A review by nikolinaza
Escaping From Houdini by Kerri Maniscalco

4.0

Actual rating: 3.5

Akhirnya, setelah menunda selama dua tahun, aku melanjutkan membaca seri ini juga. Bukan karena malas, lebih karena aku tidak tahu kapan bisa beli sekuelnya lagi, plus ada beberapa review kurang mengenakkan mengenai seri ketiga Stalking Jack the Ripper ini. Kebetulan CtD sudah terbeli dan belakangan ini aku pengin baca sesuatu yang dark and gloomy, so here we go.

Setelah petualangan melawan 'Drakula' di sebuah akademi forensik di Rumania, petualangan Audrey Rose dan Thomas beralih menuju Amerika. Kali ini, mereka ditemani oleh paman Dr. Jonathan Wadsworth, paman Audrey Rose yang juga merupakan mentor mereka serta satu chaperone, Mrs. Harvey. Keempatnya akan menghabiskan tujuh hari perjalanan ke belahan dunia lain di atas RMS Etruria yang mewah, lengkap dengan suguhan hiburan yang meriah dan spektakuler oleh Moonlight Carnival. Akan tetapi, satu per satu mayat mulai muncul, dan di tengah-tengah situasi yang semakin berbahaya, Audrey Rose bingung siapa yang harus dipilihnya: Thomas Cresswell, partnernya yang penuh kharisma dan setia, atau Mephistopheles, sang pemimpin sirkus yang penuh rahasia dan tidak sepenuhnya baik.

Sedikit banyak, aspek karnaval dan sirkus di dalam Escaping from Houdini ini mengingatkanku pada Caraval, meski diksi yang dipakai Kerri Maniscalco tidak terlalu flowery, plus ada unsur forensik di dalamnya. Aku suka nuansa misterius dan gotik yang disuguhkan oleh tokoh Mephistopheles dan juga Moonlight Carnival. Mereka berhasil menambahkan suspense dalam cerita dengan sangat baik, terlebih sang pemimpin yang juga tidak kalah karismatik dari Thomas Cresswell.

Tetapi, entah kenapa aku merasa buku ini tidak se-'penuh' dua buku sebelumnya. Audrey Rose, Thomas, dan Dr. Jonathan Wadsworth bekerja saaaaangat lambat. Penyelidikan mereka pun seolah menemui jalan buntu, padahal ada dua klu besar yang bisa mereka periksa dan amati. Mereka pun kelihatan enggak secerdas biasanya. Rasanya, Kerri Maniscalco sengaja memanjang-manjangkan waktu supaya ada tempat untuk cinta segitiga antara Audrey Rose, Thomas, dan Mephistopheles. Bukannya aku tidak suka, tetapi kalau para tokoh mengalokasikan waktu mereka untuk terus menyelidiki, aku yakin tidak perlu menunggu sampai hari ketujuh untuk menangkap siapa pelakunya.

Belum lagi, di sini Audrey Rose kelihatan agak lemah dari biasanya. Dia jadi mudah termakan emosi, mudah terprovokasi, terlebih oleh Mephistopheles. Plus, dia juga makin plin-plan. Entah berapa kali dia bilang kalau keluar bersama pria tanpa didampingi chaperone itu scandalous, tetapi dia berulangkali menyelinap keluar malam-malam demi menemui Mephistopheles yang rada-rada gaje itu.

But thankfully, at least this book wasn't boring. Aku cuma berpikir buku ini akan jauh lebih enjoyable kalau tokoh-tokohnya tidak OOT seperti di buku ini.

Semoga Capturing the Devil bisa jadi lebih baik dibanding ini.