A review by pasarmalam
Moominvalley in November by Tove Jansson

5.0

"I never looked at them very closely, they were just there, you know..." He fumbled for words, and went on tentatively: "They were just like things that are always around, if you see what I mean... Like trees, eh? ... or ... things."


Buku ini penuh pertanyaan tentang orang-orang yang pergi dan hanya kita ingat samar-samar, apakah ingatan itu sesuai dengan realita atau kita cuma mengingat hal-hal yang bahagia aja?

Aku merasa paling resonate dengan arc Snufkin di sini. Dari Snufkin yang awalnya buru-buru pergi ke selatan tanpa pamit, lalu saat kembali justru susah-payah mencari surat yang ditinggalkan Moomintroll untuk dia (yang nggak Snufkin temukan karena, realitanya, Moomin nggak pernah meninggalkan surat untuk dia). Aku punya seorang teman yang udah tiga tahun nggak kutemui, kita nggak pernah bertukar selamat tinggal karena yah, kupikir, kita toh bakal ketemu lagi kan? Tapi namanya hidup nggak ada yang tau dan sekarang kita udah lost contact. I can, of course, try to reach out to them, yang mana udah pernah kulakukan dengan hasil nihil. Di satu titik, aku merasa nggak enak mengganggu ketenangan hidupnya. Sama seperti yang Snufkin bilang di buku ini: "Perhaps it isn't so difficult to find people who are hiding themselves and get them to come home again (...) But why, though Snufkin. Leave them alone. Perhaps they want to be left in peace too." Akhirnya, aku dan Snufkin sama-sama memilih untuk menunggu, fokus ke kehidupan kita masing-masing. Dan, karena musim mulai berganti, kita mengemas barang-barang untuk pergi.