A review by eireen
The Wish Granter by C.J. Redwine

4.0

“Sometimes having courage means the hardest tasks fall onto your shoulders, and those leave the biggest scars.”

The Wish Granter adalah buku kedua dari seri Ravenspire. Tapi walaupun The Wish Granter adalah buku kedua, pada kenyataannya buku ini adalah stand-alone. Yang menghubungkan buku pertama dan kedua ini hanyalah crossover antara para karakter. Kol dan Lorelai dari buku pertama sempat muncul di chapter awal dalam buku kedua ini.

The Wish Granter mengadaptasi dongeng dari German yang berjudul Rumpelstiltskin. Di cerita originalnya, Rumpelstiltskin adalah dwarf yang bisa mengabulkan permohonan seseorang jika seseorang tersebut mau menukarkannya dengan barang berharga. Di akhir cerita originalnya, Rumpelstiltskin di usir dari kerajaannya.

Dalam buku The Wish Granter, Rumpelstiltskin yang ceritanya telah diusir dari kerajaan asalnya, datang ke kerajaan Sundraille dan menggunakan nama baru yaitu Alistair Teague. Ia pun bertemu dengan Thaddeus dan membantunya menjadi raja atas tahta Sundraille dan sebagai gantinya, jiwa Thad menjadi milik Teague dan akan diambil dalam kurun waktu 10 tahun kemudian. Adik Thad, Arianna, yang mengetahui hal ini berusaha untuk menyelamatkan kakaknya sekaligus mengusir Teague. Dalam menjalankan misinya ini, Ari dibantu temannya yaitu Sebastian dan Cleo.

Di awal buku, ceritanya nampak kurang menarik. Kurang hype kalau dibandingkan dengan buku pertamanya. Tapi aku mulai suka dengan ceritanya ketika masuk tengah buku. Aku suka bagaimana ceritanya mengalir dan si protagonist, Ari, berhasil membuat cerita ini jadi jauh lebih seru. C.J. Redwine berhasil membuat crossover di dalam bukunya terasa natural. Selain karakter dari buku pertama, ada karakter dongeng lain yang ikut muncul dalam buku kedua ini. Karakter tersebut adalah Hansel dan Gretel.

Masih sama dengan buku pertama, di buku kedua ini C.J. Redwine juga menceritakan background dari si antagonist, Teague. Ada sudut pandang dari Teague juga sehingga pembaca tidak hanya taunya dia jahat, tapi juga alasan dibaliknya. Intinya, tidak ada seorangpun yang dilahirkan jahat.

Aku menyelesaikan buku ini dalam waktu 3 hari, cukup cepat dan membuktikan kalau cerita di buku ini cukup seru. Endingnya pun bagus dan sayangnya ketika para karakter sudah mulai terasa dekat di hati, cerita ini malah harus tamat. I just hope I can see them, at least just a glimpse of them in the next book.