luvinlele's profile picture

luvinlele 's review for:

4.0
emotional sad slow-paced
Plot or Character Driven: Character
Strong character development: Yes
Loveable characters: Complicated
Diverse cast of characters: No
Flaws of characters a main focus: Yes

Feeling guilty. Itu yang pertama kali menyerang aku ketika baru berapa halaman awal.

Ibu hilang, lebih tepatnya ibu tertinggal di stasiun kereta ketika hendak ke Seoul bersama Ayah.

Setelahnya, seluruh anggota keluarga melakukan selaga cara untuk menemukan Ibu. Dalam pencarian ini, satu persatu kenangan tentang Ibu kembali muncul, mengingatkan betapa peran Ibu sangat berharga.

Di awal disambut dengan pov orang kedua, dengan kamu adalah Chi Hon, anak perempuan Ibu yang juga seorang penulis. Sejak hilangnya Ibu, sembari mencari Ibu, kamu teringat semua hari hari di masa lalu ketika kamu tinggal dengan Ibu. 

Kamu teringat bagaimana Ibu merawat kalian, bagaimana Ibu menyembunyikan sakitnya, bagaimana hebatnya Ibu menjadi Ibu. Dan bagaimana kamu mulai kehilangan waktu setelah pindah ke Seoul.

Yap, feeling guilty. Aku langsung merasa bersalah, seolah yang sedang diceritakan itu ibu aku, dan sejujurnya dari semua pov yang ada, pov Chi Hon ini yang paling bisa aku mengerti, seolah aku relate dengan ini. 

Seharusnya ini jadi daya tarik sendiri, selain dari pov 2 terhadap Chi Hon, ada banyak sudut pandang yang bikin perasaan dari novel ini semakin beragam. 

Pov 3 terhadap anak laki laki, sulung. Pov 2 terhadap Ayah. Pov 1 dari Ibu juga pov 2 terhadap anak bungsu perempuan. 

Keberagaman ini sebenarnya bikin ikatan emosional ketika naca semakin kuat.

Sayangnya, aku kesulitan buat mencerna siapa dan siapa yang dengan dimaksud. Di sini, aku mgerasa jarang banget nama itu disebut, dengan tokoh yang cukup padat, bikin makan waktu siapa yang lagi dibicarain.

Selain itu, banyak banget flashback di sini, hampir sebagian besar sih. Seperti, lagi bagian Chi Hon mau bagi selebaran, tiba tiba dia keinget masa kecilnya. Kakak Sulung lagi naik taksi, tiba tiba keinget masa baru merantau. Sejujurnya, aku ngerasa tersesat. Aku enggak bisa nentuin straight aku lagi di mana dan kapan.

Tapi, karen aku ngerasa aku terikat secara emosional, aku enggak terlalu ambil pusing hal itu karena hati aku udah terluka untuk banyak jalan. Meski bisa dibilang aku enggak terlalu ngerti, tapi aku ngerti dan ini sukses bikin air mata aku jatuh.

Dan malu untuk mengakui ini, tapi aku jadi pengen peluk Mamah....

"Dalam pandanganmu, ibu adalah ibu. Sejak lahir dia sudah menjadi ibu."