Scan barcode
A review by veraveruchka
Nyaris Terjebak by Enid Blyton
3.0
Satu-satunya buku seri Lima Sekawan yang saya punya. Tadinya pengen beli secara berurutan, tapi terpaksa beli random karena...yah, di Gramedia dulu nggak selalu ada berurutan. Dulu pengen koleksi, tapi belum kesampaian karena uang jajan nggak cukup. Hiks. Sekarang pas udah punya duit sendiri untuk ngoleksi seri ini sampai tamat sekali pun, bukunya udah dicetak ulang dengan desain sampul berbeda. Hmmm...saya rasanya lebih suka desain sampul yang lama. Juga nggak tahu perasaan saya aja atau gimana, rasanya jadi lebih tipis. Saya baca review edisi-edisi terbaru dalam bahasa Inggris dan banyak yang kecewa karena banyak yang diubah (bahasanya dianggap terlalu kuno buat anak sekarang). Moga-moga siiih edisi terbaru dalam bahasa Indonesia nggak mengalami hal yang sama. Gaya terjemahan edisi yang saya punya bikin saya merasakan nuansa 1970-an (walau sebenarnya seri ini terbit tahun 1940-an). It's my mother's favorite childhood book series too, and somehow it's soothing to share the same childhood nuance with her.
Pada buku Lima Sekawan kedelapan ini, Julian, Dick, Anne, George, dan Timmy melancong naik sepeda karena Bibi Fanny dan Paman Quentin harus pergi menghadiri konferensi. Petualangan mereka dimulai ketika bertemu seorang anak bandel dan cengeng bernama Richard Kent yang ngotot ingin bersepeda bersama mereka. Ternyata Richard ini anak seorang miliuner dan jadi sasaran penculikan. Apesnya, penculik-penculik itu salah orang. Bukannya Richard, mereka malah menculik Dick (yang namanya merupakan kependekan dari 'Richard', selain juga berarti bahasa slang untuk menyebut kemaluan laki-laki. Poor Dick, so unlucky with names).
Lima Sekawan benar-benar membangkitkan keinginan masa kecil deh. Mereka boleh berpetualang tanpa pengawasan orang dewasa (saya ga boleh). Mereka bisa ke mana-mana naik sepeda (saya ga bisa). Mereka punya abang kayak Julian yang sopan dan bisa diandalkan (saya ga punya). Agak aneh sih excuse yang dipakai untuk membolehkan mereka jalan-jalan. Bibi Fanny dan Paman Quentin nggak bisa membiarkan anak-anak di pondok karena mereka mau pergi, dan nggak ada yang jaga anak-anak. Namun mereka boleh melancong tanpa ada orang dewasa yang jaga karena "ada Timmy, dia sama seperti dua orang dewasa." Guess what, kalau anak-anak ini ditinggal di pondok pun mereka bakal bareng sama Timmy, nggak ada masalah kan? Penjahatnya agak tolol di buku ini --untunglah. Meninggalkan anak-anak di halaman, bukannya menyekap mereka di ruangan tertutup? Tiba-tiba saya ngerasa lebih berbakat jadi kriminal dibanding penjahat-penjahat ini karena saya bisa mikirin cara-cara lain yang lebih efektif supaya anak-anak ini nggak jadi ancaman.
Saya nggak pernah menyadarinya waktu baca buku ini di masa kecil dulu, tapi Lima Sekawan ini ternyata memang lapar melulu, hehe. Saya juga jadi lapar. Juga pengen coba limun jahe yang kayaknya jadi minuman wajib mereka di setiap seri.
Menawan imajinasi buat anak kecil, gaping plot hole and one-dimensional villain buat orang dewasa. Apa pun, sepertinya buku ini akan jadi buku yang asyik untuk dibaca bareng dan didiskusikan bersama anak-anak saya nanti :)
Pada buku Lima Sekawan kedelapan ini, Julian, Dick, Anne, George, dan Timmy melancong naik sepeda karena Bibi Fanny dan Paman Quentin harus pergi menghadiri konferensi. Petualangan mereka dimulai ketika bertemu seorang anak bandel dan cengeng bernama Richard Kent yang ngotot ingin bersepeda bersama mereka. Ternyata Richard ini anak seorang miliuner dan jadi sasaran penculikan. Apesnya, penculik-penculik itu salah orang. Bukannya Richard, mereka malah menculik Dick (yang namanya merupakan kependekan dari 'Richard', selain juga berarti bahasa slang untuk menyebut kemaluan laki-laki. Poor Dick, so unlucky with names).
Lima Sekawan benar-benar membangkitkan keinginan masa kecil deh. Mereka boleh berpetualang tanpa pengawasan orang dewasa (saya ga boleh). Mereka bisa ke mana-mana naik sepeda (saya ga bisa). Mereka punya abang kayak Julian yang sopan dan bisa diandalkan (saya ga punya). Agak aneh sih excuse yang dipakai untuk membolehkan mereka jalan-jalan. Bibi Fanny dan Paman Quentin nggak bisa membiarkan anak-anak di pondok karena mereka mau pergi, dan nggak ada yang jaga anak-anak. Namun mereka boleh melancong tanpa ada orang dewasa yang jaga karena "ada Timmy, dia sama seperti dua orang dewasa." Guess what, kalau anak-anak ini ditinggal di pondok pun mereka bakal bareng sama Timmy, nggak ada masalah kan? Penjahatnya agak tolol di buku ini --untunglah. Meninggalkan anak-anak di halaman, bukannya menyekap mereka di ruangan tertutup? Tiba-tiba saya ngerasa lebih berbakat jadi kriminal dibanding penjahat-penjahat ini karena saya bisa mikirin cara-cara lain yang lebih efektif supaya anak-anak ini nggak jadi ancaman.
Saya nggak pernah menyadarinya waktu baca buku ini di masa kecil dulu, tapi Lima Sekawan ini ternyata memang lapar melulu, hehe. Saya juga jadi lapar. Juga pengen coba limun jahe yang kayaknya jadi minuman wajib mereka di setiap seri.
Menawan imajinasi buat anak kecil, gaping plot hole and one-dimensional villain buat orang dewasa. Apa pun, sepertinya buku ini akan jadi buku yang asyik untuk dibaca bareng dan didiskusikan bersama anak-anak saya nanti :)