ranerania 's review for:

Gadis Kretek by Ratih Kumala
4.0

Tiga kata untuk Gadis Kretek: menghibur, heartwarming, dan 'mengedukasi'.

Suka sama hampir semua aspek di buku ini. Latar sejarahnya nggak terlalu njelimet dan lumayan ringan buat dicerna. Seperti judulnya, Gadis Kretek banyak membahas serba-serbi mengenai rokok. Informasi yang disampaikan pun cukup mendetail. Aku sebagai orang awam jadi tahu apa itu kretek, klobot, dan tingwe.

Gaya bahasanya mengalir dan page turner. Btw, kusuka sekali dengan budaya Jowo yang dimasukkan dalam buku ini. Guyonannya terasa lokal dan khas (bisa-bisanya Nagasaki diplesetin jadi Nogosari, duhh). Paling demen kalau Lebas dan kedua abangnya mulai cekcok pakai bahasa Jawa dan saling adu mutung, entah kenapa sisi nge-gas nya jadi lebih berasa, hahah.

Menurutku, buku ini benar-benar sarat dengan unsur keluarga. Ada aja bagian yang bikin anget, ketawa, dan greget. Ending-nya (walau rada ketebak) terbilang sangat memuaskan.

Selain itu, mengutip ulasan dari pembaca lain, aku setuju bahwa bahwa Gadis Kretek seakan menyampaikan pesan bahwa wanita pun bisa berperan banyak di bidang yang tidak pernah kita duga, yah … contohnya seperti di industri kretek. Kalau di jaman sekarang, mungkin karakter Jeng Yah dan Roemaisa ini bisa disebut sebagai tipe-tipe alpha girl.

Kekurangan di buku ini menurutku lebih banyak didominasi oleh masalah teknis. Seperti typo, kalimat yang tidak konsisten hingga menyebabkan plot hole, bahkan paling parah ada catatan editor menjelang akhir buku yang lupa dihapus. Sempet agak suntuk juga di pertengahan cerita, tapi untungnya kemunculan karakter Jeng Yah berhasil mendongkrak kembali semangat membacaku dan berakhir menutup buku ini dengan perasaan puas.