrab dan mulai berpetualang bersama menyusuri Indiana bisa dibilang agak klise, tapi di momen ketika ia mulai menghilang, atmosfir buku mendadak berubah menjadi agak kelam, suram, dan melelahkan. Dan di akhir buku kamu mulai dibuat geram dengan perilaku orang-orang di sana.

Duka memang tidak pernah menyenangkan dan selalu berjalan beriringan dengan rasa sesal, amarah, dan rasa frustasi. Tidak semua orang bisa langsung menerimanya dengan baik.

Pada akhirnya, hanya waktu yang bisa menyembuhkan duka setiap orang. Tapi tidak dengan kenangannya. Dan untuk menyembuhkan orang yang sakit mental dan punya kecenderungan untuk bunuh diri butuh lebih banyak dari sekedar waktu.