Take a photo of a barcode or cover
autumnfallreader 's review for:
Beta Testing
by Mooseboo
emotional
medium-paced
Plot or Character Driven:
N/A
Strong character development:
N/A
Loveable characters:
No
Diverse cast of characters:
No
Flaws of characters a main focus:
No
Kalau dihitung ama cerita yang di Wattpad, berarti ini buku ketiga dari penulis yang aku baca, tapi sedikit banyak buku ini terlalu datar dan nggak memunculkan spark sedikit pun.
Mari kita mulai dengan Pros.
Selain narasinya yang enak dibaca, aku suka dengan detailnya pekerjaan di cerita ini. Karena ini emang Job Series, jadi jelas itu bukan hal yang aneh. Tapi yang paling kusuka adalah gimana yang diambil adalah sisi gamers dan librarian.
Jujur, dua hal itu beneran dua hal yang sama-sama dianggap skpetis sama lingkunganku, makanya ketika baca ini aku kayak, seneng aja. Si tukang main games dan si tukang baca buku. Gitulah sebutan yang biasanya disematkan sama lingkunganku ini.
Walaupin gitu, buku ini sebenernya lebih fokus ke bagian games-nya. Salah satu hal yang kusadari adalah, buku ini ingin menunjukan bahwa games tuh bukan "cuma", dan memang berhasil sih buatku. Teknologi dengan substansi. Gitu kalau mau ngikutin apa kata Pange sama Magda.
Nah, segitu aja hal yang kusuka. Mari lanjut ke Cons:
1. Two dimensional characters. Ini fatal banget sih jujur. Buatku, cerita dengan karakter yang bland kayak gini bikin aku mudah lupa sama bukunya. Dan bukan cuman itu, selama baca aku nggak bisa peduli sama siapa pun di cerita ini.
Aku ngambil dari omongam Abbie Emmons bahwa setiap tokoh cerita itu harus punya 3 hal. Misbelief, fear, and desire. Kalau tokoh punya 3 hal itu, seorang tokoh bakalan sangat hidup. Nah, masalahnha baik Pange atau Magda enggak ada ketiganya. Mungkin Pange punya desire, tapi itu ditunjukan di hampir mau ke seperempat buku. Buat Magda mungkin dia punya fear, tapi itu semua ditunjukin di akhir. Jadi gimana aku bisa attached sama tokoh2nya kalau mereka nggak punya 3 hal itu? Aku bahkan nggak bisa peduli setitik pun sama mereka.
Karena dari tokoh udah datar, jadi pasti nggak ada lagi yang bikin aku menikmati buku ini.
Aku bahkan kesel banget pas rahasia Magda kebongkar dan aku ngerasa kek, apaan sih maksa banget kek mau dibikin misterius padahal mah apaan.
2. Konflik yang numpang lewat dan terkesan main-main. Maksudku, buku ini super duper light, jadi ketika ada konflik, konflik-nya sangat-sangat tidak penting dan gaje. Salah satu preferensiku aadalah kalau sebuah buku punya konflik, kasih waktu ke pembaca buat meresapi konflik itu dan bukannya diselesaikan sedetik kemudian. Maksudnya, di halaman A ada konflik, eh di halaman C yang notabene jaraknha cuman 3 lembar udah baikan lagi. Kek ngapaiiin?
3. Aku nggak suka dengan cafa bukuini mendeskripsikan Magda. Pange selalu bilang malau Magda ini antik, aku sebagai pembaca nggak bisa merasakan keantikan Magda. Apa sih yang bikin dia antik, apa iya cuman dari baju doang? Sekali lagi, buku ini terlalu maksa buat bikin Magda jadi satu-satunya cewek unik, padahal enggam dideskripsiin atau ditunjukin keantikan MMagdaini kayak gimana.
Menurutku, buku ini gagal banget buat bikin aku suka sama ceritanya.
Mari kita mulai dengan Pros.
Selain narasinya yang enak dibaca, aku suka dengan detailnya pekerjaan di cerita ini. Karena ini emang Job Series, jadi jelas itu bukan hal yang aneh. Tapi yang paling kusuka adalah gimana yang diambil adalah sisi gamers dan librarian.
Jujur, dua hal itu beneran dua hal yang sama-sama dianggap skpetis sama lingkunganku, makanya ketika baca ini aku kayak, seneng aja. Si tukang main games dan si tukang baca buku. Gitulah sebutan yang biasanya disematkan sama lingkunganku ini.
Walaupin gitu, buku ini sebenernya lebih fokus ke bagian games-nya. Salah satu hal yang kusadari adalah, buku ini ingin menunjukan bahwa games tuh bukan "cuma", dan memang berhasil sih buatku. Teknologi dengan substansi. Gitu kalau mau ngikutin apa kata Pange sama Magda.
Nah, segitu aja hal yang kusuka. Mari lanjut ke Cons:
1. Two dimensional characters. Ini fatal banget sih jujur. Buatku, cerita dengan karakter yang bland kayak gini bikin aku mudah lupa sama bukunya. Dan bukan cuman itu, selama baca aku nggak bisa peduli sama siapa pun di cerita ini.
Aku ngambil dari omongam Abbie Emmons bahwa setiap tokoh cerita itu harus punya 3 hal. Misbelief, fear, and desire. Kalau tokoh punya 3 hal itu, seorang tokoh bakalan sangat hidup. Nah, masalahnha baik Pange atau Magda enggak ada ketiganya. Mungkin Pange punya desire, tapi itu ditunjukan di hampir mau ke seperempat buku. Buat Magda mungkin dia punya fear, tapi itu semua ditunjukin di akhir. Jadi gimana aku bisa attached sama tokoh2nya kalau mereka nggak punya 3 hal itu? Aku bahkan nggak bisa peduli setitik pun sama mereka.
Karena dari tokoh udah datar, jadi pasti nggak ada lagi yang bikin aku menikmati buku ini.
Aku bahkan kesel banget pas rahasia Magda kebongkar dan aku ngerasa kek, apaan sih maksa banget kek mau dibikin misterius padahal mah apaan.
2. Konflik yang numpang lewat dan terkesan main-main. Maksudku, buku ini super duper light, jadi ketika ada konflik, konflik-nya sangat-sangat tidak penting dan gaje. Salah satu preferensiku aadalah kalau sebuah buku punya konflik, kasih waktu ke pembaca buat meresapi konflik itu dan bukannya diselesaikan sedetik kemudian. Maksudnya, di halaman A ada konflik, eh di halaman C yang notabene jaraknha cuman 3 lembar udah baikan lagi. Kek ngapaiiin?
3. Aku nggak suka dengan cafa bukuini mendeskripsikan Magda. Pange selalu bilang malau Magda ini antik, aku sebagai pembaca nggak bisa merasakan keantikan Magda. Apa sih yang bikin dia antik, apa iya cuman dari baju doang? Sekali lagi, buku ini terlalu maksa buat bikin Magda jadi satu-satunya cewek unik, padahal enggam dideskripsiin atau ditunjukin keantikan MMagdaini kayak gimana.
Menurutku, buku ini gagal banget buat bikin aku suka sama ceritanya.