Scan barcode
A review by blackferrum
Philosophy of Love by RevelRebel
emotional
funny
informative
lighthearted
reflective
relaxing
medium-paced
- Plot- or character-driven? Character
- Strong character development? Yes
- Loveable characters? Yes
- Diverse cast of characters? Yes
- Flaws of characters a main focus? Yes
3.75
Actual rating: 3,8
Another keluarga Prijadi. Dari Cut The Crap udah penasaran sama sosok Rani. Memang agak beda sedikit dengan gambaran di novel kakaknya, tapi mungkin karena CTC diperbarui dan direvisi, jadi wajar kalau agak beda. Lagi pula, di sini fokusnya memang ke Rani.
Kayaknya aku pun kurang menangkap relasi antara judul dengan patah hati yang Rani alami. Idk, rasanya masih seperti atribut yang sengaja disematkan penulis kalau Rani itu selalu menjalin hubungan yang berakhir menyakiti hatinya sendiri. Tapi entah juga kalau akunya yang kurang menangkap. Enggak masalah, yang penting background karakter dan alurnya.
RR nggak pernah gagal bikin karakternya "hidup". Selama baca berturut-turut, kayaknya belum pernah refleks membatin "kok karakternya mirip kayak ini, ya". Pasti ada pembeda dan setelah diskusi dengan buddy read-ku, karakternya memang berjalan sesuai profesi yang tersemat.
Misalkan si Rani. Dia digambarkan sebagai model dan aktris yang percaya diri dan sangat profesional dalam bidangnya, tapi juga punya prinsip soal hidupnya. Stigma buruk yang melekat dalam profesinya pun dia paham plus ditunjukkan lewat aksinya yang langsung memutus hubungan dengan pihak-pihak yang memang sangat merugikan. Enggak peduli manajernya ngomel atau apa.
Di sisi lain, dia punya kebiasaan yang melabeli dirinya sebagai anak yang nggak pintar apa pun. Tapi itu pun dibantu sadar sama Arsya dan Rani jadi tambah percaya diri dengan kemampuannya. Kayak, kalau kamu tahu potensimu di mana dan kamu bisa melakukan sesuatu yang bikin kamu menjadi diri sendiri, so be it. Rani tahu nggak pintar kayak Chris atau punya jiwa seni yang kental kayak Caleb, tapi tetap bisa jadi dirinya sendiri sebagai seorang Calista Rani.
Arsya juga. Dia dosen yang kompeten. Konfliknya nggak jauh-jauh dari profesi yang melekat di dia. Begitupun dengan kebahagiaannya. Mereka emang kontras dilihat dari luar, tapi dalamnya cocok banget.
Agak kesal sih sama Arsya pas memutuskan buat pergi. Masih nggak bisa menemukan hal yang bisa "mewajarkan" kenapa dia nyerah gitu aja. Kayak bukan jalan keluar, tapi malah jadi ajang penyiksaan diri sendiri, hiks.
Anyway, konfliknya tuh padet, I love it. Penyelesaiannya juga rapi. Yang disayangkan cuma layout-nya yang amburadul. Semoga dicetak ulang dan direvisi, deh, hehe.
Another keluarga Prijadi. Dari Cut The Crap udah penasaran sama sosok Rani. Memang agak beda sedikit dengan gambaran di novel kakaknya, tapi mungkin karena CTC diperbarui dan direvisi, jadi wajar kalau agak beda. Lagi pula, di sini fokusnya memang ke Rani.
Kayaknya aku pun kurang menangkap relasi antara judul dengan patah hati yang Rani alami. Idk, rasanya masih seperti atribut yang sengaja disematkan penulis kalau Rani itu selalu menjalin hubungan yang berakhir menyakiti hatinya sendiri. Tapi entah juga kalau akunya yang kurang menangkap. Enggak masalah, yang penting background karakter dan alurnya.
RR nggak pernah gagal bikin karakternya "hidup". Selama baca berturut-turut, kayaknya belum pernah refleks membatin "kok karakternya mirip kayak ini, ya". Pasti ada pembeda dan setelah diskusi dengan buddy read-ku, karakternya memang berjalan sesuai profesi yang tersemat.
Misalkan si Rani. Dia digambarkan sebagai model dan aktris yang percaya diri dan sangat profesional dalam bidangnya, tapi juga punya prinsip soal hidupnya. Stigma buruk yang melekat dalam profesinya pun dia paham plus ditunjukkan lewat aksinya yang langsung memutus hubungan dengan pihak-pihak yang memang sangat merugikan. Enggak peduli manajernya ngomel atau apa.
Di sisi lain, dia punya kebiasaan yang melabeli dirinya sebagai anak yang nggak pintar apa pun. Tapi itu pun dibantu sadar sama Arsya dan Rani jadi tambah percaya diri dengan kemampuannya. Kayak, kalau kamu tahu potensimu di mana dan kamu bisa melakukan sesuatu yang bikin kamu menjadi diri sendiri, so be it. Rani tahu nggak pintar kayak Chris atau punya jiwa seni yang kental kayak Caleb, tapi tetap bisa jadi dirinya sendiri sebagai seorang Calista Rani.
Arsya juga. Dia dosen yang kompeten. Konfliknya nggak jauh-jauh dari profesi yang melekat di dia. Begitupun dengan kebahagiaannya. Mereka emang kontras dilihat dari luar, tapi dalamnya cocok banget.
Agak kesal sih sama Arsya pas memutuskan buat pergi. Masih nggak bisa menemukan hal yang bisa "mewajarkan" kenapa dia nyerah gitu aja. Kayak bukan jalan keluar, tapi malah jadi ajang penyiksaan diri sendiri, hiks.
Anyway, konfliknya tuh padet, I love it. Penyelesaiannya juga rapi. Yang disayangkan cuma layout-nya yang amburadul. Semoga dicetak ulang dan direvisi, deh, hehe.