A review by tsamarah
Warung Bujang by Jessica Carmelia

emotional inspiring lighthearted reflective relaxing medium-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? N/A
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.0

Berupa gubahan dari fanfiksi media sosial grup K-Pop Treasure dengan judul yang sama, Warung Bujang bercerita tentang 12 sepupu laki-laki keluarga Wajendra yang ditantang untuk membuka dan mengurus sebuah warung sembako selama dua bulan lamanya, dengan hadiah fantastis sebesar Rp 500 juta bagi cucu yang paling "rajin" di mata Kakek Wajendra. Tantangan bisnis mendadak itu tidak hanya menarik dan menggiurkan, tapi menyimpan sebuah tujuan terselubung yang mampu mengeratkan hubungan persaudaraan para sepupu atau berakhir menghancurkannya.

Dalam penulisan kisahnya, Carmelia bertujuan untuk menilik tentang kompleksitas hubungan persaudaraan dalam sebuah keluarga besar yang terbilang bagian dari klan konglomerat, terutama bagaimana bentuk-bentuk ekspektasi yang memberatkan dapat memengaruhi pribadi dan arah masa depan kedua belas sepupu. Hal ini pula yang menjadikan alur cerita ini bertumpu kepada karakterisasi setiap sepupu yang hadir; Carmelia memberikan masing-masing sepupu tersebut kesempatan untuk naik ke dalam panggung utama, membongkar bagaimana mereka menjalankan hidup mereka atas didikan orang tua maupun Kakek Wajendra, hingga pelajaran apa yang mereka dapatkan selama menjalankan warung sembako itu untuk kehidupan mereka yang lebih baik.

Setiap karakter sepupu tersebut juga mampu dituliskan dengan perilaku individual yang distingtif, membuat karakter-karakter yang ditulisnya memberikan kesan pertama yang kuat bagi para pembaca. Penulisan karakter-sentris tersebut mampu menumbuhkan empati yang besar kepada karakter-karakter yang terlibat, sehingga pembaca peduli dan setia untuk mengikuti perkembangan kedua belas sepupu ini hingga lembaran terakhir novel, dan perhatian pembaca tidak hanya berhenti di kesan pertama.

Yang menarik adalah dalam perkembangan ceritanya, terdapat sisipan kiasan 'false protagonist', di mana seorang karakter yang dianggap sebagai pemeran utama sedari awal cerita ternyata adalah decoy (umpan) yang mengelabui audiens sampai akhirnya terkuak protagonis sesungguhnya. Dalam halnya Warung Bujang, hal ini terlihat pada penempatan sosok Danny sebagai karakter yang diutamakan pada awal cerita, sebelum akhirnya fokus tersebut berangsur-angsur berpindah ke sosok Jian dan Juna, di mana mereka menjadi sosok inti yang menggambarkan apa yang benar dan salah dari didikan Wajendra sebagai kepala keluarga konglomerat itu.

Sebaliknya, penulisan karakter-sentris yang cukup detil dan mengolah setiap kepribadian karakter tersebut diberatkan dengan penulisan deskriptif yang kadang bertele-tele; suatu karakteristik penulisan yang banyak digunakan oleh penulis genre literatur umum, namun, ciri-ciri gaya narasi ini juga banyak ditemukan dalam penulis fanfiksi pada umumnya. Narasi deskriptif yang kadang terlalu panjang ini membuat dinamika cerita menjadi sedikit tidak stabil—alur dan atmosfir cerita kadang cepat dan memikat, tetapi tidak jarang juga alur tersebut menjadi lambat dan membosankan, dan juga mengakibatkan beberapa pesan baik yang disampaikan sedikit kaku.

Namun demikian, apakah novel Warung Bujang merupakan novel yang patut untuk dibaca? Banyaknya pesan dan penggambaran hubungan keluarga yang dapat menjadi refleksi diri pembaca, atau mungkin menarik empati audiens, sehingga sangat, sangat patut untuk dibaca, tidak hanya bagi fans karya fanfiksi Jessica Carmelia di Twitter atau grup K-Pop Treasure, tetapi bagi pembaca yang mencari karya penulis Indonesia di luar masifnya genre romansa. 

Expand filter menu Content Warnings