A review by alteirence
Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam by Dian Purnomo

5.0

Absolute 5/5

Di awal, aku mengira dinamika dalam buku ini hanya berputar pada Magi dan Leba Ali. Kukira seluruh buku akan membahas kisah mereka berdua, yang menurutku sebenarnya ga jelek juga. Ternyata aku salah, besar.

Buku ini jauh melampaui ekspektasiku.

Di awal, aku sempat berfikir, konflik eksternalnya kuat banget, kayanya internal karakternya ga bakal balance. Salah.

Topiknya menarik, bahas kawin tangkap, tapi mungkin plotnya bakal linear. Salah.

Openingnya engaging banget, kayanya the rest of story bakal turun. Salah besar.

Bahasan yang dikulik dalam buku ini jauh, jauh lebih dalam dari sekadar drama perkawinan. Buku ini membahas tentang budaya, keluarga, persahabatan, perjuangan, buku ini benar benar meneriakkan jeritan para perempuan, baik di Sumba maupun di seluruh dunia.

Aku suka dinamika keluarga yang rupanya juga menjad sorotan dalam buku ini. Kasih sayang keluarga, juga persimpangan terjal yang membuat mereka harus memilih salah satu dari pilihan yang sangat beresiko.

Dari buku ini, aku juga belajar memahami sudut pandang seseorang yang tinggal di pedalaman dan menjunjung tinggi adat dan budaya. Aku yang dari lahir tinggal di kota metropolitan, gak bisa tiba" menghakimi Ama Bobo tanpa memahami proses pikiran tersebut bisa terbentuk.

Bukan berarti aku setuju, tapi Ama Bobo yang menjadi sepuh di Weetawar tentunya juga menghadapi pilihan yang sangat sulit. Begitu pula Magi, yang masih mengorbankan diri dan menyayangi keluarganya meski sudah "dijual" oleh ayah yang katanya menyayanginya.

Kembali lagi, beberapa adat sebaiknya tidak dipertahankan.