A review by blackferrum
Oben Ohne - Yang Kulihat di Cermin by Jutta Nymphius

informative inspiring lighthearted reflective fast-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

3.5

Actual rating: 3,5

Kemakan konten bentuk badan yang sempurna? Jadi nggak percaya diri sama tubuh sendiri? Masalah klasik yang nggak juga dapat solusi atau nggak semua orang bisa akses solusinya.

Di buku ini korbannya Amelie. Dia merasa bentuk tubuhnya nggak oke, wajahnya juga nggak cantik-cantik amat, tapi dia pandai menggunakan photoshop. Jadi, Amelie mencoba mengubah wajah para selebritas yang tengah berjemur atau hanya menggunakan bikini dengan wajahnya. Sambil berharap tubuhnya bisa berubah seperti itu secara ajaib.

Amelie tidak bahagia di rumah. Orang tuanya terus bertengkar dan tidak ada yang bisa menampung keluh-kesah atau sekadar memberinya nasihat. Amelie hilang arah, terlebih setelah dirinya tidak sengaja mengirim foto tidak senonohnya ke cowok yang dia taksir. Dunia Amelie seketika runtuh. Tapi, ada yang harus Amelie lakukan meskipun sedang terpuruk dan dia harus menyelamatkan dunianya sendiri jika tidak ada yang bisa membantunya bangkit.

Pertama, terjemahannya luwes. Ngalir banget sampai akhir. Kedua, karakter Amelie ini REAL BANGET alias emang ada (atau bahkan banyak) remaja yang mengalami hal serupa. Lingkungan sekitar berpengaruh, terutama keluarga, dan karena ini unit paling kecil, sudah sepantasnya orang tua (Amelie anak tunggal) mendampingi, mengawasi apa yang anak-anaknya lihat, dan membimbing mereka apabila terjadi hal yang tidak baik. Terlebih mengirim foto pribadi ke orang lain (nggak pakai baju yang tertutup) itu termasuk hal besar.

Ada juga bagian Amelie yang kepengin banget ngikut gaya hidup dan penampilan dua anak yang dia anggap role model. Di sini pengaruh dari luar juga ambil andil. Plus ada media sosial yang bebas diakses siapa saja. Ingat, Amelie nggak diawasi ortu selama menggunakan gadget.

Remaja tanggung paling senang kalau ditantang. Lebih-lebih kalau tantangannya yang benar-benar nggak dia pahami sebelumnya. Maksudnya karena nggak pernah dikasih edukasi lebih baik soal itu, atau ngikut teman-teman biar nggak diejek, atau karena murni mereka kepengin dipandang sebagai orang dewasa yang dari luar kebanyakan memang keren. Nah, Elias juga termasuk salah satu yang ikutan teman dan mau dianggap keren. Well, karakter dia nggak ada PoV khusus sih, tapi dari secuil informasi dari buku ini, dia ngelakuin hal tercela begitu karena dorongan teman. Pergaulan yang salah kurasa.

Intinya, buku ini tipis, tapi isinya padat. Buat yang lagi nyari bacaan buat remaja atau kasih kado/sekadar bacaan ke sanak saudara/keluarga yang masih remaja, kurasa buku ini cocok buat mereka. Aku emang udah nggak remaja lagi, tapi kisah yang kepengin disampaikan penulis bisa aku terima dengan baik. Mungkin sekarang udah aware sama hal-hal yang dinamakan privasi, jadi pelajaran dari buku ini bisa disimpan untuk diberikan ketika ada yang membutuhkan.

Expand filter menu Content Warnings