A review by seunghyunjee
Love from A to Z by S.K. Ali

4.0

Rasanya menyenangkan sekali bisa menemukan kisah romansa antar muslim yang menyejukkan hati dan tetap bisa membuat pembacanya senyam senyum sendiri. Kisah Adam dan Zayneb tentu saja tidak seperti kisah romansa anak muda kebanyakan, yang pasti akan dibumbui skinship, tetapi aku menjamin, ini kisah romansa yang wajib masuk ke to-be-read kalian.
.
Love from A to Z berkisah tentang Zayneb yang diskor karena mengkritik Guru di Sekolahnya dan tentang Adam yang memilih mengundurkan diri dari kampus karena ia didiagnosa menderita penyakit yang merebut nyawa sang Ibu. Adam dipertemukan dengan Zayneb ketika gadis itu transit di London dalam penerbangannya menuju ke Doha, Qatar. Laki-laki itu jatuh cinta pada Zayneb, pada kerudung biru yang wanita itu kenakan, dan juga pada sebuah Jurnal bernama "Jurnal Keajaiban dan Keganjilan". Adam ingin mengenal Zayneb lebih lanjut karena mereka memiliki jurnal yang sama. Dan semesta berbaik hati pada mereka. Selama liburan musim semi di Doha, Adam belajar mengenal Zayneb, pun sebaliknya. Mereka berusaha memahami satu sama lain meskipun ada beberapa hal yg saling bertentangan satu sama lain.
.
Aku tak akan pernah menyangka bisa menemukan kisah cinta romansa anak muda yg terkesan "halal" dan cukup berbeda dengan kisah romansa anak muda kebanyakan. Love from A to Z tidak hanya mengisahkan dari sudut pandang Adam serta Zayneb tentang "keajaiban" dan "keganjilan" di sekitar mereka, buku ini juga mengangkat hal-hal cukup sensitif seperti rasisme dan islamofobia. Karena diceritakan dari dua sudut pandang tokoh, pembaca bisa merasakan bagaimana perbedaan saat membaca part Adam dan Zayneb. Ketika membaca part Zayneb, pembaca akan merasakan lonjakan emosi yg luar biasa. Apa yang dialami Zayneb sebagai muslim minoritas di Indiana, Amerika sungguh men-trigger rasa solidaritasku sebagai seorang muslim. Aku ingin membantunya memerangi islamofobia dan rasisme terhadap pemeluk agama Islam. -c- Kekecewaan, kesedihan dan kemarahan Zayneb mengalami hal-hal tidak menyenangkan selama menjadi muslim benar-benar membuatku patah hati. Jiwa pemberontak Zayneb terkadang tak bisa dibendung, tetapi dia melakukan itu utk membela identitasnya sebagai seorang muslim. Sementara itu, ketika membaca part Adam, pembaca akan disuguhkan dengan kisah haru biru seorang tokoh yg ditinggalkan oleh Ibunya karena penyakit sklereosis ganda dan ternyata dia juga mengidap penyakit itu. Tak seperti part Zayneb yg meletup-letup, kisah yg dituturkan dari sudut pandang Adam jauh lebih lembut, lebih tenang dan seringkali mengajak pembaca untuk bersimpati. Selain itu, Adam punya adik lucu bernama Hanna yang digadang-gadang akan menjadi ahli bebatuan di masa depan. Interaksi antara Adam dan Hanna akan membuat pembaca sepakat berpendapat kalau kita semua menginginkan sosok kakak laki-laki yang perhatian seperti Adam.
.
Konflik di novel ini cenderung tak terlalu rumit -kecuali bagian-bagian yg menyertakan isu sensitif dan novel ini amat cocok dibaca di bulan Ramadhan. Satu hal yang sejujurnya membuatku sedikit, mmmmm, kurang sreg adalah ketika rangkuman perjalanan hubungan Adam-Zayneb yang begitu cepat hingga kemudian mereka tiba-tiba resmi..... (takut spoiler). Aku jadi makin penasaran dengan kisah Adam dan Zayneb selanjutnya di buku Love from Mecca to Medina. Apakah di buku itu konfliknya akan jauh lebih rumit???