Scan barcode
A review by afeksi
Orang-Orang Bloomington by Budi Darma
3.0
⭐3/5!
(Penilaian bersifat subjektif).
Orang-Orang Bloomington adalah tipe cerpen deskriptif yang runut. Kadang-kadang, nadanya bisa dibaca dengan begitu seru, namun di bagian lain terasa kaku dan membosankan. Bukan salah penulis mengapa deskripsinya terasa begitu membosankan; itu salah saya. Dari penilaian sayalah, saya bertemu kebosanan itu sendiri.
Cerpen-cerpen dalam buku ini sarat akan nilai-nilai kehidupan, kemanusiaan, dan empati. Memang benar adanya, bahwa dari karya sastra, pembaca bisa membentuk empati dalam dirinya. Bloomington adalah kota dengan mayoritas penduduknya berusia renta (dalam masing-masing ceritanya, digambarkan seperti itu). Hal tersebut menumbuhkan empati dari narator untuk mengulurkan tangan kepada subjek-subjek dalam kisahnya.
Gaya penceritaan orang pertama ('Saya' sebagai narator), secara implisit memosisikan pembaca—termasuk diri saya—sebagai tokoh utama. Begitu challenging membawa diri sendiri melakukan hal-hal yang (sedikit) jahat kepada subjek-subjek yang dikenai pekerjaan. Begitu kontradiktif dengan sikap dan sifat saya di dunia nyata. Oleh karena itu, membaca cerpen-cerpen dalam buku Orang-Orang Bloomington perlu pembiasaan.
(Penilaian bersifat subjektif).
Orang-Orang Bloomington adalah tipe cerpen deskriptif yang runut. Kadang-kadang, nadanya bisa dibaca dengan begitu seru, namun di bagian lain terasa kaku dan membosankan. Bukan salah penulis mengapa deskripsinya terasa begitu membosankan; itu salah saya. Dari penilaian sayalah, saya bertemu kebosanan itu sendiri.
Cerpen-cerpen dalam buku ini sarat akan nilai-nilai kehidupan, kemanusiaan, dan empati. Memang benar adanya, bahwa dari karya sastra, pembaca bisa membentuk empati dalam dirinya. Bloomington adalah kota dengan mayoritas penduduknya berusia renta (dalam masing-masing ceritanya, digambarkan seperti itu). Hal tersebut menumbuhkan empati dari narator untuk mengulurkan tangan kepada subjek-subjek dalam kisahnya.
Gaya penceritaan orang pertama ('Saya' sebagai narator), secara implisit memosisikan pembaca—termasuk diri saya—sebagai tokoh utama. Begitu challenging membawa diri sendiri melakukan hal-hal yang (sedikit) jahat kepada subjek-subjek yang dikenai pekerjaan. Begitu kontradiktif dengan sikap dan sifat saya di dunia nyata. Oleh karena itu, membaca cerpen-cerpen dalam buku Orang-Orang Bloomington perlu pembiasaan.