A review by nikolinaza
Legenda Perompak Naga: Reinkarnasi Burung Langit by Wisnu Suryaning Adji

5.0

Setelah tragedi pengkhianatan dan kematian Naga Tiga Belas, Juru Masak--yang bernama asli Bajra Jaladara--pun memegang tampuk kepemimpinan di Kapal perompak Naga Hijau. Sebagai sesosok remaja yang belum mencapai dua puluh tahun, Bajra dilanda kebimbangan dan kebingungan atas masa depan geng Perompak Naga. Namun, satu celah rahasia yang disembunyikan Naga Tiga Belas di Pulau Kematian Bidadari membawanya ke sebuah tempat di mana rahasia-rahasia lain terungkap, dan tempat di mana ia menemukan jalan pulang.

Seperti biasa, tulisan Mas Wis selalu memukau. Konflik dalam RBL ini sebetulnya simpel saja, pencarian 'rumah' baru bagi geng perompak, tetapi tarafnya lebih berat dibanding di buku sebelumnya. Namun dengan tambahan adegan-adegan komedi yang agak receh nan konyol (dialog Bajra dan Tabib Ramuan itu super. Rasanya kayak nonton dua orang kurang waras yang mencoba berkomunikasi), rasanya nyaman-nyaman saja ketika membaca buku ini, tidak ikut-ikutan overthinking macam Bajra.

(Meski aku beberapa tahun lebih tua dibanding si Naga-garis-miring-Juru-Masak, kebimbangan tentang hidup itu selalu ada, kok--lah, curhat, HAHAHA.)

Di buku ini pula karakter Bajra jadi lebih tereksplor, dan Mas Wis berhasil membuat dia menjadi salah satu hero yang realistis. Ya, dia punya kekuatan super yang tidak dimiliki teman-temannya. Dia ditakdirkan menjadi pemimpin. Namun, di sisi lain, dia salah satu kru paling muda di kapal yang minim pengalaman. Banyak sekali yang harus dia pelajari, dan alih-alih bersikap sok tahu (yah, mungkin kadang), dia masih bersedia meminta pertimbangan dari kru-kru lain yang lebih tua. Meski karakter lainnya jadi kurang screentime karena lebih berfokus ke perkembangan diri Bajra, tetapi dinamika antara tiap karakter masih kental terasa.

Mungkin ada satu kekurangan buku ini. Mulai bab pertama hingga pertengahan, cerita terasa santai mengalir. Namun, di bagian pertengahan hingga akhir, semuanya terasa dikebut. Tokoh-tokoh baru langsung muncul, rahasia-rahasia para Naga terkuak, dan musuh baru tiba-tiba datang. Semua informasi baru ini disajikan langsung tanpa jeda sehingga rasanya malah seperti info dump. Ditambah lagi, berakhirnya adegan pertarungan Bajra dengan si musuh baru berakhir sedikit terlalu cepat, sehingga terkesan antiklimaks. Sayang sekali, padahal jika fakta-fakta baru ini dijabarkan mulai awal atau mungkin durasi cerita diperpanjang, maka keseluruhannya akan lebih enak untuk dibaca.

Overall, aku benar-benar suka buku ini. Enggak sabar menunggu buku ketiga terbit!