Take a photo of a barcode or cover
christanreksa 's review for:
The End of Everything (Astrophysically Speaking)
by Katie Mack
Buku2 nonfiksi sains benar2 merupakan tipe buku yang saya jauhi. Saya selalu mengaitkan sains dengan nilai2 memalukan saat SMA, yang sempat nyaris membawa saya kepada kegagalan naik kelas. Trauma pembelajaran sains dengan format hafalan, sekaligus logika saya yang lemot, tampaknya membekas.
Padahal sains tidak melulu memuakkan. Sains bisa menyenangkan sekali bila sudut pandang kita diubah, bahkan ketika kita diajak melihatnya dalam relevansinya sehari2 maupun dalam upayanya menjawab fondasi2 semesta yang manusia pertanyakan terus menerus sepanjang sejarah.
Pertanyaan2 soal akhir zaman, kiamat, & berakhirnya dunia telah begitu sering dibahas agama2, kepercayaan2, & filosofi2 sampai tak jarang terasa memuakkan karena ke situ2 saja. Saya sendiri lupa bahwa sains juga menawarkan banyak sekali jawaban yang terbangun dari riset tiada akhir & hipotesis yang terus dibarui. Salah satunya adalah bagaimana astrofisika & kosmologi membuka begitu banyak hal tentang terciptanya alam semesta, bagaimana semesta bekerja dalam segala kompleksitasnya, serta prediksi2 berakhirnya semesta entah berapa juta tahun lagi.
Katie Mack, astrofisikawan teoretis jempolan, menyingkapkan sekelumit rahasia2 terbesar semesta dalam buku ini. Temanya berat, & saya pun merasa ada buku2 astrofisika pemula yang seharusnya dibaca dulu sebelumnya. Namun Mack begitu lihai membawa pembicaraan berat ini menjadi begitu jenaka pun dapat dibaca orang awam. Saya mengakui terkesima membaca narasi2nya & paparannya soal berbagai riset eksperimental berabad2 yang dia rangkum dengan padat namun "terasa" ringan.
Membaca bagaimana sepersekian detik sebelum Big Bang terjadi, maupun hipotesis2 berakhirnya semesta (Big Cruch, Heat Death, Big Rip, Vacuum Decay, Big Bounce), pembaca diajak berefleksi, betapa manusia ini begitu insignifikan di hadapan alam semesta, namun herannya dalam peradaban mampu secara progresif mencicipi pengenalan2 soal... segalanya, yang jauh lebih besar dari kita semua.
Maka, apa hak kita untuk tidak belajar mengapresiasi bagaimana kita telah berkembang, & bagaimana semesta bekerja?
Padahal sains tidak melulu memuakkan. Sains bisa menyenangkan sekali bila sudut pandang kita diubah, bahkan ketika kita diajak melihatnya dalam relevansinya sehari2 maupun dalam upayanya menjawab fondasi2 semesta yang manusia pertanyakan terus menerus sepanjang sejarah.
Pertanyaan2 soal akhir zaman, kiamat, & berakhirnya dunia telah begitu sering dibahas agama2, kepercayaan2, & filosofi2 sampai tak jarang terasa memuakkan karena ke situ2 saja. Saya sendiri lupa bahwa sains juga menawarkan banyak sekali jawaban yang terbangun dari riset tiada akhir & hipotesis yang terus dibarui. Salah satunya adalah bagaimana astrofisika & kosmologi membuka begitu banyak hal tentang terciptanya alam semesta, bagaimana semesta bekerja dalam segala kompleksitasnya, serta prediksi2 berakhirnya semesta entah berapa juta tahun lagi.
Katie Mack, astrofisikawan teoretis jempolan, menyingkapkan sekelumit rahasia2 terbesar semesta dalam buku ini. Temanya berat, & saya pun merasa ada buku2 astrofisika pemula yang seharusnya dibaca dulu sebelumnya. Namun Mack begitu lihai membawa pembicaraan berat ini menjadi begitu jenaka pun dapat dibaca orang awam. Saya mengakui terkesima membaca narasi2nya & paparannya soal berbagai riset eksperimental berabad2 yang dia rangkum dengan padat namun "terasa" ringan.
Membaca bagaimana sepersekian detik sebelum Big Bang terjadi, maupun hipotesis2 berakhirnya semesta (Big Cruch, Heat Death, Big Rip, Vacuum Decay, Big Bounce), pembaca diajak berefleksi, betapa manusia ini begitu insignifikan di hadapan alam semesta, namun herannya dalam peradaban mampu secara progresif mencicipi pengenalan2 soal... segalanya, yang jauh lebih besar dari kita semua.
Maka, apa hak kita untuk tidak belajar mengapresiasi bagaimana kita telah berkembang, & bagaimana semesta bekerja?