A review by ruangtitikkoma
The Immoralist by André Gide

adventurous dark emotional sad slow-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? No
  • Diverse cast of characters? No
  • Flaws of characters a main focus? Yes

3.0

Andre Gide. Nama yang baru saya kenal berkat membaca karya ini. Padahal salah satu penerima Nobel Sastra. Membaca versi Indonesia yang diterjemahkan dan terbitkan Moooi Pustaka, terima kasih mengenalkan pada pembaca Indonesia.

‘Hanya’ 160an halaman, tapi perlu waktu bagi saya memahami konteks untuk bisa menyelesaikan baca. Membaca “Orang Bejat” menjadi penelusuran pada siapa Gide, seperti apa jejak kepengarangannya, kehidupan pribadinya, dll. Dan cerita di buku ini, memungkinkan bahwa karya ini adalah bagian dari autobiografinya.

Tidak mudah menjelaskan bagaimana novel ini. Dari alur cerita, sederhana. Tapi ada komplikasi rumit yang ingin Gide sampaikan. Semacam keberlangsungan proses berpikirnya, persimpangan, pergolakan, penemuan, hingga penerimaan akan dirinya sendiri.

Gide menggambarkan dalam sebuah perjalanan yang ditempuhnya, menyadarkannya akan beberapa hal yang jauh berbeda dengan kehidupan yang ia jalani sebelumnya. Menariknya kuat ke luar jalur yang membuatnya merasa menjadi orang baru, dorongan dari dalam dirinya untuk membentuk pribadi yang berbeda, menjalani kehidupan dengan penuh, tanpa batasan nilai yang selama ini dianut.

Dengan lamat dan samar, Gide menceritakan bagaimana dirinya memiliki ketertarikan dengan anak laki-laki yang ditemui, juga remaja anak pegawai di perkebunannya. Ia juga menggambarkan, betapa kehidupan telah merenggut senyum bahagia di hati setiap anak, karena setelah dewasa mereka berubah menjadi orang dewasa yang menjalani kerasnya kehidupan, monoton. Wajah-wajah ceria dan bahagia lenyap ditumpas realita. Gide juga mengutip, sekaligus menanggapi sinis beberapa ‘paham kebijaksanaan’ yang diajarkan oleh filsuf. Gide, dalam diri tokoh Michel mencoba mempertanyakan kembali pendapat2 mereka.

Mungkin singkatnya, di buku ini, seolah Gide mengatakan, “Jika manusia tidak dibatasi oleh nilai moral, standar sosial, kira-kira apa yang akan terjadi? Apakah seorang manusia akan pernah mengikuti dorongan menjadi dirinya sendiri selama hidupnya? Apakah berani?”