A review by yuliyono
Waiting for You by Susane Colasanti

3.0

Ada Apa Dengan John Mayer, wahai para wanita?

Summary
Aku, Marisa, bersedia menunggu sampai datang cowok impian yang akan membuatku bahagia. Selama apa pun itu. Tapi, dalam masa penantian itu, aku tak akan menyia-nyiakan hidupku. Ada keluarga yang selalu mencintaiku, Mom, Dad, dan si bossy Sandra, adikku. Lalu ada pula dua sobat terbaikku, Nash dan Sterling. Pada saat tertentu, aku merasa Derek, cowok paling oke di sekolahan, adalah cowok impian yang kutunggu-tunggu itu. Betapa tidak, dia adalah gambaran cowok too good to be true, but he’s true saying that he loves me. Aww, don’t be jealous. Dia memang bilang cinta padaku. Tapi, kenapa belakangan ini aku sering curiga pada Derek, ya? Terus, kenapa pula Nash mencoba menciumku? Dan, kenapa orang tuaku harus bercerai? Oh, John Mayer, save my life, please!

Ada apa dengan John Mayer? Apakah dia sekeren itu? Apakah lagu-lagunya benar-benar membiusmu, wahai para wanita?

Aku memang telah meyakinkan diri sebagai seorang pecandu chart-topper. Apa pun yang masuk dalam top list, bakal kucari. Termasuk lagu-lagu. Dan, John Mayer pernah masuk dalam top list. Sering, malah. Meskipun begitu aku men-donwload lagunya (segala album, single, dan videonya) aku jarang lagi mendengarkannya. Tapi, aku jadi makin penasaran sama penyanyi ini ketika banyak sekali novel, terutama romens, yang selalu ngebawa-bawa nama JM di novelnya. Entah, ketertarikan personal pengarangnya ataukah hanya sekadar upaya si pengarang untuk memperkuat karakter para tokohnya saja. Yang jelas, aku berkesimpulan, banyak cewek klepek-klepek pada pesona John Mayer. Pada orangnya atau pada lagunya? I have no idea.

Oke, back to laptop. Soal buku ini. Hmm, one word: klise. Another word: standar. Tapi: manis, legit, cerah, dan terkadang renyah. Wahh? Typically teen lit biasa yang sudah banyak beredar. Cinta segitiga. Secret admirer. Dan, sahabat jadi cinta. Ups. Lucky i’m in love with my best friend, kata Jason Mraz dan Colbie Caillat (song: Lucky). Bumbu penyedap ceritanya juga sudah biasa banget. So, aku sekadar menikmati bulir-bulir romansa remaja racikan Susane dan mencoba mencari keunikan dari gaya menulis pengarangnya. Hasilnya: not bad. It’s cute writing, by the way.

Beberapa lines yang kusuka dari novel ini:
“How can things go away and feelings change so drasticlly just because some time passed by? How can time change what happened?” (pg: 149) Ouch, this is sooo...me! aku sering bertanya dalam hati: kenapa seseorang yang katanya cinta mati seseorang, begitu putus tak lama kemudikan bilang cinta mati lagi pada orang lain? Segampang itu?

“I should grateful for what I have.” (pg: 161) nah, ini juga sangat inspiratif, mengingatkan kita untuk selalu bersyukur. Jangan selalu “memandang kehijauan rumput tetangga” cobalah untuk menikmati rumputmu sendiri.

Tak banyak yang bisa kukomentari dari buku ini selain dari segi ceritanya. secara aku baca ebook version-nya jadilah aku nggak bisa melacak typo-nya. Hahaha. Oh, I love it’s cover, by the way. More than the Indonesian version. Yang terjemahan Elex memang seide tapi kurang click dengan hanya menampilkan sesosok cewek instead of sepasang cewek dan cowok seperti di cover aslinya.

Yang jelas sih, aku suka dengan gaya menulis Susane, so, next...aku akan membaca buku-bukunya yang lain. Saat ini aku memang sedang terobsesi untuk membaca seluruh karya dari: Sarah Dessen, Elizabeth Scott, dan Susane Colasanti ini.

Selamat membaca, kawan!